Part 30

24 3 0
                                    

Happy Reading💙
.
.
.
.
.
.
.

Malam ini bulan berbentuk sempurna ditemani gemerlap bintang, keduanya menyinari dunia. Kendaraan beroda dua maupun empat masih berlalu lalang di jalan raya. Dari beberapa pengendara yang menunggu lampu merah berganti menjadi kuning lalu hijau, di sana ada Rafael yang membonceng Tasya.

Sepanjang perjalanan dari cafe sampai lampu lalu lintas, tidak ada yang membuka suara. Hanya kebisingan jalanan kota dan semilir anginlah yang menemani mereka.

Rafael yang beberapa kali tanpa sepengetahuan Tasya melirik ke kaca spion, lalu dia menarik kedua sudut bibirnya, menandakan dia tersenyum namun dengan senyum yang teramat tipis.

Lampu hijau sudah menyala, Rafael pun kembali melajukan motornya.

"Sebenernya gue males nebeng sama ini orang, tapi karena Kak Verro gak peka ... jadi gue terpaksa ikut dia," batin Tasya. Saking malasnya Tasya sampai tidak mau berpegangan pada Rafael, dia memilih memegang belakang jok motornya.

"OMG!Gue lupa, dia 'kan ...."

"Berhenti!" Tasya tidak melanjutkan perkataan dalam hatinya, dia malah berteriak sambil menepuk pundak Rafael hingga membuat Rafael refleks menghentikan motor.

"Kenapa, Sya?" tanya Rafael yang menoleh dengan wajah khawatir.

"Gue mau turun di sini," sahutnya sambil turun dari motor dan melepaskan helm.

"Rumah lo 'kan masih jauh."

"Gue biar naik taksi aja, nih helm lo." Tasya memberikan helm pada Rafael.

"Kenapa?" Rafael mengernyitkan dahinya.

"Lo gak usah banyak tanya deh, mending lo pergi sekarang dan ambil nih helm lo!" titahnya yang masih menyodorkan helm.

"Enggak."

"Lo gak butuh nih helm? Ya udah, gue buang aja." Tangan Tasya sudah terangkat pertanda dia hendak membuang helm itu, namun Rafael terlihat santai-santai saja. Hal itu membuat Tasya geram.

Anak sultan mah beda:>

"Lo beneran gak butuh?" Tasya mengangkat sebelah alisnya.

"Yang gue butuhin itu lo, Tasya."

"Ngomong apa sih lo? Udah nih ambil!" Tasya kembali menyodorkan helm itu.

"Lo masih suka 'kan sama gue? Buktinya lo gak berani buang helm itu, lo pasti gak lupa kalau itu helm pemberian dari lo pas kita pacaran dulu," terang Rafael. Rafael yang biasanya irit bicara layaknya Verro, kini bisa berbicara panjang di hadapan Tasya.

Mendengar perkataan Rafael, Tasya langsung melirik  helm yang dia pegang. Sedetik kemudian, dia menoleh pada Rafael."Lupain kalau kata 'Kita' pernah ada di antara gue sama lo!"

Seketika Rafael terdiam, kata 'Melupakan' itu tidaklah mudah dilakukan.

"Kata 'Kita' akan tetap ada, di antara gue ...." Rafael menunjuk dirinya, lalu Tasya,"dan lo."

"Jauhin gue, El! Gue mohon!" tegasnya.

Rafael menggeleng cepat, lalu dia mencekal tangan Tasya. Tasya yang menyadari itu berusaha melepaskan cekalan Rafael, namun cekalannya terlalu kuat.

"Lepasin gue!" titahnya. Rafael tak bergeming, Tasya tetap berusaha melepaskan tangannya dari Rafael. Tiba-tiba ada sebuah motor yang mendekati mereka. Hal itu membuat keduanya menoleh.

"Farras!" panggil Tasya saat melihat pengendara motor itu membuka helmnya.

"Tasya!" Dengan cepat orang yang memakai hoodie hitam menghampiri mereka.

Looking For True Love(Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang