Part 22

26 13 0
                                    

Happy Reading💙
.
.
.
.
.
.

"Cewek yang mau nerima gue apa adanya, gak akan mandang  materi. Tapi, hati."

~Malvin Putra Prayoga~

Malam itu tiga laki-laki sedang berada di sebuah kamar kos, dua orang sedang asyik bermain handphone, sedangkan yang satunya lagi sibuk melamun.

Laki-laki berkaos putih lengan panjang merebahkan tubuhnya, sambil menatap langit-langit. Pikirannya kembali mengingat kejadian saat di pasar malam.

"Sya? lo nggak papa 'kan?" tanya Verro yang menghampirinya, dan saat Verro akan memegang tangannya, Tasya langsung menepisnya dengan kasar.

"JANGAN SENTUH GUE!!" bentak Tasya dengan  mata yang mulai berkaca-kaca.Tasya dengan sekuat tenaga untuk berdiri, karena kepalanya pusing. Dia jadi kehilangan keseimbangan dan ....

Hab!

Ia ditangkap oleh dua cowok yang sama-sama ganteng, Tasya menatap keduanya secara bergantian.

"Kayaknya ada cinta segitiga nih!"

Beberapa detik kemudian, Tasya pun melepaskan tubuhnya dari pegangan Verro dan Farras.

"Sya, lo sakit? Mau gue anter ke rumah sakit?" tanya Verro dengan wajah khawatir.

"Enggak usah," jawabnya sambil memegangi kepala yang masih terasa sakit.

"Tapi muka lo pucet gitu, Sya. Mending ke rumah sakit aja, ya?"

"Gue bilang gak usah, ya gak usah!" bentaknya.

Semua yang ada di sana, merasa aneh dengan sikap Tasya yang sejak tadi marah-marah pada Verro. Kini, Raina dan Syila hanya bisa saling pandang.

Sementara, Verro yang dibentak seperti itu hanya bisa terdiam.

"Farras, ayo pulang!" ajak Tasya sambil menggandeng tangan Farras. Perlakuan Tasya pada Farras membuat mata mereka tertuju pada tangan Tasya yang menggandeng tangan Farras, hal itu membuat mereka bertanya-tanya termasuk Farras.

"Farras!" panggil Tasya.

"Hah? Eh, i-iya. Ayo!"

"Gue balik duluan, ya!" pamit Tasya sambil menatap kedua sahabatnya, dan kedua sahabat Verro. Tanpa menatap Verro dan Wanda.

"Lo gak mau bareng sama kita aja?" tanya Syila.

"Enggak, gue sama Farras aja."

"Ya udah, hati-hati ya, Sya!" pinta Syila. Tasya menganggukan kepalanya.

"Kalau udah sampe, kabarin kita ya, Sya!" pinta Raina.

"Iya, gue pamit. Bye!" Tasya melambaikan tangan pada mereka, kemudian pergi dari sana bersama Farras.

"Itu si Tasya udah jadian ya sama si Karung Beras, eh siapa sih namanya?" tanya Malvin.

"Farras, Kak," balas Syila.

"Nah, iya."

"Gak mungkinlah," timpal Verro.

"Kenapa gak mungkin?" tanya Malvin.

"Ya-ya ...."

"Ya karena mereka cuman pegangan tangan doang, gak bisalah kita nyimpulin kalau mereka itu pacaran." Gibran melanjutkan ucapan Verro, sehingga membuat Verro menghembuskan napas lega.

Looking For True Love(Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang