13 : Important : The Tip Of Iceberg

712 35 18
                                    

1

Setelah menunggu selama setengah jam, akhirnya Rio dan Bea keluar dari ruang ujian dan langsung menuju ke kantin. Dan begitu sampai, keduanya langsung menghela nafas panjang setelah meminum segelas air mineral dingin.

Secara fisik mereka tidak lelah, tapi otak mereka sedang kelelahan karena digunakan untuk mengarang jawaban sambil mengingat-ingat apapun yang mendekati jawaban supaya mereka tidak hanya diberi nilai menulis.

Setelah merasa cukup untuk berisitarahat, mereka berempat memutuskan untuk pulang. Lalu sebab Rio dan Bea tidak membawa apapun untuk persiapan belajarnya, mereka berdua memutuskan untuk pulang dulu sebelum ke rumah Luna untuk belajar bersama.

Kelompok itu berpisah menjadi dua, dan tentu saja Eric mengikuti Luna sampai di depan gerbang rumahnya. Lalu mencoba ikut masuk seakan hal itu adalah perbuatan yang natural.

Luna menghentikan langkahnya begitu dia berada di depan pintu rumahnya.

"Tugasmu sudah selesai jadi silahkan pulang."

"Aku masih punya banyak waktu longgar."

"Kalau begitu gunakan untuk hal yang berguna, dan jangan menghabiskan waktumu untuk menguntitku! dan tolong jangan sekali-sekali mengulangi perbuatanku kemarin dengan masuk kamarku tanpa ijin! aku bahkan belum memberimu ijin untuk ke rumah."

"Kegiatanku itu sangat berguna bagi masa depan."

"Masa depan siapa?"

"Masa depanku!!."

"Masa depan macam apa yang kau bicarakan?"

"Masa depan di mana ak. . "

Sebelum Eric sempat menyelesaikan kata-katanya, Luna sudah berhasil membuka kunci pintu rumahnya dan masuk lalu membantingnya di depan wajah Eric. Dan dia juga tidak lupa untuk kembali menguncinya lagi.

"Cepat pulaaaang!!!."

Luna tidak langsung meninggalkan pintu dan memastikan dulu kalau Eric sudah benar-benar pergi. Dia menempelkan telinganya ke daun pintu lalu mendengarkan suara di luar dengan seksama.

Setelah yakin kalau Eric tidak ada Luna menghela nafas panjang.

"Mulutku pegal."

Luna memegang pipinya lalu memijat dagunya dan juga pipi bagian bawahnya. Sudah jadi rahasia umum kalau Luna itu adalah anak yang tidak suka banyak bicara, selain itu dia juga tidak sering menunjukan perasaanya di wajahnya sehingga dia sering dianggap lebih dewasa dari teman-temannya yang lain.

Tapi, ketika ada Eric entah kenapa dia tidak bisa bersikap tenang. Untuk suatu alasan, dia tidak bisa terus diam dan membiarkan apa yang Eric lakukan begitu saja, sehingga pada akhirnya diapun mulai marah dan jadi banyak bicara. Kemudian, dia juga tanpa sadar jadi selalu bertingkah kekanak-kanakan di depannya.

"Untuk sementara aku akan mandi dulu."

Cuaca yang sudah panas ditambah panas dari adu argumennya tadi dengan Eric membuat rasanya udara jadi semakin panas.

Sekali lagi, sebab sekarang tidak ada orang yang akan memprotes perbuatannya. Luna langsung melemparkan tasnya ke sofa dan masuk ke kamar mandi setelah mengambil handuk. Dia melepaskan pakaiannya dan menaruh seragamnya di dalam keranjang di dekat pintu kedua kamar mandinya.

Setelah itu dia masuk dan menyiram tubuhnya dengan air dingin yang keluar dari shower.

"Brrr.r.r.r.r."

Ketika Luna sedang menikmati sensasi dingin yang mengalir di atas kulitnya, tiba-tiba dia mendengar ponselnya berbunyi. Awalnya dia mencoba membiarkannya saja, tapi ponsel di saku seragamnya terus-terusan berbunyi. Dan itu membuatnya kesal.

DOLLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang