12. Better(3)

25 5 0
                                    

"Nyariin gue??"
Fiona sedikit tersentak dengan suara itu. Dia menoleh kebelakang dan didapatinya farel yang sedang duduk di salah satu kursi taman.

Fiona menghampiri farel dan ikut duduk disebelahnya. Selama beberapa saat hanya keheningan yang ada di antara mereka. Sampai akhirnya Fiona membuka pembicaraan.

"Gue minta maaf.."
"Gue ngga bermaksud buat gapercaya sama Lo.."
"Gausa dibahas fi."
"Lo marah ya sama gue."
"Ngga, gue kecewa aja."
"Maaf..."
"Iya gapapa, udah gausa ngomongin itu lagi, gue ngga suka."
"Tapi Lo maafin gue kan."
"Iya."

Fiona seakan tak puas dengan jawaban Farel.

"Kalo Lo masih marah gapapa kok, Lo emang pantes marah sih."
"Dih.. apaan sih, gue ngga marah fi."
"Tapi kok Lo ngomong singkat² gitu."
"Ya terus gue harus kek gimana, harus panjang lebar kek pidato.. Harus sambil teriak²." Ucap Farel sambil mengusak rambut Fiona.

Dan dengan sikap farel itu, dia tau kalo farel sudah tidak marah.

"Hehe.."
"Apa haha hehe??"
"Nih buat Lo." Ucap Fiona sambil memberikan minuman yang tadi ia pesan untuk Farel.
"Wahh.. makasih loh, tau aja gue lagi haus."
"Iya sama-sama."

"Kak Farel bukannya hari ini ada pertandingan, hari ini final kan??"
"Iya habis ini. Kok Lo nanya?? Gatau jadwalnya??"
"Iya soalnya gue ngga jaga pertandingan."
"Yah.. gaada penyemangat dong."
"Dih.. siapa emang penyemangat nya."
"Itu.. si cewek manis, namanya fie kalo ngga salah deh.."
"Nama gue Fiona kali bukan fie."
"Emang gue bilang kalo ceweknya Lo?? emang Lo manis??"
"Ih.. tau ah." Fiona beranjak dari duduknya dan segera pergi karena malu.

"Eh.. mau kemana fi."
"Bubye fie."
"Dasar tijel" ucap Fiona dengan senyuman.
.
.
***
.
.
Di caffe..
Pukul 19.00..
"Jadi, tadi gimana fi. Baikan" Fiona membalas pertanyaan Hani dengan mengangguk dan disertai senyuman.
"Bagus deh kalo gitu."
"Eh, Lo kan belum cerita tentang kak Reno tadi."
"Kak Reno, emang kak Reno kenapa??" Tanya Tiara yang tidak mengerti arah pembicaraan ini.
"Kemaren mereka pulang bareng."
"Hah?! Serius, kak Reno kan ngga pernah dekat sama cewe, kenapa tiba-tiba nganterin Lo pulang."

"Kemaren gue emang gaada yang jemput, dan karena udah sore, jadi gaada angkot, yaudah adanya kak Reno."
"Lo yang minta dianterin??" Tanya Tiara yang masih ingin tau lebih jauh.
"Ngga, dia ngajak gue beli kado buat adeknya, dia bilang gatau selera cewe, jadi ngajak gue deh, dan tentang gantungan kunci itu, tanda terima kasih karena gue udah nemenin dia.
"Kok Lo?? Kenapa harus Lo yang diajak?? Emang Lo deket sama dia??"
"Pertanyaan nya satu² dong Ra, kan Hani bingung mau jawab yang mana dulu."
"Tau nih.. gue emang lumayan deket kok sama kak Reno."
"HAH!! sejak kapan??" Emang gapernah bisa dikontrol tuh suaranya.
"Sejak.. kapan yah?? Gatau deh, sejak kapan."
"Yang jelas, kak Reno itu salah satu alasan gue bisa sadar sama kesalahan gue tentang masalah kita waktu itu." Setelah itu semuanya diam sejenak dan tiba-tiba Tiara memeluk Hani.

"Eh, eh.. kenapa nih."
"Sayang Hani." Jawab Tiara dengan senyuman
"Sayang Fiona juga." Fiona mengembangkan senyumannya seakan mengerti maksud Tiara.

"gue seneng bisa kek gini lagi sama sahabat²  gue, gue ngga suka waktu kalian berantem. Persahabatan kita tuh satu, gaboleh terpisah-pisah, kalo kayak gitu gue ngga bisa milih salah satu diantaranya dan juga ngga mau. Tetep kayak gini yah.." ucap Tiara penuh arti.

"Owhh.. co cwit." Ucap Fiona.
"Iya iya, kita bakal kayak gini terus." Sambung Hani.
.
.
***
.
.
Saat ini Fiona sedang rebahan sambil mainin laptopnya di kamarnya, tiba-tiba Ricky masuk dan ikut berbaring disebelahnya.
"Ih.. kak iky ngapain sih disini, ngotorin tempat tidur gue aja."
"Yaelah.. bentaran doang."
"Eh.. dek."
"Ha.. tumben manggil dek, biasanya cuma manggil nama. Ada maunya nih pasti."
"Hehe.. tau aja."
"Apa??"
"Besok temenin kakak cari kado yuk."
"Buat siapa??"
"Anna"
"HAH.. kak Anna?? Udah jadian emang??" Fiona yang terkejut pun reflek terbangun dari posisinya.

"Iya."
"Wah.. serius??"
"Iya fi, temenin yah besok."
"Tapi setelah itu harus kenalin ke kak Anna."
"Iya dikenalin,"
"Traktir juga ya."
"Iya."
"Oke, sipp."
.
.
.
Tbc...

Related [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang