temu sebelas

2.2K 316 38
                                    

[] 11. Day—4; sparing []





"Cerah banget yang abis dijengukin pacar," cecar Chandra yang melihat Jendral memasuki kelas dengan wajah berseri-seri.

"Jomblo mohon diam."

"Biasanya doa jomblo yang teraniaya bakal dikabulin sih."

"Tapi kalo jomblonya banyak dosa kayak lo ya tetep ga dikabulin."

Chandra menye-menye, sedangkan Jendral tidak peduli dan masih tetap tersenyum lebar seraya duduk di bangkunya.

"Masih heran gue, kok tuh cewek mau sama lo Jen?" tanya Saka, Chandra mengangguk-angguk ikut penasaran.

"Bilang aja iri lo pada."

"Buat apa iri sama orang yang dosanya banyak?" timpal Arion.

"Masya Allah, mulai detik ini aing stan Mas Arion saja," ujar Chandra, tersenyum mengejek pada Jendral. Rasanya bangga saat Arion membalikkan ejekan Jendral padanya beberapa detik yang lalu.

"Kompak bener nistain gue."

Jendral mencibir kesal. Sedikit banyak memang sadar diri bahwa ia sudah menciptakan banyak-banyak kesalahan. Melukai hati para putri hawa tanpa perasaan.

"Terakhir dah ini," ujarnya kemudian.

"Oh, berarti udah serius sama yang sekarang?"

Jendral diam. Meski acap kali perasaan berdebar hadir saat bersama gadis itu, ia tetap tidak tahu. Pertama kalinya merasakan perasaan seperti ini membuatnya tidak bisa memutuskan dengan pasti atas posisinya kali ini. Seiring detik berlalu, pertanyaan itu makin berotasi dalam pikirannya.

Kali ini, ia sudah jatuh cinta atau hanya sekadar perasaan nyaman yang berujung main-main saja?


.
.
.


Setelah satu minggu resmi menjadi siswi SMA Mandala, hari ini pertama kalinya Karina mengikuti kegiatan ekskul. Waktu itu ia sempat bimbang ingin mengikuti ekskul yang mana. Ekskul basket atau dance. Namun, pada akhirnya pilihannya jatuh pada dance.

Untungnya Vela dan Ife juga masuk ekskul itu, jadi ia tak sendirian.

Sedari kecil, menari sudah menjadi hobinya. Jadi di ekskul kali ini, dia mampu memahaminya dengan mudah dan merasa nyaman. Terlebih sang ketua ekskul—Galang— mampu membangkitkan suasana dengan lawakannya.

"Sini Dek gantian tangan kamu," ujar Galang.

Karina mengulurkan sebelah tangan dengan telapak tangan yang terbuka. Latihan ekskul memang sudah selesai, tinggal menunggu waktu diperbolehkan pulang jadi mereka memilih bermain terlebih dahulu.

"Idihh modus lu," ujar laki-laki yang lain—Nealon.

Galang hanya cengengesan sembari memegang tangan Karina dan berpura-pura meneliti.

"Wah, udah pas banget nih Dek."

"Apanya anjir?!" tanya Neal.

Sementara Karina dan siswi lainnya mengernyit. "Maksudnya Kak?"

"Udah pas banget nih tangannya buat jadi tangan yang akan selalu ku genggam," kata Galang sembari menaik-turunkan alisnya.

Karina terkekeh kecil.

"Basi anjir! Bubar dah bubar, belnya juga udah bunyi," ucap Alex—pembina ekskul. Dia masih kuliah, dengan alasan itu ia memilih bicara informal.

Semuanya serentak beranjak lalu keluar satu persatu.

"Na, gue duluan ya," pamit Vela sembari menghampiri siswa bernama Nealon.

Karina mengangguk kecil, memilih berjalan menuju parkiran. Menghampiri Jendral yang katanya tengah menunggunya.

RENDEZVOUS [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang