✖
"Play the game? Dirty game?" tanya Antene dengan ekspresi menggoda seraya berjalan melenggak-lenggok mendekati Ace.
Wanita itu terus melangkah sembari melepaskan kardigannya menyisakan tube top---semacam kemben---berwarna hitam polos yang memperlihatkan perut ratanya. Untuk bawahannya ia hanya mengenakan rok mini berbahan denim di atas lutut, memamerkan betisnya yang putih mulus. Berharap dengan dirinya yang berpenampilan seksi seperti itu, bisa membuat Ace semakin tidak sabar untuk bermain dengannya, semakin tidak tahan untuk menyerangnya.
Saat sudah berada di dekat Ace, satu tangan Antene terangkat. Jari-jari lentiknya hendak membelai rahang Ace, tapi pria itu segera mundur satu langkah guna membuat jarak, juga supaya tangan Antene tidak menodai wajahnya yang sempurna.
Mulanya, kening Antene mengerut, tapi berikutnya ia melengkungkan bibir merahnya membentuk senyuman sensual. "Matamu sudah tidak tertutupi lagi. Kau jadi terlihat semakin tampan," pujinya sambil menggigit bibir bawahnya sendiri. Melihat wajah Ace yang berubah dingin, ia justru merasa sangat terangsang.
"Aku tidak begitu suka basa-basi, jadi, mari kita mulai," putus Ace lalu melangkah melewati Antene untuk menuju ke sebuah ruangan.
Wanita itu membuntuti di belakang dengan senyum yang belum luntur dari bibirnya. Ia jadi memikirkan nasib Cassandra. Sungguh tragis. Lelaki yang telah menjadi suami Cassandra, justru akan bercinta dengan wanita lain, yaitu dirinya. Miris amat nasib lo, Cass. Gue doain lo cepet mati deh, biar nggak lama-lama kesiksa di dunia ini.
Krieettt.
Ace membuka pintu, lalu tampaklah pemandangan dalam ruangan yang memiliki pencahayaan minim, tapi masih dapat dilihat dengan jelas. Ruangan itu kosong. Tidak ada perabotan kecuali sebuah kursi dan meja yang berada di tengah-tengah ruangan itu.
"Masuk," perintah Ace kepada Antene.
Antene menuruti perintah Ace dengan senang hati. Ia berjalan masuk mendekati sebuah kursi dan meja. Apakah mereka akan melakukannya di atas kursi ini? Bercinta dalam posisi duduk? Lalu setelahnya di atas meja? Wow, pasti akan sangat menyenangkan. Juga akan terasa sangat nikmat. Antene jadi tidak sabar.
Ace mengunci pintu dari dalam, kemudian melangkah lebar mendekati Antene yang memandangnya dengan penuh damba. "Ready?" tanya Ace seraya membuka sebuah tas hitam yang ia bawa.
"Dari tadi," jawab Antene mendudukkan diri di atas kursi lalu sedikit membuka kedua pahanya. Bermaksud mengundang Ace untuk secepatnya memberikan serangan.
Oh, tentu saja Ace juga sudah tidak tahan untuk segera menyerang Antene. Tapi sayangnya, serangan yang dipikirkan oleh Antene sangat berbeda dengan serangan yang Ace maksudkan.
Tuk. Tuk. Tuk. Ace mendekat. Ia meletakkan tasnya yang sudah terbuka di atas meja. Menoleh pada Antene, bertanya, "Apa alasanmu membenci Cassandra?"
"Hm? Eumm, karena dia menyebalkan. Sangat sangat menyebalkan. Tapi, kenapa kau tiba-tiba membahas Cassandra sekarang? Jujur, aku tidak suka. Jadi, lupakanlah Cassandra, dan fokus saja kepadaku. Oke?"
"Tentu saja aku akan fokus kepadamu," balas Ace lalu mengeluarkan sebuah borgol.
"BDSM?" tanya Antene melihat pada borgol yang dipegang oleh Ace.
"Kenapa? Tidak suka?"
"Apa pun jika denganmu, aku menyukainya." Antene semakin tertantang. Darah Antene berdesir hangat ketika Ace menatapnya dengan sorot dingin pada kedua mata pria itu. "I'll be yours, Daddy."
Mendengar Antene memanggilnya dengan sebutan 'daddy', membuat gairah membunuh Ace semakin besar. Rasa jijik, marah, kesal, juga senang, bercampur jadi satu. Oke, tidak perlu berlama-lama lagi. Akan Ace tunjukkan kepada wanita rendahan yang ada di hadapannya ini seberapa mengerikannya sosok monster dalam diri Ace yang telah Antene bangunkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐏𝐒𝐘𝐂𝐇𝐎𝐁𝐎𝐒𝐒 : 𝐈𝐭𝐚𝐥𝐢𝐚𝐧 𝐌𝐚𝐟𝐢𝐚 [TERBIT]
Romance♠ 𝘼 𝙈𝘼𝙁𝙄𝘼 𝙍𝙊𝙈𝘼𝙉𝘾𝙀 ♠ "You have two options. 'Be mine', or 'I'll be yours'." Ace Javarius Dieter, bos mafia yang abusive, manipulative, psychopathic, dan dikenal sebagai iblis. "Keep on dreaming, you fucking jerk!" Cassandra Dewi, mahasis...