Chapter 61 - The Good Father

108K 9.7K 5.8K
                                    

ada yang kangen sama aceng?

yang kangen absen pake nama idola kalian ya di sini. contoh: jaehyun nct

sebelum baca pencet dulu bintangnya ✨

Di dalam pub, manik mata Claude melihat ke arah beberapa wanita penghibur tanpa minat sedikit pun. Para wanita itu terlihat mencoba menarik perhatiannya dengan memberikan tatapan menggoda. Lalu salah satu dari mereka memberanikan diri untuk menghampiri pria itu yang tengah duduk di depan meja bar seraya memegang segelas minuman di tangan.

"Kurasa kau membutuhkan sedikit hiburan dariku, Tuan Tampan," kata wanita itu yang langsung mendudukkan dirinya di atas pangkuan Claude sambil mengelus rahang pria itu.

"Menjauh," usir Claude merasa risi.

Aneh. Padahal sebelumnya Claude pasti akan langsung menyambut dengan senang hati wanita cantik nan seksi yang berniat untuk memuaskan dirinya. Namun kini justru sebaliknya, ia malah merasa tidak bersemangat dan tidak ingin diganggu oleh siapa pun, bahkan oleh wanita cantik sekali pun.

Tidak mengindahkan perintah Claude yang menyuruhnya untuk menjauh, justru wanita itu semakin gencar untuk menggoda pria itu. "Mau blow job dariku? By the way, aku ahlinya dalam hal itu."

Wanita tersebut menggitit bibirnya sendiri secara sensual. Mata nakalnya menatap ke bawah, lalu menatap wajah Claude lagi. "Untuk pria tampan sepertimu, aku akan memberikan potongan harga."

"Bitch, please, menjauhlah dariku. Aku sedang tidak ingin diganggu."

Bukannya pergi menjauh, yang dilakukan wanita itu malah menggerakkan pinggulnya, bermaksud membuat milik Claude menegang dan terangsang. "Ayolah, aku tahu betul kalau kau membutuhkan servis dariku. Oke, khusus untukmu, aku tidak memasang tarif, alias gratis."

Bukannya terangsang, Claude justru geregetan. Kesabarannya pun habis. Ia segera bangkit dan mendorong tubuh wanita itu hingga terjengkang ke belakang---bokongnya mendarat dengan sempurna di lantai---membuat wanita itu memekik, lalu meringis kesakitan.

Berikutnya, Claude melangkah menuju pintu pub untuk keluar. Tidak lagi memedulikan nasib wanita yang sudah ia dorong hingga jatuh barusan. Ia mendumel kesal ketika sudah berada di luar, "Ck, menyebalkan. Inilah risiko jika mempunyai wajah yang terlalu tampan." Matanya yang teredarkan itu tak sengaja menangkap sosok perempuan yang tengah duduk di halte sendirian. Claude menyipitkan matanya untuk bisa melihat wajah perempuan itu dengan lebih jelas. Saat sadar bahwa wajah perempuan itu tidak asing lagi baginya, Claude mengembangkan senyuman. "Carolina."

Segera ia berjalan mendekat pada halte. Saat sudah berada di dekat perempuan itu, ia langsung mendudukkan dirinya, tepat di sebelah Carol, membuat Carol menoleh ke arahnya.

Carol sedikit terkejut.

"Kita bertemu lagi," kata Claude tiba-tiba. "Jodoh itu … memang tidak ke mana, ya. Buktinya aku dipertemukan lagi denganmu---dengan jodohku."

Carol tidak menanggapi perkataan Claude. Perempuan itu memalingkan wajah. Menutup mulutnya rapat-rapat. Lalu ia menunduk lagi menjatuhkan pandangannya pada sebuah kalung yang ia pegang.

Kalung pemberian Romeo.

Jika sedang sendirian atau merasa bosan, Carol sering melepas kalungnya untuk ia pandangi. Tak jarang pula air matanya menetes begitu saja karena kembali mengingat Romeo.

Lalu dengan kurang ajarnya Claude mengambil kalung tersebut dari tangan Carol. Membuat perempuan itu kembali menoleh ke arahnya, kali ini dengan perasaan kesal. "Kembalikan."

"Ini kalungmu?" tanya Claude mengangkat kalung tersebut sejajar dengan wajahnya seraya mengamati.

"Bukan. Aku tadi merampoknya dari toko perhiasan." Carol yang semakin kesal pun menyahuti dengan asal.

𝐏𝐒𝐘𝐂𝐇𝐎𝐁𝐎𝐒𝐒 : 𝐈𝐭𝐚𝐥𝐢𝐚𝐧 𝐌𝐚𝐟𝐢𝐚 [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang