"jangan tungguin gue. Gue ngga mau Lo terikat sama gue. Lo bebas buat suka sama orang lain, gue gaada hak buat larang hal itu." Ucap Farel sambil mengusap kepala Fiona.
Fiona terbangun dari tidurnya.
Mimpi itu lagi. 4 tahun sudah berlalu, cukup banyak waktu untuk melupakan lelaki itu, tapi dia tidak bisa melakukannya.
Bahkan kalimat terakhir dari sang lelaki masih sangat diingatnya dan sering muncul di mimpinya.
Awalnya, mereka masih sering berhubungan, entah itu chat ataupun telfon. Tapi beberapa bulan setelahnya, keseringan itu menjadi jarang dan hampir tidak pernah. Sampai akhir Farel lost contact.
.
.
Tok tok tok..Suara ketukan pintu membuyarkan lamunannya, di susul dengan Ana yang masuk ke kamarnya.
"Baru bangun dek??" Tanya Ana
"Iya, kenapa kak??"
"Kamu lupa?? Kan hari ini mau fitting baju pengantin."
"Oh, yaampun aku lupa." Ucap Fiona dan menepuk dahinya.
Ana hanya geleng-geleng kepala.
"Yauda, aku mandi dulu ya."
"Oke." Fiona pun segera masuk ke kamar mandi.
.
.
***
.
.
"Bagus ngga??""Sip, bagus banget. Makin cantik deh."
.
.
***
.
.
Selesai fitting baju, mereka berdua makan siang. Fiona yang sedang mengobrol dengan Ana teralihkan karena notifikasi dari ponselnya menampilkan sebuah pesan masuk dari nomer tidak dikenal.+6285xxxxxx
HaiFiona mengerutkan keningnya. Karena nomer tersebut tidak dikenal, dia sama sekali tidak ada niatan untuk sekedar membuka apalagi membalasnya.
Selesai makan mereka pun pulang.
.
.
Sesampainya di rumah, Fiona tidur. Sepertinya hari ini memang hari rebahan baginya.
.
.
***
.
.
16.00
Hari sudah sore, Fiona terbangun dari tidurnya, dia duduk di ranjang dan masih berusaha mengumpulkan nyawa. Sesaat kemudian, perhatiannya kembali teralihkan pada benda pipih yang berada di atas nakasnya.Fiona mengambil ponselnya dan seketika terkejut dengan pesan dari nomer tak dikenal yang baru saja masuk.
+6285xxxxxx
Kok ga dibaca??
Fie lupa sama aku??BLANK
"Fie" panggilan itu, hanya satu orang yang menyebutnya dengan panggilan itu.
+6285xxxxxx
Sekarang udah dibaca, tapi kok gadibales??
Udah bangun ya??
Tadi Ricky bilang kamu lagi tidur.Hah, kak iky.
Fiona refleks berdiri dan berlari keluar kamar. Karena saking tergesa-gesa dia hampir tersandung kakinya sendiri.
Dia menuju ruang tamu dan mendapati 2 orang lelaki sedang mengobrol.
"Kak Farel.." lirihnya.
Dua orang itu menoleh ke arah Fiona.
"Tuh, udah ditungguin dari 2 jam yang lalu." Ucap Ricky lalu berlalu pergi. Farel tersenyum mendengarnya.
Melihat Farel yang kini ada dihadapannya, membuatnya tidak bisa menahan air mata.
Farel berjalan menghampiri Fiona lalu mengusap kepalanya.
"Ngga berubah, masih cengeng." Ucapnya sedikit terkekeh.
"Huwaa, kangenn." Ucap Fiona.
Farel kembali tersenyum.
"Aku juga, maaf ya gapernah kasih kabar."
"Aku??" Tanya Fiona sambil mengusap air matanya.
"Biar lebih enak aja hehe. Kan gaenak masa' sama pacar sendiri manggilnya lo-gue. Eh, itu pun kalo mau."
"Eh-apa??" Wajah Fiona memerah karena ucapan Farel.
"Mau??" Tanya Farel
Sesaat kemudian Fiona menganggukkan kepalanya. Farel pun tersenyum.
"Ciee, udah 4 belum bisa move on juga nih." Goda Farel dengan mencubit pipi Fiona.
"Kak Farel juga ih." Fiona memukul pelan lengan Farel. Sementara Farel hanya tertawa.
.
.
"Ga aesthetic banget nembaknya." Ucap Ricky pada dirinya sendiri yang ternyata sedari tadi melihat semuanya.
.
.
***
.
.
"Gue duluan nih yang naik pelaminan, kapan nyusul Lo." Ucap Ricky. Hari ini adalah hari pernikahannya dengan Ana."Adek Lo kan masih kuliah. Lagian gapapa Lo duluan, kan nanti gue jadi adik ipar Lo, haha. Aminin fi." Balas Farel
"Amiin." Ucap Fiona singkat.
"Tuh, nurut dia mah sama calon imam." Ucap Farel dengan tersenyum bangga.
Yang lain pun ikut tertawa dengan ucapan Farel.
.
.
.
END
KAMU SEDANG MEMBACA
Related [Completed]
Novela JuvenilSekarang Lo harus pilih salah satu, antara sahabat atau cinta.~ Kenapa gue harus pilih salah satu, kenapa gue ngga bisa memiliki keduanya, gue butuh keduanya.- Lo ngga boleh serakah, Lo ngga mungkin bisa memiliki keduanya secara bersamaan.~ Gue baka...