"Saya gak nyangka, kamu lebih milih nelpon saya daripada temen kamu itu. Tapi jujur, saya senang." ucap Ozi lalu duduk di kursi setelah melepaskan jas nya dan meletakkannya di sofa. Tak sia-sia ia memberikan nomor telepon nya pada Ara tadi pagi.
"Saya mau pulang." Ara berucap langsung tanpa basa-basi.
"Tapi kan temen kamu bakal jemput kamu besok? Lagian ini udah malem loh!"
"Tapi saya mau pulang malam ini!" seru Ara kukuh.
"Sekarang udah larut Ara. Masa kamu mau pulang sekarang? Gimana kalau temen sama pacarnya itu sedang tidur? Kamu mau ganggu mereka?" tanya Ozi membuat Ara berpikir keras.
Apa maksud pertanyaannya adalah 'gimana kalau Rangga dan Layla sedang bersenggama? Apa aku mau mengganggu mereka?' Sialan!
°°°
"Kamu duduk di situ, biar saya ambilkan air." Ozi berjalan menuju dapur yang tak memiliki dinding pembatas dengan ruang tamu mengambil air untuk Ara.
Sementara Ara duduk di sofa dan menatap sekelilingnya. Setelah perdebatan pertama yang panjang antara mereka, akhirnya Ara setuju untuk menginap di apartemen Ozi yang berada di lantai paling atas. Yah setidaknya jika Ara tidak keluar maka ia tidak akan bertemu dengan Rangga maupun Layla yang apartemen Layla berada di lantai bawah.
Ozi kembali membawa segelas air mineral dan menyodorkan nya pada Ara. Ara meneguk airnya dan Ozi berjalan memasuki suatu ruangan yang mungkin kamar nya. Tak lama ia keluar dengan balutan kaos hitam yang agak ketat dan celana pendek yang tidak menutupi bulu-bulu di kakinya.
Dibukanya kulkas dan diambilnya dua bungkus mie instan dan sebutir telur lalu dia bawang merah satu bawang putih juga sehelai daun bawang. "Kamu mau mie?" tanya nya.
Ara menoleh pada Ozi dan menggeleng. Dibukanya hoodie yang diberi Ozi untuk dipakai nya tadi dan menyisakan kaos nya yang berwarna hijau tua. Setelah melepaskan kaos kaki nya ia berjalan menuju dapur dan mendekati wastafel untuk mencuci tangan. "Om, saya tidur dimana?"
Ozi tak menoleh. Ia mengaduk mie nya yang sudah hampir jadi. "Disitu," Ozi menjawab sambil menujuk sofa yang diduduki Ara tadi dengan bibirnya yang dimajukan.
"Loh? Kok disitu sih?" Ara memukul meja kompor dengan mimik tak bersahabat.
"Trus kamu maunya dimana? Kamar mandi?" tanya Ozi sembari menuangkan mie nya ke dalam mangkok.
"Saya mau tidur disitu!" ucap Ara menunjuk kamar yang dimasukin Ozi tadi.
"Kamu mau tidur bareng saya ya?" goda Ozi dengan senyuman mesum lalu berjalan menuju sofa dan menghidupkan televisi.
Ara berdiri tepat di depan Ozi. Menghalangi Ozi yang sedang mengganti chanel. "Om yang bener deh. Saya ngantuk mau tidur!"
Ozi meniup mie nya yang panas lalu melahap nya. "Ya udah kalau mau tidur tinggal tidur. Emang kamu harus di dongengin baru bisa tidur?"
"Oom sriusan!" seru Ara.
Ozi melahap kembali mie nya sambil menatap tubuh Ara dari atas sampai bawah seakan-akan sedang melahap tubuh Ara. Tubuh yang kurus dan kecil. Paha nya yang di press oleh celana panjang berbahan levis terlihat sangat kecil.
"Kamu pengen banget saya sriusin?" goda Ozi tertawa. Namun melihat wajah Ara, Ozi menghentikan tawanya dan menghela napas. "Ya ampun Ara. Kalau kamu mau tidur di kamar ya tidur aja. Kamarnya gak saya kunci kok. Nanti kalau saya udah ngantuk saya bakal susul kamu."
Ara kesal. Ia berjalan dengan kaki yang dihentak-hentakkan menuju kamar Ozi. Tak berselang lama, ia kembali dengan membawa sebuah bantal dan selimut dan di hempaskan nya di sofa. "Om pergi sana! Saya mau tidur!"
Ozi menaikan alis. "Ini apartemen saya loh?"
"Saya gak ada niat tuh buat ambil apartemen oom. Saya cuma ngantuk, mau tidur. Jadi oom pergi biar saya bisa tidur," tutur Ara.
"Kalau kamu mau tidur ya tidur. Saya masih mau nonton," tolak Ozi kembali fokus pada mie nya yang tersisa sedikit. "Kamu tenang aja. Saya gak bakal ngapa-ngapain kamu kok. Saya punya selera."
Ara menyipitkan mata tak percaya dengan ucapan terakhir Ozi. "Baru aja tadi pagi bilang suka. Sekarang bilang punya selera. Maksudnya apaan sih?" gumam Ara yang dapat didengar sedikit oleh Ozi.
"Kamu bilang apa?"
Ara tak menjawab. Ia langsung duduk di sofa dan menutupi tubuhnya yang membelakangi Ozi dengan selimut. Ia langsung menutup matanya mencoba tidur untuk menghilangkan lelah.
°°°
Sementara itu di sebuah apartemen juga yang berada di lantai bawah, enam orang sedang berkumpul. Memainkan sebuah permainan jadul yang sering dimainkan untuk bersenang-senang.
Disitu kita akan bermain tebak-tebakan dengan giliran yang ditentukan oleh botol kosong yang diputar. Saat botol tersebut mengarah pada seseorang, maka orang itu akan diberi sebuah pertanyaan oleh orang yang berada di hadapannya dengan pertanyaan yang hanya bisa dijawab jika tebakan kita benar.
Apabila benar maka orang yang memberi pertanyaan akan memilih secarik kertas yang digulung yang berada di tengah-tengah mereka atau memilih tantangan yang akan diberi oleh orang yang ditunjuk botol tadi.
Begitulah cara mainnya. Seperti truth or dare namun akhir tiap sesinya adalah dare.
Layla yang ditunjuk oleh botol mendapat pertanyaan dari Kinan yang berada di hadapannya.
Kinan adalah salah satu teman Layla yang diundang oleh Layla. Selain Kinan juga ada Meli, Putra, dan Fizi.
"Berapa cm panjang kontol nya Rangga?"
"Anjirr!" seru yang lain kompak tertawa begitu pun dengan Layla.
"Pertanyaan selain itu napa?" tanya Rangga yang merasa tak enak dengan miliknya yang dipertanyakan.
"Ya biarin! Kan kita kepo punya kamu itu panjang apa enggak?" tawa Kinan dan Meli.
"Gila. Kalau panjang emang kenapa? Kalian mau coba punya Rangga?" goda Fizi.
"Kalau panjang ya... Mau lah! Tapi kalau Layla ngizinin sih, hahaha!" ucap Meli tertawa lagi.
"Pendek!" seru Layla tiba-tiba menjawab. "Punya Rangga tuh pendek, kecil. Jadi mending gak usah deh. Karena punya Rangga itu udah jadi punya aku!" serunya kembali lalu tertawa bersama yang lain.
"Tapi berapa cm?" tanya Kinan lagi.
"Delapan belas cm, maybe?" jawab Layla ragu.
"Anjir! Lumayan lah, ya kan, Mel?" tanya Kinan diangguki Meli. "Bener gak punya kamu delapan belas cm?"
Rangga menggeleng dengan senyuman pada Layla. "Salah. Yang bener delapan belas koma lima cm!"
"Ish kamu! Kan beda dikit! Dari tadi bikin aku salah mulu!" geram Layla terlihat imut-imut amit.
Sementara yang lain tertawa. "Nah, La, pilih tantangan dari Kinan apa pilih yang dikertas?" tanya Putra.
"Males lah kalau pilih tantangan dari Kinan. Pasti nyuruh aku buka baju kayak yang kalian suruh tadi. Padahal kan pakaian aku sisa daleman. Kalian pengen banget ya liat aku telanjang?" selidik Layla membuat yang lain kembali tertawa.
"Ealah, La! Kayak kamu aja yang sisa daleman. Kita kan juga!" seru Meli yang pakaian juga tersisa cd dan bra sama seperti Layla juga Kinan.
"Gak kalian doang. Kita juga udah telanjang dada ini!" seru Putra dan Fizi.
"Ya tapi Rangga enggak tuh! Pakaiannya masih lengkap! Heran deh, kok botolnya dari tadi ga mau nunjuk ke Rangga ya?" heran Meli.
Sementara Rangga tertawa kecil, Kinan kembali berkata, "Pokoknya selesai Layla giliran nya Rangga! Mau ketunjuk kek, mau enggak, pokoknya harus Rangga!"
"Dih? Maksa bener!" tawa Rangga.
"Udah Layla buruan pilih mana!" seru Kinan lagi.
Layla pun mengambil kertas dan memberikannya pada Kinan untuk dibaca. Kinan langsung membuka gulungan dan membaca tulisannya. "Minum setengah botol anggur, udah itu tuangin sisanya ke badan dengan gaya seksi."

KAMU SEDANG MEMBACA
ARANGGA
Historia Corta17 Ara dan Rangga merupakan sahabat. Sebenarnya mereka saling menyukai satu sama lain. Tapi pribadi mereka berpikir bahwa mereka hanya cinta sebelah tangan yang tidak akan bertepuk. Hingga Rangga punya pacar. Meski ldr, tapi cukup membuat Ara cembur...