Chap 16

24.3K 391 52
                                    

Awalnya gue udh bikin kelanjutan rangga-layla yg nyanya nyenya, tpi karna chap sebelumnya rangga-layla ada yg skip, ya udh ga gue publikasikan jdi gue bikin yg baru

Di chap ini jg rangga bkl tau klo Layla udh ga pw jdi jgn di skip oke?

Happy reading!!

"Uhm..." Layla terbangun dari tidurnya saat sinar mentari pagi menyilaukan mata nya.

Layla melihat ke samping. Tidak ada Rangga. Kemana dia? Layla bangun dari tidurnya dan menutupi tubuhnya hingga ke dada dengan selimut. Kegiatan yang biasa dilakukan setiap wanita jika bangun pada pagi hari setelah melakukan olahraga di malam nya.

"Sayang? Sayang! Ranggaaa!!" panggilnya. Tak ada jawaban. Saat ia hendak memanggil lagi, pintu kamar mandi terbuka dan Rangga keluar dari sana dengan balutan handuk menutupi pinggang hingga ke bawah lututnya.

"Kamu kok gak bangunin aku sih?" Layla bertanya dengan suara khas nya. Serah basah desah.

Rangga duduk di tepi ranjang. "Kamu nya susah dibangunin."

Layla tertawa nyengir. "Maaf... Soalnya aku cape banget ama yang tadi malem, jadi males bangun," jawabnya manja.

"Ya udah, kamu mandi sana," suruh Rangga.

Layla mendekat pada Rangga dan menyandarkan kepalanya pada pundak Rangga. "Males..."

"Dih, malesan. Rajin dong, biar jadi istri idaman," gombal Rangga di pagi hari sebelum memulai hari.

Layla tertawa malu. "Iya-iya. Ini mau mandi. Tapi bentaran ya, aku susah jalan. Masih sakit..."

"Sakit? Masa sih?" tanya Rangga.

Layla mendongak dan menatap Rangga. "Sakit lah! Cewe mana yang semalaman di genjot abis pake kontol tapi memek nya gak sakit? Bego ya kamu!" tukas Layla dengan bahasa vulgar.

Rangga sedikit terkejut. Berbeda dengan Ara yang kemarin malam mabuk dan berkata yang tidak-tidak, tapi Layla saat ini penuh dengan kesadaran. Bagaimana bisa dia sefrontal itu? Dan nadanya bicara juga kasar, jauh berbeda dengan Ara yang terdengar enggan saat berbahasa frontal.

Jujur, ia tidak suka dengan perempuan yang berbahasa kasar. Tapi mungkin Layla tidak berniat ngomong kasar. Mari lupakan.

"La, bukannya aku curiga sama kamu. Tapi aku cuma pengen tahu. Kamu mau jawab pertanyaan aku kan?" tanya Rangga pelan.

Layla sedikit mengerutkan kening. "Iya boleh, tanya aja."

"Kamu udah gak virgin ya?" tanya Rangga to the point.

"H-hahh??"

"Bukannya perempuan kalau pertama kali bakal ngeluarin darah? Trus, punya kamu juga... Longgar, La. Maksud aku, sama sekali gak ada kesulitan buat aku masuk. Semalem kamu juga sama sekali gak ada ngeluarin air mata, kayak kamu udah biasa gitu. Desahan kamu juga ya...cuma desah, gak ada rintihan. Makanya aku bi-"

Plakk!!

Satu tamparan mendarat di pipi Rangga. Tapi Layla yang malah menangis.

Tentu saja Rangga heran. Dia kenapa?

"Iya. Aku emang udah gak virgin. Trus kenapa? Kamu illfeel sama aku? Kamu gak tau kan seberapa besarnya usaha aku buat mau ngelakuin itu sama kamu? Kamu ga tau kan gimana aku ngelupain trauma aku dulu supaya bisa ngasih apa yang kamu mau? Kamu ga tau kan?!" serunya bertanya. Memutar keadaan.

"Maksud kamu, La?"

Layla tak langsung menjawab. Tangisnya semakin keras. Mau tak mau Rangga langsung mendekap Layla untuk menenangkannya.

ARANGGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang