Chap 4

51K 647 2
                                    

"Bilang aja lo cemburu sama si Laila!" sindir Hesni pada Ara yang sedang menggoyangkan gelas kacanya yang berisi cola.

"Bego. Yakali gue iri. Liat Shawn Mendes ama Camilla Belo aja gue gak iri, ngapain gue iri sama si Rangga ama Laila coba!" elak Ara menghabiskan cola nya.

"Dih sok-sok an banget sih. Keciri banget tau kalau lo iri!" timpal Cindy.  "Emang chat nya kayak gimana sih? Dari tadi ditanyain lo nya gak jawab-jawab."

"Chat mesum lah. Lo pikir aja masa tiap pagi tu cewe kirim video ucapan selamat pagi pake suara serak-serak desah? Trus ya  video nya tu dia pake tanktop ketat! Kalo gak, dia bilang dia tidur gak pake baju jadinya dia tutupin pake selimut, tapi masih keliatan dikit-dikit!" adu Ara yang terlihat dongkol.

"Bukannya lo kalo tidur juga gak pake baju ya?" tanya Hesni.

"Itu dulu bego! Sekarang mah kagak!" kesal Ara membanting pelan gelas nya di meja.

"Trus-trus apalagi?" tanya Cindy yang terlihat tertarik.

"Dia sering banget kirim pap seksi nya dia! Udah itu dia teruss aja minta Rangga buat kirim pap coolar bone nya dia. Untung si Rangga gak pernah kasih," ujar Ara meneguk cola langsung dari botolnya.

"Lo*te kali?" tebak Cindy ambigu.

"Ha?"

"Si Laila lo*te sosmed..." perjelas Cindy.

"Lo gak usah ngaco deh. Hubungan nya apa coba?"

"Lo pada inget Daniel sepupu gue kan? Gue pernah liat di galery dia ada video dia lagi vcs sama cewe. Ga tau kenapa gue ngerasa tu cewe si Layla. Soalnya tu cewe punya tahi lalat di lengan, trus gue liat poto Layla yang ditunjukin Rangga juga ada tahi lalat di lengannya! Posisinya sama!" ujar Cindy panjang lebar.

"Emang mukanya lo gak liat?" tanya Hesni.

"Kagak. Soalnya dia lagi nganu di bawah shower cuy! Ya mukanya kadang ketutup rambut atau ga ya buram-buram! Tapi ya gue salut sama tu cewe, dia gak sesak napas apa nganu dibawah shower? Berasa udah pro aja tu cewe" ujar Cindy.

"Anjir parah sih! Ra, lo harus kasih tau Rangga kalo dia pacaran ama lo*te sosmed! Dih amit-amit deh!" seru Hesni dengan nada jijik.

"Belum pasti bego!"

•••

Sudah sebulan semenjak Rangga berhubungan dengan Laila. Ara semakin kesal dibuatnya. Tapi berbeda dengan malam ini. Pasalnya Rangga mengajak Ara untuk diner di luar. Oleh karena itu Ara sedang tersenyum menatap dirinya dengan balutan tank dress hitam dan rambut yang digerai. Setelah mengoleskan lip balm di bibirnya, suara bel terdengar. Senyumnya semakin merekah. Ia yakin Rangga sudah tiba.

"Yuk!" seru Ara melihat Rangga yang berdiri di depan ambang pintu apartment nya yang memakai celana levis dan kaos putih di balik jaket hitam yang ia pakai.

"Bentar. Pakai jaket atau hodiee dulu gak? Ntar kedinginan gimana? Trus kalau diliat cowo-cowo gimana?" tanya Rangga sedikit khawatir membuat Ara senang.

"Gak bakal. Kan bareng lo," jawab Ara yakin.

"Tumben... Ya udah, yuk!" Rangga mengulurkan tangan kanannya dan Ara menerimanya dengan senang

•••

"Gak dingin?" tanya Rangga menatap Ara. Kini mereka sedang menyantap hidangan di sebuah cafe dan resto.

Ara menggeleng dan menyendokkan es krim ke mulutnya.

"Es nya juga gak dingin?"

Ara kembali menggeleng. "Standar."

"Abis ini langsung pulang?" tanya Rangga meminta persetujuan.

Ara menggeleng keras dengan mulut yang penuh es krim. Setelah menelan dengan susah, Ara berkata, "Pasar malam dulu yuk!"

Rangga mengangguk. Setelah membayar mereka meninggalkan resto dan menuju pasar malam yang berada lumayan jauh dari tempat asal mereka.

"Mau naik apa?" tanya Rangga setelah mereka sampai di pasar malam.

"Roller coaster!" seru Ara.

Rangga menatap Ara sejenak. "Gak takut?"

"Lo ngeremehin gue?"

Rangga terkekeh sambil menggeleng. "Mana bisa."

"Makanya ayo!" seru Ara tak sabaran.

"Beli karcis dulu." Rangga berjalan mendekati sebuah pos kecil yang menjual karcis arena roller coaster.

Ara dan Rangga menaiki roller coaster dengan beraninya. Mereka juga menaiki baling-baling, tapi karena Ara merasa bosan jadilah mereka hanya naik satu putaran. Setelah itu mereka melihat tong setan yang sangat menarik perhatian. Ara sempat berpikir apakah ada setan di dasar tong itu? Bahkan saat memasuki rumah hantu pun Ara berpikir apakah hantu yanh berada di rumah hantu berbeda dengan yang di tong setan? Pikiran dangkal Ara menjawab berbeda. Dengan logika dapat dilihat dari hurufnya.

Setelah mencoba berbagai wahana, Ara merasa lelah. Mereka membeli capuccino yang dijual disana. Cukup puas dengan kegiatan mereka, Ara tersenyum bahagia.

"Gimana? Udah puas kan?" tanya Rangga.

Ara yang masih menyeruput minumannya mengangguk senang. Dengan cepat Ara menghabiskan minumannya dan memberikan nya pada Rangga. "Buangin."

"Aelah, buang sembarangan aja," tolak Rangga.

Ara menggeleng keras. "Tuh di belakang lo ada tong sampah." tunjuk Ara pada tong sampah berwarna biru yang berada sepuluh langkah di belakang Rangga.

Rangga berdecak dan menerima sampah minuman Ara dan membuangnya dengan malas. Ara terkekeh melihat hal itu.

Saat melihat sekeliling, sontak Ara terkejut. Tiba-tiba Rangga memeluknya dengan erat. "Woi kalo lari liat-liat!" bentak Rangga meneriaki seorang pria yang berlari dan hampir menyenggol Ara dengan keras. Beruntung Rangga dengan cekatan menarik Ara kedalam dekapannya.

Ara deg-degan. Ia mendongak menatap Rangga yang terlihat marah. "Lo tadi liat apaan sih sampe mau disenggol aja lo gak sadar? Kalo lo jatuh gimana? Tali drees lo aja melorot gini lo gak sadar apa gimana sih? Tadi juga waktu di tong setan cowo-cowo pada nyenggol pundak lo tapi gimana lo bisa gak sadar?? Karna ini tadi gue males buang sampah tapi lo nya ngeyel. Untung kan lo gak jatuh?!" bentak Rangga. Dan Ara tau itu bentuk kekhawatiran Rangga.

Ara menunduk dengan hati yang berkecamuk. "Gimana gue bisa sadar kalo fokus nya gue ke lo doang?" gumam Ara pelan.

"Lo bilang apaan? Kerasin dikit napa!" seru Rangga melihat Ara yang masih dalam dekapannya.

Ara hanya menggeleng tak menatap Rangga. Jantung gue gak kedengaran kan? Tapi jantung Rangga kedengeran banget! Apa karna marah ya? batin Ara.

Ara mendongak dan berkata pelan, "Ya maap. Lagian kan sepele gini, jangan marah gitu napa..."

"Sepele gimana sih, Ra?" kesal Rangga sambil memegang keras wajah Ara untuk tetap menatapnya. Tapi melihat wajah Ara yang berubah kesakitan Rangga langsung melepaskan tangannya dan melirik ke samping sambil mengusap wajah nya gusar.

Dia pms apa gimana sih? Kan emang sepele... batin Ara lagi.

"Ehh!" seru Ara saat seorang pria kembali menyenggol lengan nya membuatnya menggunakan lengan Rangga sebagai pegangan.

Rangga melihat pria itu yang berlalu dengan santai. "Liat kan?"

Ara hanya menunduk jengah. Tiba-tiba hujan turun dengan derasnya. Rangga dengan sigap melepaskan jaketnya dan membalutkannya pada tubuh Ara.

"Hujan. Pulang?" tanya Rangga menarik dagu Ara untuk menatapnya. Rangga sedikit melotot dan langsung mencium bibir Ara.

ARANGGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang