7 : Epilogue : The Task in Hands

654 44 4
                                    

1.

"Aku tidak percaya kalau aku masih hidup."

Akis yang tadi dilemparkan layaknya roket air dan terbang sejauh tuju kilometer akhirnya bisa mendarat. Dengan selamat, meski tenggorokannya masih sangat sakit.

"Sayangnya hidupmu itu tinggal sebentar lagi."

Tanpa Akis sadari, di belakangnya Eric sudah menempelkan mulut pistol ke pungggungnya. Tidak, lebih tepat dibilang ke jantungnya.

"Kau ini. . ? oh. . ."

Eric yang sekarang berdiri di belakang Akis bukanlah Eric yang Ricky kenal. Secara fisik memang orang itu masih sama, tapi secara psikologis yang di dalam adalah orang dengan kepribadian yang sangat berbeda.

Yang sekarang menodong Akis adalah Eric Psyco. Eric yang pikirannya berasal dari masa depan.

"Terjadi perang dunia di masa depan, kau harusnya sudah tahu itu tapi kau tahu tidak penyebabnya?"

Setelah memastikan kalau Ricky selamat, Eric segera mengasingkan diri dari teman-temannya lalu bertukar dengan pikirannya sendiri yang dari masa depan.

Waktu yang dimiliki oleh Eric Psyco sangatlah terbatas, karena itulah dia harus memilih waktu yang tepat untuk kembali ke masa lalu. Sehingga, meski dia ingin menolong tapi dia memutuskan untuk tidak membantu Ricky mengatasi Trident.

"Ada tiga hal yang mendorong perang dunia ketiga sampai pecah."

Tiga. Reaktor HDlevel berhasil dibuat oleh CERN.

Dua. Source code dari program DOLL tidak disebarluaskan dengan lisensi Free Software.

Satu. Ricky melakukan sebuah kesalahan besar.

"Membiarkanmu tetap hidup."

Setelah itu, suara tembakan terdengar dan Akispun jatuh. Pakaian yang dia kenakan memang melindunginya dari G-Force, tapi benda itu tidak cukup kuat untuk dijadikan rompi anti peluru.

"Tinggal dua lagi hal lagi."

2.

Bola api yang mengelilingi kami menghilang, setelah itu Maya menginjakan kakinya ke udara lalu dalam sekejap aku bisa merasakan ada sebuah pijakan hangat di bawah kakiku.

"Uuuuuuu. . . . ."

Dia mengeluarkan suara aneh.

Selain digunakan untuk di sekitar pemiliknya untuk dijadikan pelindung, grafiti force juga bisa ditempatkan di sebuah koordinat tertentu sesuai keinginan penggunanya. Dan kali ini Maya membuat grafiti force ukuran besar berbentuk setengah lingkaran dengan api yang menyala ganas di bagian bawahnya.

Membuat kami berdua bisa turun dari ketinggian dengan pelan.

"Ada apa Maya?"

Untuk suatu alasan dia sedang cemberut.

"Kenapa cuma di kening? padahal aku sudah menyiapkan diri."

Ciumanku tadi hanya mendarat di keningnya. Sebab aku bukan kekasihnya, aku harus menahan diri dengan susah payah untuk tidak mencoba bibirnya lagi.

"Untuk melakukan itu aku harus mendapat persetujuan dulu dari Hanabi."

Aku bisa melakukannya, dan aku yakin Maya juga tidak akan menolak. Tapi aku sudah membuat janji dengan adikku. Jika dia belum bilang ok, maka aku tidak akan melanjutkan lebih dari yang sudah kulakukan tadi.

"Tapi Maya, semua yang tadi kukatakan itu benar."

"Aku tahu itu."

Dia melihat ke arah lain.

"Bersama denganmu membuatku bahagia, karena itulah aku akan memberimu perintah yang harus kau turuti."

Maya kembali menatapku.

"Tetaplah bersamaku dan jangan meninggalkanku!"

Maya tersenyum lalu bilang.

"Diterima."

DOLLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang