"Main apa?" tanya Ara dan berjalan keluar dari kamarnya.
Rangga yang mengikuti Ara dari belakang pun menjawab, "Rumah tangga."
Ara yang merasa ambigu membeo menatap Rangga.
"Maksudnya ular tangga," perbaiki Rangga.
"Gak ah, males. Gue sakit," tolak Ara dan duduk di sofa setelah mengambil sebotol cola dari kulkas.
"Trus kalo sakit kenapa?" tanya Rangga duduk di sofa tunggal.
"Ya gue gak boleh main. Gue harus tidur ama istirahat biar cepet sembuh," seru Ara memberi alasan.
"Halah biasanya juga kalo tidur malah makin sakit. Lo kalau mau cepet sembuh biasanya kan harus seneng-seneng, makanya gue ajak main," ingat Rangga ingin bermain.
"Ya udah. Tapi gue laper, lo masak dulu gih!" titah Ara dengan gaya belagu nya.
"Dih banyak maunya aja ni anak. Ya udah gue masakin, lo pake cd dulu sana!" ucapan Rangga membuat Ara melotot kesal sambil mengerucutkan bibirnya. Ia menuju kamar dengan kaki yang dihentakkan.
Rangga terkekeh dan membuka kulkas mengambil bahan-bahan untuk di masak. Melihat ada sekaleng sarden dan sekotak mie instan stok Ara, Rangga berdecak dan menghela napas. Rangga langsung mengambil handphone nya menelepon seseorang.
Kini Rangga sudah selesai masak. Ia melihat pintu kamar Ara yang tertutup rapat. Rangga berdecak dan berteriak memanggil nama Ara. Ara langsung membuka pintu dan keluar dengan celana levis pendek diatas lutut dan crop hitam.
Rangga menaikkan alis tanda bertanya. Ara yang mengerti pun menjawab, "Gue mau ketemu orang."
"Siapa?" tanya Rangga.
"Pacar gue," jawab Ara santai dan duduk di hadapan Rangga.
"Hah?"
"Lo tuli? Pacar gue. Emang lo sendiri yang punya pacar," sindir Ara menatap hidangan yang tersedia. "Sayur? Dapet dari mana?"
"Dikirim bunda," jawab Rangga cuek.
Ara hanya ber'oh' ria. Tak butuh waktu lama, Ara sudah selesai makan. Pasalnya ia makan hanya sedikit, sebut saja nasi kucing.
"Gue mau pergi nih. Lo gak pulang?" tanya Ara bangkit berdiri. Rangga tak menjawab. Ia langsung pergi meninggalkan Ara yang menatap dingin tubuh Rangga yang mulai menghilang.
•••
"Kalah!" seru seorang pria sambil tersenyum menatap Ara yang mendengkus kesal di hadapannya.
"Ya udah hukuman nya apa?" tanya Ara dengan malas. Pria itu bangkit dan mendekati Ara yang duduk di kursi. Saat ini mereka berada di sebuah cafe di lantai dua yang sudah di boking oleh pria itu.
Ara menatap bingung. Pria itu menundukkan wajahnya dan tubuhnya ditopang oleh kedua tangannya yang menumpu pada sisi tangan kursi Ara. Wajahnya semakin mendekat dan Ara mengerutkan kening dengan mata terbelalak. Beberapa senti bibir Ara akan bertemu dengan pria itu tapi tiba-tiba sebuah pukulan menghantam wajah sang pria yang sudah tersungkur.
"Brani lo cium cewe gua hah?!" maki Rangga menonjok wajah pria itu. Ara melotot dan meneriaki nama Rangga.
Namun Rangga seperti tak mendengar dan terus memukul sang pria. "Rangga, stop!" seru Ara ingin menarik Rangga tapi Rangga dengan tak sengaja mendorong Ara hingga tersungkur keras ke lantai.
"Ara!" desis Rangga segera menghampiri Ara. Ara langsung bangkit menarik tangan Rangga tanpa menghiraukan bokongnya yang sakit.
Saat sampai di luar cafe, kini Rangga yang menarik tangan Ara menuju parkiran dan masuk ke dalam mobilnya.
"Siapa cowo itu yang brani nyoba cium lo?!" bentak Rangga menatap tajam pada Ara.
"Dia pacar gue, kenapa?!" balas Ara membentak Rangga. "Lo gila ya ? Ngapain sih tiba-tiba datang gangguin orang? Ngapain??"
"Ganggu lo bilang? Lo nyadar gak sih gue lagi nyelamatin lo dari cowo brengsek kayak gitu! Gue gak mau tau pokoknya lo harus putusin tu cowo!" titah Rangga.
Ara terkekeh. "Siapa lo nyuruh-nyuruh gue? Hak lo apaan?"
"Lo milik gue, Ara!" tegas Rangga.
Mata Ara mulai memanas. "Jangan karna lo pernah cium gue trus seenak jidat lo ngeklaim gue punya lo ya! Gua bukan punya siapa-siapa!"
"Gak. Lo milik gue. Gue milik lo." Rangga semakin menatap tajam pada Ara.
Ara menunjukkan ekspresi tak percaya dan ingin tertawa. "Gila lo! Gue bukan punya lo dan lo bukan punya gue! Gak dulu gak sekarang atau nanti. Lo bukan punya gue! Apalagi ntar kalo lo udah kawin ama si Laila. Lo bakalan ninggalin gue kan? Jadi gak usah sok-sokan!"
Saat Ara akan keluar dari mobil Rangga menahan tangan Ara dan menatap nya intens. Rangga menarik tubuh Ara dan jatuh ke dalam dekapannya. Dengan cepat Rangga langsung melumat bibir Ara. Ara terkejut bukan main. Ia mencoba meronta namun kekuatan Rangga jauh lebih kuat dibandingkan dirinya.
Rangga menggigit bibir bawah Ara dengan kencang. Ara mendesah kesakitan dan lidah Rangga langsung menjelajah dan berperang di dalam mulut Ara. Ara merasa pasokan napasnya sudah habis. "Ranggahhh!" seru Ara mengambil napas sebanyak-banyaknya setelah mendorong dada Rangga.
Rangga langsung mendorong tubuh Ara ke kursi penumpang dan menindih nya disana. Cukup lama melumat bibir Ara, Rangga langsung mencumbu telinga dan leher Ara. Ia menggigit dengan keras leher Ara meninggalkan kissmark yang cukup besar dimana-mana. "Ahh Ranggahh..." desah Ara menangis merasakan sakit di lehernya akibat gigitan Rangga.
Tangan Rangga menelusup ke dalam crop top Ara dan meremas keras kedua gundukan Ara yang masih terbalut bra. Rangga menarik tubuh Ara untuk duduk dan melepaskan paksa bajunya. Setelah itu Rangga membanting tubuh Ara dan kembali melumat bibirnya dengan tangannya yang berusaha melepaskan pengait bra Ara. Setelah terlepas Rangga menahan kedua tangan Ara dan ia melihat sekilas wajah Ara yang menangis tapi tatapan nya teralihkan pada gundukan Ara yang sangat menggiurkan. Rangga tersenyum menatap gunung itu berbeda dengan Ara yang jijik melihat senyuman itu.
Rangga langsung memakan gundukan itu dan memainkan nya dengan rakus. Gigitan nya begitu menyakitkan bagi Ara. Hingga saat Rangga memilin nipple Ara dengan bibirnya dan mencoba menariknya Ara tak tahan dan langsung menampar pipi Rangga. "Ranggaah!!"
Rangga langsung tersadar. Matanya terbuka melihat wajah Ara yang menangis dengan tatapan kecewa dan jijik. Rangga langsung keluar dari mobil dan membanting pintunya. Terlihat Rangga frustasi dengan mengacak dan menjambak rambutnya. Ara menghapus air matanya dan melihat kedua gunungnya meski yang sebelah kanan jauh lebih merah, bengkak, berkedut dan terasa lebih sakit.
Ara mengambil jaket yang terletak di kursi samping kursi sopir. Ia menutupi tubuhnya dan duduk di kursi sopir. Sekilas Ara menatap Rangga yang tampak kacau meski tak sekacau dirinya sebelum melajukan mobil.
"Arghh!" teriak Rangga menendang udara.

KAMU SEDANG MEMBACA
ARANGGA
Storie brevi17 Ara dan Rangga merupakan sahabat. Sebenarnya mereka saling menyukai satu sama lain. Tapi pribadi mereka berpikir bahwa mereka hanya cinta sebelah tangan yang tidak akan bertepuk. Hingga Rangga punya pacar. Meski ldr, tapi cukup membuat Ara cembur...