Chap 17

23K 452 76
                                    

❗❗❗
WARNING!!!

Chap ini mengandung adegan yang dapat menimbulkan dosa dua kali lipat dari biasanya!
Dosa tanggung sendiri!
Dikarenakan author sudah tidak sanggup menanggung dosanya sendiri apalagi ditambah dengan dosa kalian!

Happy Reading!!!

"Rangga, jangan, Ga... Ranggaahhhh..." Ara mendesah sambil menangis ketakutan mendapat perlakuan kasar dari Rangga.

Rangga tak peduli dengan Ara. Ia masih mengoyakkan dan melepaskan semua pakaian Ara dengan paksa.

"Rangga, jangan..." Dengan tubuh yang sudah ditelanjangi Rangga, Ara menyeret tubuhnya di atas kasur menjauhi Rangga yang tampak mencari sesuatu. Namun Ara tak dapat bergerak lagi, Rangga kembali mendekatinya dengan membawa kain selendang yang panjang. Saat ia hendak melarikan diri Rangga langsung menahan tangannya. "Haa!! Rangga, jangan, Ga! Salah gue apa...? Akhh! Rangga, sakit, Ga!!"

"Diem atau gue kencengin ikatannya?" ancam Rangga yang sudah mengikat lengan kanan Ara dan mengikat ujung yang lain ke tiang kanan ranjang.

Setelahnya Rangga mengikat lengan kiri Ara dan menyambungkan nya ke tiang ranjang sebelah kiri.

"Rangga, jangan gini, Ga... Lepasin gue!!" Ronta Ara menarik tangannya mencoba keluar dari ikatan.

Rangga menindih Ara. Menatap tajam matanya. "Lepas ha? Lo minta dilepasin biar bisa ngewe sama om-om? Lo suka yang berpengalaman kan? Lo tungguin gue, gue bakal datang dengan pengalaman. Sekarang lo diem!"

Rangga turun dari ranjang mendekati kaki Ara. Sementara Ara terus menangis dengan kepala yang digelengkan. "Enggak, Ga, enggak! Lo salah paham! Gue sama sekali gak ngapa-ngapain sama orang tadi! Tadi dia gendong gue cuma karna kaki gue terkilir waktu nyariin lo, Ga! Gue sama sekali ga ada hubungan apa-apa sama dia!" tutur Ara menjelaskan kejadian yang membuat Rangga salah paham dan marah.

"Diem, Ara! Lo gak usah bohong! Gue tau kok, tadi malem lo gak nginep di hotel tapi di apartemen dia kan?" bentak Rangga sambil mengikat kedua kaki Ara.

"Enggak, Ga! Gue gak bohong! Lo bisa tanya sama Layla. Percaya sama gue, Rangga..."

"Gue bilangin diem!" gertak Rangga.

Rangga berjalan mendekati meja dan membuka laci. Mengambil sebuah alat dari sana. Vibrator. Ara yang melihat alat itu menggeleng sambil menangis. "Jangan, Ga..." pintanya.

Rangga tak peduli. Ia mendorong ke atas kaki Ara yang diikat membuat kedua paha Ara terbuka dan membentuk ketupat dan membuat vagina Ara terbuka lebar. "RANGGAHHH!!" rintih Ara berteriak karena Rangga memasukkan vibrator itu dengan sekali dorongan kuat.

Setelahnya Rangga mengambil remote control dan menekan tombol. Otomatis vibrator di dalam pusar Ara berputar. "Ranggaahhhh!!!" desah Ara karena vibrator tersebut bekerja dengan kecepatan tinggi.

"Napa? Enak kan? Kurang gede ya? Apa kurang kenceng?" tanya Rangga dengan tawa. Tawa gila.

Ara yang merasa sangat kesakitan mencoba menggelengkan kepalanya.

Tak sampai disitu. Rangga kembali menindih Ara dan melumat bibirnya rakus. Sementara tangannya sibuk meremas kencang gundukan Ara. "Dengar, Rahh.. Gue mau, nenen lo ngeluarin susu... Gue mau nyusu, Rahh," ucap Rangga di sela-sela lumatan nya.

Ara masih saja menangis. Tidak ada kesalahan yang diperbuatnya. Hanya kesalah pahaman yang timbul di pemikiran Rangga entah dari mana. Tapi kenapa Rangga harus melakukan hal seperti itu pada Ara? Kenapa harus?

Tiba-tiba suara deringan berbunyi dari telepon Rangga dan Rangga menghentikan kegiatannya. Ia melihat layar handphone nya dan tersenyum. Melihat itu hati Ara terasa sakit. Bisa-bisanya dia senyum setelah menyiksa Ara?

Rangga melihat Ara yang bugil terus mendesah mendapat serangan dari vibrator yang masih menyala.

"Ahh... Ranggahhh.. Fasterhh.. Sayang... Fasterhh ahh..."

"Lebih cepet.... Ahh ahh... Yahh.. Kontol kamu enakhh...Ohhh..."

"Ranggahhh... Cepetin lagihhh... Sayang cepet... Aku mau keluarhhh... Ahhhhh..."

Ara memejamkan mata dengan tangis yang terus keluar. Di tutupnya mulut nya sekuat tenaga agar tak mengeluarkan desahan akibat vibrator yang berkerja supaya desahannya tak bercampur dengan desahan Layla yang diputar di laptop Rangga.

"Tuh dengerin suara Layla. Enak kan di denger." tawa Rangga. "Gue mau cari pengalaman. Ini hukuman lo berani ngewe sama orang lain. Gue pergi dulu," sebelum membuka pintu Rangga berhenti. "Oh ya, desah aja sepuasnya. Kamar ini udah gue bikin kedap suara kok. Bye, Ra!"

Anjing! Lo anjing banget, Rangga!

°°°
Mati lo, Rangga, mati!!
Nyesel gue bikin cerita tokoh utama laki²nya kok bisa sebrengsek elo sih?!
Gue ganti ml nya mau lo ha?
Awas kalau lo brengsek lagi gue usir lo dari cerita ini!

Dih anjirr
Geram gue😤
Eh btw

Hai
Gimana chap ini? :)

Berapa huruf, kata, kalimat, nama binatang yang ingin kalian sebut?
Ayo, jangan sungkan²
Keluarkan kata² mutiara kalian yg berharga
Siapa tau Rangga terharu trus tobat
Mana tau yekan

Tpi Rangga kok bisa gila sih? Kira2 dia semarah itu karna apa ya? Coba tebak
Siapa benar, dia pacar Rangga selanjutnya! Yeay!!
Ayo rebutkan posisi pacar Rangga
🥳🥳🥳

Oh ya, sorry udh nge php in
Tdi niatnya mau up jam 9 tpi ketiduran wkwk
Trs skrg kebangun deh yaudah gue publish


Buat para readers jam 00 gini masih ada yg melek?
Klo ada mending lngsung tidur deh
Ga boleh bgdg
Jga kesehatan
Rangga gak mau kalian sakit(((
Pokoknya harus sehat buat Rangga kalian yg ganteng ini, oke?😉

Salam sayang,
Rangga

ARANGGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang