6. Merajuk

18.8K 1K 73
                                    

"Vio"

Astaga suara yang sangat ku kenal terus memanggil Vio, tanpa menoleh pun Vio sudah tahu akan orang ini. Dengan sigap Vio mempercepat langkahnya.

"Vio.. tunggu" teriaknya lagi.

Vio rasa laki-laki itu sedikit berlari agar bisa mengejar Vio, setelah itu akhirnya Kun mensejajarkan langkahnya dengan Vio, Vio tetap fokus ke depan tidak berniat menoleh sedikitpun.

"Vi aku mau ngomong sebentar"-Kun.

Vio tetap mempercepat langkahnya sampai Kun kesal lalu menarik pergelangan Vio dan membawa nya ke lorong paling ujung, Vio langsung panik.

"Lepas brengsek!"Pekik Vio yang membuat ulu hati Kun terasa nyeri, gadisnya mungkin sudah membencinya.

Kun terus menariknya hingga sampai di koridor sepi itu, setelah sampai Kun melepaskan pegangan di tangan Vio. Vio mengusap lengannya yang sedikit memerah, wajahnya kesal sekaligus marah.

"Cepet jangan lama-lama!"ketus Vio.

Kun menunduk seraya mengusap gusar wajahnya."Aku minta maaf soal kejadian kemarin, aku bener bener hilang akal Vi. Aku mohon maafin aku" tulusnya.

Vio ingin mengacuhkannya tapi gurat sedih di wajah Kun mudah terbaca, apalagi ketika Vio menatap netra matanya, ada ketulusan disana. Bagaimana ini? Satu sisi Vio masih merasa kecewa padanya.

"Vio, aku mohon" Kun memegang kedua tangan Vio dia menatap memohon pada Vio.

Sedangkan Vio masih bimbang, sejujurnya dia gampang dan mudah memaafkan orang lain. Untuk kali ini kenapa rasanya berat?

"Iya dimaafin,"

"S--serius?" Astaga. Seorang Kun bisa gugup ternyata? Apa dia begitu tidak ingin jika aku marah padanya.

Lalu Kun mencoba menyentuh wajah Vio, Vio bungkam dan tidak bergerak. Kun mengusap lembut pipi Vio hingga Vio memejamkan matanya menikmati sentuhan dari tangan Kun, perlahan Kun mendekat hingga tidak ada lagi jarak di antara kami.

Deru nafas Kun terasa hangat menerpa wajah Vio, Vio ingin mendorongnya tetapi tangan nya terasa lemas dan tak bisa melakukan hal itu. Hingga wajah Kun makin mendekat-

Vio segera menahan dada Kun, lalu kami saling bertatapan mata. Entah dorongan dari mana Vio mengangguk sekali, lalu Kun segera mengecup bibir Vio.

Awalnya Vio diam.

Tapi Vio mencoba membalas kecupan Kun di bibirnya, Kun cepat berpindah haluan dari bibir hingga menggunakan lidah licinnya. Kami terus memagut bibir dan lidah sampai menghisapnya penuh nafsu.

"Bodoh, lo itu lagi di jadikan barang taruhan sama mereka. Gue si berharap agar Doyoung kalah, karena Doyoung milik gue"

Barang taruhan?

"Orang seperti dia tidak pantas menyentuh gadis yang sudah dimiliki seseorang"

"Kau milikku Vio,jika kau butuh bantuan ku panggil saja dengan menepuk tangan sebanyak tiga kali,bisa?"

Vio segera mendorong Kun cukup kasar, dia terengah-engah mengingat sederet ucapan tempo hari. Vio menatap Kun sejenak lalu pergi meninggalkan Kun.

Sedangkan Kun? Dia kebingungan atas perubahan sikap Vio, baru saja dirinya senang akan respon Vio tapi sekarang gadis itu cepat berubah.

Taeyong makin geram dengan adegan didepannya, tangan nya mengepal kencang melihat gadisnya bercumbu dengan pria lain, apalagi pria itu adalah sahabat nya.

Ingin berbuat sesuatu, namun taeyong memilih diam karena gadisnya pun tidak menolaknya, Taeyong berpikir bahwa setiap wanita selalu mencampakkan dirinya. Apa dirinya keterlaluan? Atau bagaimana? Sehingga selalu diacuhkan.

Pervert Ghost (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang