Chapter 10

476 104 7
                                    

10 | With You

Keesokan harinya, aku perlu mengumpulkan tenaga untuk bangun lantas pergi bekerja. Jungkook sudah pamit pagi-pagi buta karena harus menemui Tuan Kim serta menemui para pemilik toko furnitur lain apalagi truk pengangkutnya sudah tiba sejak semalam. Ada banyak kayu-kayu yang perlu diangkut untuk diberikan kepada banyak pemesan tersebut.

Intinya, ini jadi agak normal.

Tuan Ryu mendelik sewaktu kami berpapasan di pantry untuk membuat kopi. Nampaknya Tuan Ryu jadi agak bersemangat dengan aura cerah terlihat di wajahnya yang terbiasa ketus itu. "Kau .. kau baik-baik saja?"

"Ya."

"Bagus! Nanti malam kau harus lembur bersamaku karena akan ada perayaan dan harus ada yang membuat undangan untuk direksi serta kantor cabang lain," sahutnya dan tersenyum puas. Ah, sudah kuduga, pasti dia memang punya niat terselubung. Setelah mesin kopi itu mengeluarkan tetes terakhir kopinya, Tuan Ryu bersandar nyaman di tepian meja pantry. "Nah, keren kan? Aku membuatmu jadi punya waktu lebih untuk berdedikasi dengan pekerjaan."

"Oh, ya, Tuhan. Terima kasih banyak, Tuan." Aku menjaga nada suaraku agar tidak terdengar kesal. Lembur sudah mengesalkan dan terus diusik dengannya? Aku ingin pergi dari sini.

"Nah, jadi bagaimana akhir minggu?"

Aku menekan tombol di mesin pembuat kopi lantas mengeryit. "Apa maksudmu?"

"Ah, sudah kuduga, hidupmu itu sangat membosankan. Jadi biarkan aku selamatkan kau di akhir minggu, jadi, bioskop? Atau makan malam?" godanya terang-terangan.

Aku meringis. Pede sekali sih! "Maaf, Tuan, tapi aku sibuk," ujarku cepat. Sebelum aku hendak beranjak (mengapa sih pagi-pagi sudah membuatku geram begini?) Tuan Ryu justru bergeser dan mencebik ringan. "Tuan .. bukankah seharusnya kau sibuk.."

"Hei, Dahyun. Kau itu bukan tipeku kok, aku juga .. aku juga hanya bercanda," katanya kemudian pergi dari sana sebelum aku sempat berkata-kata. Dasar sinting! Ucapan itu hampir lolos dari mulutku tapi aku menelannya bulat-bulat. Sabarlah, atau kau akan kehilangan pekerjaan. Bukan rahasia lagi kalau Tuan Ryu memang tukang tebar pesonan. Ada banyak anak magang yang juga diincarnya, tapi tetap saja, aku? Ia berusaha menggodaku juga? Apakah dia tidak punya sedikit rasa malu? Hish.

.

.

Sebelum pulang, aku sempatkan untuk mampir ke satu toko pakaian. Aku khawatir Jungkook tetap mengenakan pakaian kemarin padahal pasti itu tidak nyaman. Aku memutuskan membeli beberapa kaus, celana dan sebagainya. Oh ya, dia juga pasti butuh selimut tambahan karena yang di kamar tamu tidak begitu hangat.

Tidak lupa, aku juga membeli sandal rumah khusus untuk Jungkook dan tersenyum membayangkan bagaimana Hidup Aku Sebagai Jomblo berubah menjadi Aku Hidup dengan Cowok Tampan. Yah, aku senang, banget malah. Tapi aku berusaha tidak begitu senang saat di hadapan Jungkook karena ayolah, aku harus menunjukkan sedikit gengsi, bukan? Aku harus setidaknya terlihat wajar dan normal padahal aku bisa melompat girang karena keberadaannya.

Ah ya, berhubung toko pakaian itu bersebalahan dengan mini market, aku pun mencari sayuran agar kami bisa membuat sayur berkuah. Tidak hanya itu, aku juga beli buah lain untuk di meja makan. Setelah keluar dengan perasaan puas, aku memacu langkah menuju halte.

Aku terkesiap, merasakan lagi sesuatu seperti melewatiku tapi tidak ada siapapun. Jadi, aku terus memacu langkah, dengan dada setengah berdebar. Setibanya di halte, aku duduk dengan banyak belajaannya menemaniku.

Jungkook bahkan tidak punya ponsel, kan? Mengapa tidak terpikirkan? Aku ingin membelikannya ponsel agar setidaknya kami bisa berhubungan kalau kalau dia harus kembali ke Daegu tapi aku rasa terlalu cepat, toh Jungkook baru tiba dan aku belum mau memikirkan dia yang pergi jauh dariku lagi.

KITSUNE'S KISS | jeon jk (Full-Length Version) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang