Chapter 62 - Screaming on the Bed

91K 9.7K 5.1K
                                    

kalian tim mana?

#romeocarol

#claudecarol

Saat telinganya menangkap suara peluru senapan yang ditembakkan, kedua mata Ace spontan terbuka lebar. Dengan cepat ia mengulurkan sebelah tangannya untuk melindungi kepala Cassandra---bukan karena ia tahu bahwa kepala Cassandra yang menjadi incaran, tapi karena Ace lebih mementingkan keselamatan istrinya daripada keselamatannya sendiri. Dan benar saja, peluru tersebut ternyata mengarah ke kepala Cassandra. Lalu dalam kedipan mata, peluru tersebut behasil bersarang di telapak tangan Ace hingga darahnya muncrat dan bercucuran.

Tidak peduli dengan luka yang ia terima, Ace bergerak untuk melindungi Cassandra---tubuhnya berada di atas tubuh perempuan itu sebagai tameng, berjaga-jaga apabila ada peluru susulan.

Satu tangannya yang tidak terluka meraih ponsel di atas nakas, kemudian ia menghubungi anak buahnya. Begitu telepon terhubung, ia segera memerintah, "Kumpulkan semua soldiers untuk menangkap musuh di atas tebing sana. Sekarang."

Cassandra masih tertidur lelap. Ace tidak tega untuk membangunkannya. Istrinya itu pasti sangatlah lelah setelah apa yang mereka berdua lakukan selama berjam-jam lamanya. Mereka baru saja tertidur selama satu jam kurang, tapi musuh sudah melancarkan sebuah serangan. Dan parahnya, Cassandra yang menjadi incaran. Benar-benar lancang!

Jika telinga Ace tidak peka dan ia telat sedetik saja, maka kepala Cassandra akan berhasil ditembus oleh peluru yang ditembakkan.

Ace menggeram marah. Kedua tangannya mengepal kuat---tidak peduli dengan luka di sebelah telapak tangannya yang semakin banyak mengeluarkan darah. Lalu saat menyadari pergerakan dari Cassandra, Ace kembali mengalihkan atensi kepada perempuan itu. Cassandra membuka matanya perlahan. Ketika sudah sadar, dia memerhatikan Ace yang ada di atas tubuhnya dengan kening mengerut. "Ace? Kau … sedang apa?"

Ace mencoba meredam amarahnya. Ia mengangkat sudut bibir membentuk senyuman kecil. Tatapannya yang semula tajam kini berubah meneduh. Dengan nada lembut ia berucap, "Kenapa bangun?"

Cassandra yang semula berbaring dengan posisi miring, kini bergerak untuk mengubah posisinya menjadi terlentang supaya bisa leluasa bersitatap dengan Ace yang masih berada di atas tubuhnya.

"Kau belum menjawab pertanyaanku," kata Cassandra mengamati wajah Ace yang dibuat setenang mungkin.

"Sedang apa berada di atas tubuhku?" ulangnya bertanya. "Tidak sedang terjadi sesuatu kan, Ace?"

Ace memilih untuk tidak menjawab, tapi ia masih mempertahankan posisinya sebagai tameng bagi Cassandra.

Mata Cassandra kemudian menyapu seluruh tubuh Ace yang masih polos, lalu berhenti pada telapak tangan pria itu yang menekan kasur guna menopang tubuhnya sendiri. "Darah?" Mata gelapnya membulat. Tangan Ace terluka. Darahnya pun banyak keluar hingga mengenai kasur dan selimut. Cassandra kembali menatap Ace, meminta penjelasan.

Tidak menjelaskan terlebih dahulu, Ace justru berkata, "Jangan cemas. Sekarang, ayo kita ke kamar mandi, akan aku jelaskan di sana sembari kita mandi bersama."

Belum sempat Cassandra membalas, pria itu lebih dulu bergerak untuk menggendong tubuh Cassandra turun dari ranjang menuju ke kamar mandi dengan langkah lebar.

Ketika sudah berada di dalam kamar mandi, dengan hati-hati Ace menurunkan tubuh Cassandra di dalam bathtub yang masih kering.

"Ace, katakan, apa yang terjadi?" desak Cassandra merasa khawatir. Dia meraih sebelah tangan Ace untuk memeriksa luka pria itu.

Ace mendudukkan dirinya di luar bathtub, lalu ia baru menjawab, "Ada musuh yang tiba-tiba menyerang."

"Apa?" kaget Cassandra.

𝐏𝐒𝐘𝐂𝐇𝐎𝐁𝐎𝐒𝐒 : 𝐈𝐭𝐚𝐥𝐢𝐚𝐧 𝐌𝐚𝐟𝐢𝐚 [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang