Part 48

7 4 0
                                    

Happy Reading💙
.
.
.
.
.

Verro dkk, Raina, dan Syila kini berada di parkiran rumah sakit. Mereka sedang menelepon orang-orang yang kemungkinan bisa ditemui Tasya, tetapi tidak ada satu pun yang tahu keberadaan gadis itu.

"Gimana nih, kita harus tanyain Tasya ke siapa lagi?" tanya Syila.

"Iya, mana handphone Tasya masih gak aktif," timpal Raina.

"Tunggu, handphone Tasya gak aktif, tapi handphone Rafael ... minta nomornya dong, Na!" pinta Malvin.

"Lo mau nelepon Kak Rafael? Gak akan diangkat," balas Raina.

"Gue cuma mau ngetes doang handphone-nya aktif atau enggak. Kalau lo yang ngetes, Rafael pasti tau lo mau nanyain Tasya, terus handphone-nya dimatiin. Kan kalau pake handphone gue, Rafael gak punya nomor gue," jelas Malvin.

"Terus, abis itu lo mau apa?" tanya Verro.

"Lo lupa punya temen yang ahli ngelacak orang?" Malvin balik bertanya.

"Oh, iya bener ... kenapa gak daritadi sih? Kita jadi gak perlu nelepon orang satu-satu," ujar Verro.

"Gue juga baru inget, kalau gue punya keahlian itu," kekeh Malvin.

"Yee ... Upin Ipin!" Gibran menoyor kepala Malvin.

"Syila tuh yang punya nomornya," ujar Raina.

Malvin beralih menatap Syila, tetapi tatapannya datar membuat orang yang ditatap heran."Berapa?"

"Gue kirim langsung aja ke WA lo," jawab Syila.

Malvin mengangguk, lalu mengecek pesan WhatsApp. Tidak ada ucapan terima kasih secara langsung maupun tertulis dari Malvin untuk Syila, pemuda itu malah langsung menelepon Rafael.

Karena teleponnya terhubung, Malvin bergegas mematikan teleponnya sebelum diangkat Rafael.

"Bagus nih, dia aktif," ungkapnya.

"Buruan lacak, Vin!" titah Verro.

"Sabar, Bang Roro! Gak sabar banget pengen nemuin ayang nya," sahut Malvin.

"Apaan sih, lo? Kalau kita kelamaan nemuin Tasya, takutnya Rafael keburu nyakitin dia," balas Verro.

"Iya dah, iya."

Malvin mulai mengotak-ngatik handphone-nya.

"Nah, ketemu."

Mendengar ucapan Malvin barusan sontak mereka mendekati pemuda itu.

"Di mana?" tanya Verro.

"Bukan, ini gue nemuin aplikasi baru buat ngelacak," jawabnya.

"Yee ... lo jangan bercanda mulu, napa!" seru Verro.

Mereka dibuat kesal dengan ucapan Malvin. Pemuda itu hanya terkekeh, lalu mulai melacak keberadaan Rafael melalui nomor handphone-nya dengan aplikasi yang baru saja ia unduh.

"Gue dah nemuin lokasinya nih, tapi ini kayak daerah hutan gitu gak sih?" Malvin menunjukkan isi handphone-nya pada mereka.

"Eh, iya bener. Ngapain si Rafael bawa Tasya ke hutan? Gak takut dimakan macan apa dia?" seru Gibran.

"Daripada mikirin Rafael takut dimakan macam atau enggak, mending kita langsung ke lokasi itu!" ajak Verro.

"Ya udah, gass!" sahut Gibran.

"Na, lo naek motor sama Gibran! Syila, lo sama Malvin!" suruh Verro.

"Syila sama lo, aja!" Permintaan Malvin barusan berhasil membuat mereka melongo.

Looking For True Love(Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang