6 : Heavy Feelings

95 4 0
                                    

3.Little Sister

3.1

Pernahkah kau merasakan apa yang namanya jatuh cinta pada pandangan pertama? aku pernah. Meski memang perasaan itu hanya berakhir sampai di taraf itu saja.

Cinta itu adalah bukan sesuatu yang bisa tumbuh dalam satu malam. Kadang butuh waktu lama seseorang menyadari kalau dia sudah jatuh cinta pada orang lain. Jadi kalau aku bilang aku sudah mengalami apa yang namanya jatuh cinta pada pandangan pertama, mungkin akan ada sangat banyak orang yang tidak percaya dan setuju kalau cinta pada pandangan pertama itu cuma bualan.

Dua tahun yang lalu. Setelah mengalami berbagai macam kemalangan yang terus menimpaku secara bergantian, akhirnya aku benar-benar menemukan orang yang bisa disebut keluarga.

Setelah mengetahui kalau panti asuhan yang kutinggali melakukan praktik jual beli manusia, aku segera memberitahukan teman-temanku dan mengajak mereka untuk kabur. Tapi kebanyakan dari mereka tidak mempercayaiku dan meskipun ada yang percaya, tidak ada yang mau mengikutiku untuk pergi dari sana.

Jelas aku paham kenapa mereka tidak mau ikut bersamaku.

Alasan pertama adalah, jika mereka ikut bersamaku lalu berhasil kabur dari panti asuhan itu. Ke mana lagi mereka akan pulang, mereka tidak punya keluarga, tidak punya teman, dan yang paling penting, tidak punya uang. Jika mereka pergi dari sana, tidak ada jaminan kalau kehidupan di luar akan lebih baik.

Ya. Tidak ada jaminan kalau mereka punya masa depan yang cerah jika mereka keluar dari tempat itu. Setidaknya jika mereka tetap tinggal, mereka akan mendapat makan tiga kali sehari.

Lalu alasan kedua adalah, meski memang panti asuhan yang kutinggali itu menjual anak-anaknya bukan berarti anak yang dijual itu akan diperlakukan buruk. Jual beli di sini hanyalah proses adopsi ilegal dengan tanpa surat-surat yang sah. Jadi bisa saja orang yang datang ke situ memang benar-benar hanya ingin mengadopsi anak tanpa harus berurusan dengan repotnya adiminstrasi pemerintah.

Ya. Tetap tinggal juga bukanlah jaminan untuk sengsara. Ikut denganku malahan jauh lebih berbahaya daripada tetap tinggal.

Pada akhirnya, hanya ada seorang anak perempuan yang mau ikut denganku. Bersamanya, aku pergi dan menyelinap dari panti asuhan itu.

Setelah berhasil keluar kami masih belum bisa lega sebab pekerja di panti itu disuruh untuk mencari dan membawa kami berdua pulang.

Di tengah kekacauan itu, aku dan gadis itu terpisah. Dia bilang jika kami terus bersama kemungkinan kami akan tertangkap jadi semakin besar, karena itulah dia mengajukan usul agar kami berpencar.

Aku berhasil lolos, dan kuharap dia juga berhasil lolos. Aku merasa bersalah sudah mengajaknya pergi tapi tidak bisa menemaninya sampai akhir, tapi aku terus berlari. Sambil berharap yang terbaik padanya.

Ketakutanku membuatku menutup mata.

Dua bulan setelah keluar dari panti asuhan itu. Seperti yang sudah kuduga, hidupku sama sekali tidak bertambah baik. Malah bisa dibilang jadi semakin buruk. Semuanya serba susah. Mencari uang susah lalu mempertahankannya jauh lebih susah lagi. Dan meski aku sudah punya uang, bukan berarti aku bisa mendapatkan sesuatu dengan mudah.

Sebab persepsi kebanyakan orang tentang anak jalanan adalah sangat buruk, aku akan dianggap kriminal meski tidak melakukan apa-apa. Selain itu, mencari tempat tidurpun sama susahnya.

Dua bulan itu adalah waktu paling menyiksa yang pernah kualami selama hidupku.

Ketika kedua orangtuaku bertengkar atau marah padaku tanpa alasan yang jelas, aku sempat berpikir untuk kabur dari rumah dan hidup sendirian saja. Sebagai anak yang masuk dalam masa melawan, pikiran seperti itu kurasa sangat normal.

DOLLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang