tolong timpuk dulu bintangnya ✨
✖
Saat berjalan di koridor, Cassandra tidak sengaja bertemu dengan Ander yang sedang berbincang bersama teman-temannya di depan loker. Pandangan keduanya bertemu, tapi tidak lama karena Ander langsung mengalihkan pandangannya ke arah lain. Tampak sekali bahwa pemuda itu ketakutan.
Cassandra masa bodoh. Sudah berhari-hari sejak insiden di kantin, dia juga belum pernah bertemu dengan Valerie beserta dua temannya. Velerie juga belum membalas perbuatan Cassandra. Buktinya, Cassandra masih bisa berkuliah di sini dan bahkan menjadi jauh lebih tenang tanpa adanya gangguan.
Ancaman Valerie waktu itu mungkin hanya omong kosong. Tapi, entahlah, tidak penting juga untuk terlalu dipikirkan.
Langkah kaki Cassandra terhenti begitu matanya menangkap sosok Nate di depan sana. Perempuan itu memicing sambil mengerutkan kening.
"Nate? Mau ngapain dia? Ekspresinya kayak lagi nahan boker tapi kok dia malah masuk ke gudang bukannya ke toilet?"
Karena penasaran dengan apa yang ingin Nate lakukan, akhirnya Cassandra memilih untuk menyusulnya ke dalam gudang.
Dia membuka pintu gudang pelan-pelan, saat sudah masuk, kepalanya celingak-celinguk, mencoba menemukan keberadaan Nate. Lalu sepasang kaki tertangkap matanya di samping rak buku bekas. Mendekat, Cassandra menduga bahwa orang yang tengah berada di belakang rak tersebut adalah Nate. Dan ternyata benar. Nate terlihat duduk meluruskan kaki sembari bersandar pada rak. Kepala pria itu menunduk, hidungnya ia dekatkan pada semacam sedotan kecil yang mengarah pada serbuk putih di dalam plastik kecil.
"Apa yang kau lakukan, Nate?"
Nate tersentak kaget dan buru-buru menyembunyikan barang-barangnya tersebut. Setelahnya ia mendongak ke arah Cassandra. Menggeleng, "Tidak ada. Kau sedang apa di sini?"
Mata Cassandra melirik pada sebelah tangan Nate yang bersembunyi di belakang tubuhnya. "Apa yang sedang kau sembunyikan?" tanya balik Cassandra.
"Berikan padaku," perintahnya.
"Tidak ada, Cassie. Aku tidak menyembunyikan apa-apa." Nate terlihat gugup. Ia gelisah. Cassandra menyadari itu. Dan Cassandra juga sudah bisa menebak apa yang akan dilakukan oleh Nate tadinya.
"Pergilah, tinggalkan aku sendiri. Pergi, Cassie." Tubuhnya bergetar samar. Pandangan matanya ia arahkan ke segala arah. Cassandra belum pernah melihat Nate dalam keadaan seperti ini.
Tidak mengindahkan ucapan Nate yang menyuruhnya pergi, Cassandra justru mendekat dan jongkok di depan Nate. Tangannya terulur untuk mengambil sesuatu yang disembunyikan oleh Nate.
"Cass---"
"Sejak kapan kau mengonsumsi barang ini?" tanya Cassandra saat sebungkus sabu-sabu sudah berada di tangannya.
"Kemarikan," kata Nate berusaha mengambil barang tersebut, tapi Cassandra segera menggenggamnya erat. "Kembalikan, Cassie, kumohon ...."
"Tidak mau," tolak Cassandra tegas.
"Cassie ..., kalau tidak segera memakainya ... aku akan kacau. Aku akan sakau. Kumohon, berikan. Setelah berhari-hari aku baru mendapatkannya lagi sekarang. Kumohon berikan barang itu kepadaku," pinta Nate lemah. Bibirnya mulai pucat.
Cassandra membalas, "Kalau aku memberikannya kepadamu, itu berarti aku telah berusaha untuk membunuhmu."
Nate geleng-geleng cepat, "Tidak-tidak-tidak. Itu berbeda, Cassie. Justru jika aku tidak segera memakainya, aku akan mati. Please ... mengertilah."
Cassandra membuka genggaman tangannya, Nate tersenyum senang. Ketika Nate akan meraih barang itu, Cassandra lebih dulu membuang semua isinya ke lantai, membuat Nate menganga dan terlihat sangat kecewa.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐏𝐒𝐘𝐂𝐇𝐎𝐁𝐎𝐒𝐒 : 𝐈𝐭𝐚𝐥𝐢𝐚𝐧 𝐌𝐚𝐟𝐢𝐚 [TERBIT]
Romance♠ 𝘼 𝙈𝘼𝙁𝙄𝘼 𝙍𝙊𝙈𝘼𝙉𝘾𝙀 ♠ "You have two options. 'Be mine', or 'I'll be yours'." Ace Javarius Dieter, bos mafia yang abusive, manipulative, psychopathic, dan dikenal sebagai iblis. "Keep on dreaming, you fucking jerk!" Cassandra Dewi, mahasis...