1.
"Ughhhhh. . . . ."
"Apa ada yang sakit Ricky?"
"Tidak apa-apa."
Aku hanya sedang stress.
Setelah kejadian waktu itu, secara susah payah aku dan Maya berhasil pergi ke rumah sakit dengan sembunyi-sembunyi. Menggunakan alasan kalau kami bertiga baru saja mengalami kecelakaan, tanpa banyak ditanya kami boleh masuk ke ruang perawatan dengan jaminan kartu pelajar.
Walaupun begitu aku masih bisa mendengar ada yang membicarkankku di belakang dengan omongan-omongan tidak mengenakan. Mau bagaimana lagi, meski aku ingin sekali menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi jelas tidak mungkin aku bisa melakukannya. Sehingga pada akhirnya, kesan yang kubuat adalah.
Seorang remaja laki-laki yang sedang melakukan tindakan tidak bermoral pada dua orang gadis cantik tapi untuk suatu alasan dia kena sial dan mendapat kecelakaan. Oleh karena itu dia terpaksa berhenti di tengah kegiatannya lalu pada akhirnya, sebab panik dia lupa tidak kembali merapikan penampilan partnernya.
Yang dimaksud partner di sini sepertinya adalah Veronica yang kubawa dalam keadaan hanya memakai dalaman saja.
Semua pasti sudah tahu kalau kejadiannya tidak seperti itu, tapi di luar sana aku benar-benar mendengar ada beberapa orang yang membuat skenario semacam itu dan menyebarkannya pada orang lain.
Meski omongan mereka itu tidak bisa membunuhku tapi jelas efek kabar miring semacam itu sama sekali tidak bisa dianggap remeh lalu dibiarkan begitu saja. Kalau sampai hal itu masuk ke telinga si guru pembimbing. Kemungkinan kalau aku akan dikeluarkan dari sekolah sama sekali tidak kecil.
"Lalu kau sendiri bagaimana? kau masih belum sehat juga kan?"
Veronica yang masuk ke rumah sakit di hari yang sama denganku, sepertinya hanya mengalami pendarahan di kepala yang kecil jadi dia sudah diperbolehkan pulang terlebih dahulu. Sedangkan aku yang tangannya patah ini dipaksa harus tinggal untuk dua hari lagi walau sebenarnya aku tidak mau.
Aku ini jelas masih manusia normal, jadi tanganku tidak akan bisa sembuh dalam jangka waktu semalam. Hanya saja, kalau aku terlalu lama di tempat ini, entah hal macam apa lagi yang akan kedua orang tua angkatku katakan setelah aku menghabiskan uang mereka.
Karena itulah aku ingin segera pulang, selain itu tempat ini juga sama sekali tidak aman. Tidak aman untuku dan tidak aman untuk orang lain. Meski aku tidak ingin mengakuinya tapi bisa dibilang kalau aku ini adalah magnet untuk kesialan, oleh sebab itulah aku tidak ingin orang lain ikut tertular kesialanku.
"Lagipula rasanya tidak enak juga dijenguk oleh orang yang sama-sama sakit, apalagi kalau yang menyebabkannya juga aku."
"Aku sudah sembuh total."
Lalu kenapa di kepalamu masih ada perbannya?
"Lagipula aku ke sini bukan cuma untuk menjenguk, sebagai rasa terima kasih, aku membawakan kopian materi untukmu."
Setelah mendengar kabar kalau aku kena kecelakaan, sepertinya si guru pembimbing hatinya agak melunak dan mau mendengarkan penjelasan Maya. Lalu dengan bantuan Veronica, dia akhirnya mau mencabut hukumanku di saat yang sudah sangat terlambat. Jumat.
Aku tidak bisa menulis karena aku adalah pengguna tangan kanan yang keadaannya sekarang sedang tidak bisa digerakan. Karena itulah aku menolak kembali masuk karena tahu kalau misalkan aku masukpun tidak akan ada gunanya. Dengan alasan menuruti saran dokter, aku dibiarkan tinggal selama tiga hari di rumah sakit.
Dan mulai saat itu, hampir setiap hari Veronica akan datang ke sini dengan membawa kopian catatannya. Benar-benar gadis yang baik.
"Ricky."
KAMU SEDANG MEMBACA
DOLL
Science FictionRicky Axioo memicu perang dunia ke tiga pecah, dan hal itu membuatnya jadi target untuk dibunuh. Untuk melindunginya, sebuah DOLL (Digital prOgrammed Long Lasting android) bernama Maya dikirimkan untuk melindunginya.