Part 34

14 4 0
                                    

Happy Reading💙
.
.
.
.
.

Sesuai isntruksi dari sang Ketua Osis, sepulang sekolah para anggota Osis berkumpul di ruang Osis untuk membicarakan suatu hal. Saat ini, Gibran dengan tas yang digendong di sebelah pundak kanan terlihat berjalan dengan tergesa-gesa.

Seharusnya dia sudah sedaritadi pergi ke ruang Osis atau bahkan sudah duduk manis di sana sebelum anggotanya datang. Akan tetapi, karena ia hari ini kebagian jadwal piket, jadi dia terlambat. Gibran tidak mungkin meninggalkan kewajibannya karena itu akan menjadi contoh yang buruk untuk teman-teman yang lain.

"Maaf, terlambat!"

Sontak para anggota Osis yang ada di dalam menoleh, terlihatlah dua orang yang mereka tunggu sejak tadi. Sekarang keduanya sedang berdiri di ambang pintu.

"Silahkan, Kak Gibran duluan!" pinta gadis berkulit sawo matang.

Karena tak mungkin mereka melewati pintu secara bersamaan.

"Lo, aja!" suruh pemuda yang memang Gibran.

"Gak pa-pa, Kak Gibran duluan!"

"Lo, duluan!"

"Kak ...."

"Gue ketuanya di sini, lo wakilnya. Jadi, lo harus nurut apa kata ketua!"

Setelah mendengar penuturan tegas Gibran, gadis yang tak lain adalah Saras pun akhirnya masuk terlebih dahulu. Sementara, beberapa anggota terkekeh karena mereka seperti melihat suami yang meminta isteri untuk menuruti perkataannya. Sesudah Saras masuk, Gibran pun masuk.

"Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh," ucap Gibran yang berdiri bersama Saras di hadapan mereka.

"Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabatakatuh," sahut mereka.

"Sebelumnya, saya minta maaf karena terlambat datang ke ruang Osis! Saya terlambat karena melaksanakan piket di kelas. Apakah kalian bisa memaafkan saya?" tanya Gibran.

"Siap, bisa."

"Baik, terima kasih. Silahkan, Waketu ada yang mau disampaikan?" Gibran menoleh pada Saras.

Jika sudah masuk ke ruang rapat seperti ini, Gibran akan merubah kata 'Lo-Gue' menjadi 'Saya-Kamu'.

"Siap, izin menyampaikan permintaan maaf karena saya juga sama terlambat dan penyebabnya pun sama!"

Seketika semua yang ada di sana kaget karena Gibran dan Saras kebagian jadwal piket di hari yang sama. Cocoklah mereka. Tidak salah jika selama ini para anggota Osis menjodoh-jodohkan keduanya.

"Ciee ... kompak bener!" celetuk pemuda bertubuh gemuk.

"Jangan-jangan jo ...." Seseorang sengaja menggantungkan perkataannya.

"Jodoh orang lain," timpal Gibran.

"Jangan begitulah, Pak Ketu! Mending, kalian jadian aja! Bu Waketu 'kan cantik, baik, cerdas, dan gak menye-menye kayak cewek yang lain. Walaupun ada sifat cueknya, tapi biasanya yang cuek itu setia." Gadis dengan rambut digerai sudah seperti orang yang mempromosikan barang saja.

"Masuk, Pak Eko!"

"Udah-udah! Saya kumpulin kalian di sini itu buat bahas pertandingan bola basket yang bakal diadain di sekolah kita, bukan jodoh-jodohin saya sama Saras!" tegas Gibran.

"Siap, maaf!"

Di sini kalian akan melihat Gibran seperti memiliki kepribadian ganda. Jika di luar dia adalah orang yang suka bercanda, tetapi ketika di sini ia adalah orang yang bijaksana. Gibran bisa menyesuaikan diri sesuai di mana posisinya saat itu. Hal itulah yang membuat Gibran terpilih sebagai Ketua Osis. Karena itu pula gadis di sampingnya selama ini mengagumi Gibran dalam diam.

Looking For True Love(Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang