Chap 8

41.5K 689 63
                                    

Sepersekian detik Rangga menyelesaikan lumatannya dan tersenyum menggoda menatap Ara, "Gimana?"

Ara langsung menunduk. Ia menggigit bibir bawahnya sambil memejamkan mata dengan perasaan yang berkecamuk. Antara senang juga malu. Ara menghela napas panjang dan mendongak. Ia menatap Rangga dengan tatapan angkuh, "B aja."

Rangga terkekeh dengan gelengan di kepalanya.  "Ya udah. Yuk pulang?"

"Udah selesai?"

Rangga tak percaya, "Mau gue cium lagi?" tanyanya dengan pd.

"Ck, bukaaan. T-o-D nya udah selesai?" tanya Ara lagi.

"Udah tiga kali kan? Ya udah," jawab Rangga acuh.

"Enak aja. Masa gue dua kali lo cuma sekali," protes Ara.

"Kan besok-besok bisa,"

"Gak-gak!" Dengan cepat Ara menutup mata Rangga dan menekan dada Rangga. "Pilih mana," ucapnya mengulurkan jemarinya yang lentik.

"Nih," Rangga memilih jari manis.

"Lo ngintip kan tadi?" tanya Ara mendelik Rangga dengan menunjuknya.

"Lah? Emang bener ya?" tanya balik Rangga. Rangga terkekeh karena tadi ia memilih asal.

"Gak. Salah. Truth or dare?" bantah Ara.

"Gak usah boong deh. Lo pilih truth atau dare?"

Ara mengerucut kan bibirnya nya. "Dare."

Rangga tersenyum simpul, Sorry, Ra. Tapi gue mau lo jadi punya gue, batin Rangga. Ia pun berkata, "Mainin susu lo selama tiga puluh detik tanpa pake baju."

Ara terbelalak tak setuju. "Gila lo!"

"Cuma dare, Ara. Lagian gue gak sentuh lo yang mainin kok. Gue cuma liat," jelas Rangga. "Lagian gue udah pernah liat, ngapain malu- ahh, Ara..." ringis Rangga karena Ara memukul kepalanya dengan baju olahraga yang ia pegang sedari tadi.

"Kayaknya lo tadi gak beneran minta maaf deh. Malah makin berani aja..."

"Btw, Ra, lo belum pakai baju dari tadi-ah kenapa lagi sih?" kesal Rangga karena Ara memukul kepalanya lagi.

"Kenapa gak bilang dari tadi sih." Ara hendak memakai bajunya namun langsung ditahan oleh Rangga.

"Dare nya kalo lo lupa," ingat Rangga mentoel kepala Ara.

"Yang lain, please..." pinta Ara.

"Gak-gak-gak!" tolak Rangga menggeleng.

Sebenernya kemarin gue marah bukannya karna Rangga main nyosor tapi karna dia main kasar sampe susu gue sakit. Kalau Rangga liat gue mainin susu gue gapapa kan? Lagian gue juga..., Ara menghentikan lamunannya dan menatap Rangga yang juga menatapnya.

"Awas nafsu!" ancam Ara dengan telunjuknya membuat Rangga kembali terkekeh.

Ara menjatuhkan bajunya ke lantai dan melorotkan tali bra nya. Berhasil membuka bra, Ara bertanya tanpa menatap Rangga, "Mainin gimana?"

"Hng? Ya serah..." jawab Rangga pelan terus memandang gundukan Ara.

"Lo liat aja ah. Gue gak bisa mainin," cicit Ara.

"Gue yang mainin gimana?" Ara memberanikan diri menatap Rangga yang sedang menaikkan alisnya seraya menggoda. Rangga tersenyum dan menarik tangan Ara. Ia duduk kembali di kursi panjang dengan Ara yang berdiri di hadapannya.

"Ga usah macam-macam deh!" seru Ara.

"Lo pilih mana, gue yang mainin atau lo goyang-goyanggin susu lo?"

ARANGGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang