"Sayang, ayo cepetan bangun. Kita harus berangkat ke rumah sakit sekarang kan?" Rangga mengenakan jaket levis nya dengan kaos hitam di dalam.
"Jangan sekarang, sayang..." Layla yang masih tidur di dalam ranjang dengan selimut yang menutupi tubuh telanjangnya menyahut dengan suara khas baru bangun tidur.
"Kalau gak sekarang kapan dong? Kita kan harus kasih Ara sarapan, Layla!" ucap Rangga sedikit berseru.
"Ih kamu, kayak gak tau rumah sakit aja sih! Kan makan pasien udah disediain sama rumah sakit. Suster nya bakal ngasih makan tepat waktu! Makanannya juga lebih sehat, Rangga. Jadi kita ngapain pergi?" kata Layla dengan nada yang sedikit ditinggikan.
"Ya tapi kan seenggaknya kita jenguk Ara, La! Kasian dia sendirian di sana!" Rangga berseru. Tak mengerti dengan apa yang dipikirkan Layla pacar nya itu.
"Iya-iya... Kita bakal jenguk Ara kok! Tapi ntar malem, ya?" bujuk Layla lalu kembali memejamkan mata.
"Tapi, Layla, gimana kalau Ara butuh sesuatu? Dia kan-" Ucapan Rangga terpotong karena Layla yang bangun dari tidurnya menatap Layla dengan marah.
"Rangga, kamu sadar gak sih kalau sekarang kamu lagi khawatirin orang lain di depan pacar kamu?" tanya Layla.
"Ara itu bukan orang lain, La! Dia sa-"
"Sahabat kamu! Iya aku tau! Trus kenapa kalau dia sahabat kamu? Aku kan pacar kamu Rangga! Masa kamu lebih mentingin dia dibanding aku?" ucap Layla yang mulai marah.
"Bukannya aku mentingin dia, Layla! Tapi Ara lagi sakit!" seru Rangga yang juga mulai naik pitam.
Layla memejamkan mata erat dan menghembuskan napas kasar. "Okay. Pergi aja sana. Gak usah balik. Sekalian aja kita putus kan? Kamu mau kita putus kan?"
"La, maksud kamu apa sih?"
"Apalagi kalau bukan maunya kamu kita putus? Kita baru ini ketemu lho, Rangga! Cuma lima hari kan kamu disini? Hari ini hari ke tiga. Kalau kamu mau jenguk Ara kamu pikir cuma sejam? Enggak kan? Bakal seharian kan?" tanya Layla mulai berceloteh.
"Emangnya kamu gak bisa luangin lima hari penuh kamu buat aku? Cuma lima hari! Kalau kamu udah balik ke indo kan kamu cuma bakal sama Ara. Kamu bisa sepuasnya sama Ara. Tapi sama aku cuma lima hari, Rangga! Lima hari! Gak bisa? Ya udah kita putus aja kan? Kamu aja gak bisa bertahan bareng aku selama lima hari. Masa aku harus bertahan buat kamu yang lebih sayang sama sahabat kamu daripada aku pacar kamu?!" lanjutnya.
"Apa jangan-jangan... Kamu suka sama Ara? Lebih dari sahabat?" tanya Layla membuat Rangga melotot.
Rangga langsung mendekati Layla dan duduk di sampingnya sambil menggenggam tangan Layla."Enggak, La, enggak. Kita cuma sahabat, Layla. Kita gak-"
"Udah, Rangga, stop! Mending sekarang kamu pergi aja samperin Ara. Jangan lupa pintunya dikunci!" Layla menjatuhkan tubuhnya ke ranjang membelakangi Rangga dan menutupi tubuh hingga kepalanya dengan selimut.
Rangga yang merasa bimbang, diam memikirkan sesuatu. Di dekatinya Layla dan usap nya lembut rambutnya, "Sayang, maafin..."
"Rangga, pergi!" Usir Layla.
"Sayang, maafin aku dong!" bujuk Rangga menarik pundak Layla agar menatapnya.
"Rangga, pergi. Gak usah ganggu a-"
Ucapan Layla terpotong dengan Rangga yang mengecup bibirnya tiba-tiba. "Diem. Aku bakal pergi ntar malem. Bareng kamu. Sekarang kita habisin waktu selama aku disini. Kamu mau kan?"
Layla tampak diam sebelum berucap, "Kamu yakin?"
"Kan aku sama pacar aku. Ngapain gak yakin?" tanya Rangga balik dengan senyuman. "Ya udah kamu mandi sana. Apa mau aku mandiin?" Goda nya sambil menaik-naikkan alis.
Layla terseyum malu kemudian menggeleng. "Gak usah. Tapi kamu gendong aku ke kamar mandi ya?"
"Itu mah sama aja kamu minta dimandiin," tawa Rangga juga Layla dan langsung saja Rangga menggendong Layla.
°°°
"Sialan, gak selera banget!" gerutu Ara pelan melirik pada makanan rumah sakit yang sudah diantarkan oleh suster dua puluh menit yang lalu.
Ditatapnya jam dinding menunjukkan pukul delapan lewat. Ia sudah sangat bosan menunggu Rangga yang tak kunjung menunjukkan wajah menyebalkannya itu.
Ara mengubah posisi tidurnya menyamping menatap jendela yang menunjukkan pemandangan langit pagi. Dipejamkannya matanya mencoba kembali tidur sembari menunggu Rangga.
Tiba-tiba suara knop pintu yang berputar terdengar bersamaan dengan langkah kaki. "Lama banget sih, Ga!" seru Ara sembari berbalik. Namun matanya melotot karena yang datang bukanlah Rangga seperti harapannya melainkan pria yang membuat kesalahpahaman antara dirinya dengan Rangga yang menyebabkan dirinya berada di rumah sakit saat ini.
"Saya Zi, bukan Ga," ralat Ozi pada Ara.
Ara tak menjawab. Ia hanya mendengkus kesal. Sementara Ozi menutup pintu dan menarik kursi yang menempel pada dinding untuk tempat duduknya di samping ranjang Ara. "Kamu gak selera kan? Kebetulan nih saya bawa kan bubur buat kamu. Bikinan saya sendiri lho ini. Dijamin sehat juga enak deh!" ucap Ozi mengangkat bekal makanan yang ia bawa dari apartemen nya.
"Om kok bisa ada disini sih?" tanya Ara tanpa menghiraukan bekal yang dibawa Ozi.
"Oh ya, kemarin saya datang ke hotel buat samperin kamu. Tapi saya ketok-ketok gak ada sahutan dari dalam. Kamu kemana aja kemarin?" tanya Ozi balik balas tak menghiraukan pertanyaan Ara.
"Saya nanya kenapa om bisa disini? Jangan balik tanya! Lagian om siapa sih sampai-sampai sok akrab gini sama saya?"
"Saya bukannya sok akrab. Saya cuma mencoba biar akrab, soalnya saya suka kamu." jawab Ozi kali ini. "Kemarin waktu saya mau pergi dari hotel, saya liat temen kamu si Rangga itu bopong kamu ke mobil terus bawa kamu ke rumah sakit. Saya ikuti karena khawatir sama kamu, rupanya kamu demam tinggi. Kok kamu bisa demam sih?" timpal nya menjawab lalu balik bertanya.
Ara sama sekali tak membalas jawaban maupun pertanyaan Ozi. "Mending om gak usah sok pengen akrab sama saya deh. Gara-gara om saya kena masalah. Gara-gara om saya jadi sakit gini, tau!"
"Loh? Kenapa karna saya? Salah saya dimana? Niat saya baik kok!" bantah Ozi.
Ara berdecak kesal. "Udah om pergi sana. Saya lagi gak mood."
"Makan dulu," ucap Ozi membuka tutup bekal nya dan menyodorkan pada Ara.
"Iya. Nanti saya makan," jawab Ara lalu memejamkan matanya.
"Sekarang. Emang kamu mau lama-lama dirawat disini?" mendengar pertanyaan Ozi, Ara membuka matanya.
"Emangnya saya disini sampai kapan?"
"Entah. Mungkin sampai kamu sembuh," jawab Ozi sambil mengangkat bahunya acuh. "Ayo makan." Ozi menyodorkan sesendok bubur karena merasa Ara akan mau disuapin olehnya. Dan benar saja, Ara melahap bubur tersebut meski ragu.
"Saya heran deh. Padahal kan kamu udah bisa pulang, kenapa malah dirawat disini?" tanya Ozi memulai pembicaraan.
"Maksudnya, om?" tanya Ara yang tak mengerti.
"Tadi saya tanya dokter apa kamu bisa pulang. Katanya bisa, tapi temen kamu dengan pacarnya minta biar kamu di rawat inap jadi ya kamu disini deh sekarang." tutur Ozi kembali menyodorkan sesendok bubur.
Ara melahap bubur tersebut dan tersenyum getir. Sialan!
°°°
Si lelak ngeselin ye

KAMU SEDANG MEMBACA
ARANGGA
Storie brevi17 Ara dan Rangga merupakan sahabat. Sebenarnya mereka saling menyukai satu sama lain. Tapi pribadi mereka berpikir bahwa mereka hanya cinta sebelah tangan yang tidak akan bertepuk. Hingga Rangga punya pacar. Meski ldr, tapi cukup membuat Ara cembur...