Part 49

13 3 0
                                    

Happy Reading💙
.
.
.
.
.

Siang itu, siswa siswi SMA Cakrawala berhamburan keluar kelas untuk menyerbu tempat-tempat yang biasa dikunjungi saat istirahat.

"Kantin, kuy!" ajak Malvin pada Verro dan Gibran yang berdiri di depan kelas.

"Kalian duluan aja, gue mau ke toilet!" pinta Gibran.

"Mau ngapain?" tanya Malvin.

"Mau jajan, pakek nanya lagih. Ya, mau buang emaslah," jawab Gibran.

"Orang lain tuh istirahat ngisi perut, ini malah ngeluarin isi perut."

"Serah gue lah! Dah, jangan banyak omong! Lo mau tanggung jawab kalau gue BAB di sini? Mau cebokin gue? Mau nyuciiin celana gue?" cerocos Gibran.

"Dih, ogah! Sana, sana! Bau nya udah kecium nih." Malvin mengapit hidungnya dengan kedua jari.

Gibran ingin kembali membalas ucapan Malvin, tetapi dia sudah tidak tahan. Akhirnya, ia memutuskan untuk bergegas ke toilet. Dengan lari terbirit-birit Gibran akhirnya sampai di toilet pria, tetapi sialnya toilet penuh hingga dia harus menunggu beberapa saat.

"Ah, ini kenapa pada ke toilet sih? Abis ngerujak masal apa, ya, jadi ke toilet semua," dumel Gibran.

Saat seseorang baru membuka pintu toilet, Gibran bergegas masuk hingga menubruk orang itu. Dia pun hanya menggelengkan kepala melihat tingkah Gibran.

Tak lama Gibran pun keluar toilet dengan perasaan lega. Pemuda itu berjalan santai untuk menemui kedua sahabatnya, tidak seperti tadi yang tergesa-gesa.

"Gue bersyukur banget karena si Farras celaka, mereka gak jadi deh rebut kartu Della dari gue."

Perkataan seseorang berhasil menghentikan langkah Gibran, lalu pemuda itu memilih bersembunyi di balik dinding sembari menyiapkan kamera.

"Gue sebenernya takut di penjara karena udah dorong dia," ujar gadis dengan rambut dikuncir kuda.

"Tenang aja, gak akan ketahuan! Pas kejadian 'kan gak ada yang liat, kalau si Farras bilang ke polisi ... dia gak punya bukti," sahut temannya.

"Btw, lo mau sampai kapan sih pura-pura jadi Della buat deketin Kak Gibran?" tanya gadis berkulit putih dan berambut pendek.

"Sampai gue jadian sama dia. Gue gak mau ya, dia jadian sama si Raina. Jadi, lo berdua jangan sampai ember ke Kak Gibran atau dua sahabatnya kalau Della yang asli itu Raina!"

Sontak kedua mata Gibran membulat, itu artinya ucapan Raina kemarin benar. Tega sekali Saras selama ini membohonginya.

"Ten ...."

"SARAS!"

Panggilan itu berhasil membuat mereka tersentak.

Gibran sudah ada di hadapan mereka dengan amarah yang menggebu-gebu."Gak nyangka gue sama lo, lo bisa berbuat jahat kayak gitu."

"Ber-berbuat jahat apa sih? Gue gak jahatin siapa-siapa," elak Saras.

"Halah, jangan ngeles deh lo! Gue udah denger semua omongan kalian. Gak nyangka gue, gue kira lo tuh cewek baik-baik. Cewek pendiem yang gak akan ngelakuin hal bodoh kayak gitu, tapi apa nyatanya? Dan lo itu seorang wakil ketua Osis yang seharusnya menjadi contoh yang baik, bukan malah nyuruh orang buat berbuat hal gak bener!" cerca Gibran.

Beberapa saat Saras diam karena bingung harus mengatakan apa, kedua sahabatnya pun terdiam karena kaget melihat kemarahan Gibran. Memang kemarahan Gibran adalah hal yang ditakuti mereka.

Looking For True Love(Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang