Side story: Jungkook 2
Tidak ada yang percaya dengan yang Inari katakan—dia membolehkan aku untuk melewati batas-batas dari area yang sudah ditetapkan sebagai area perburuanku. Inari juga mengizinkan aku untuk kembali ke Seoul, aneh, padahal aku sadar, dia tahu semua isi hatiku. Apakah sesuatu terjadi? Bulan seakan bergeser, matahari seperti tidak di tempatnya. Bahkan hujan yang mengguyur masih membingungkan untukku.
Apakah Inari berubah pikiran?
Selama ini, aku sadar, Inari bukan sosok dengan keteguhan yang mudah goyah. Melihat seluruh reaksinya akan hubunganku dengan Dahyun, dia masih terlihat keras dan kukuh dengan prinsipnya. Sebagai Dewi Utama Kitsune, dia pun berhak untuk membuat perintah dan keputusan apapun terkait kami. Aku dan Jae bahkan tidak berkutik kalau Dewi mulai mencetuskan perintah. Entah sekadar memintaku berjaga dekat kuilnya, mengirimkan pesan kepada kawanan lain, bahkan memintaku berlari sampai keluar Daegu, dia punya kuasa besar.
Sekarang, Inari ingin aku bebas. Inari membiarkan aku tidak bertugas selama tiga hari terakhir, dan kedepannya, Inari mengatakan akan memanggilku kalau ada tugas mendesak.
.
.
Aku menegang. Dahyun sudah pergi. Ke mana dia? Dari aroma tubuhnya, serta jejak tak kasat mata lain, aku berusaha mengikutinya. Kalau berlari akan menyita energiku, apalagi tenagaku banyak berkurang karena aku belum sempat makan apapun. Jadi, aku cepat naik bus tercepat, kemudian sampai di Daegu lagi. Dahyun ... untuk apa kemari? Sewaktu aku mengecek ke desa pamannya, tidak ada dia di manapun. Padahal, meski dari pintu desa, aku yakin aku dapat mencium keberadaan Dahyun. Tidak ada. Wilayah ini bersih.
Aku terus cemas sepanjang perjalanan. Bahkan dengan sisa energi, aku terus mendorong tubuhku. Dia sangat takut melewati terowongan, dia juga tahu ada banyak Kitsune liar yang buas di sini. Aku terus merasa cemas, berdebar, dan makin terpikirkan banyak hal.
Ketika aku mendapati aroma Dahyun di dekat kuil yang aku hafal, aku tidak bisa menahan diri. Dari tempatku berada, hingga ke Palgong-san hanya memakan waktu sebentar. Jadi, dengan memacu kaki-kakiku yang hampir seperti akan terputus, aku terus mengejarnya.
Semoga Dahyun baik-baik saja.
.
.
"Mengapa kau jauh-jauh datang kemari?" Kalimatku menggantung. Aku mencengkeram kedua bahunya, membuat Dahyun mau tak mau harus mendongak dan menatapku balik. Wajahku mungkin setegang batu sementara tubuh kami mulai terekspos hujan. "Jawab."
"Bu—bukan urusanmu!"
Aku menggeleng pelan, menahannya. "Aku tidak akan pergi sebelum kau menjawab, Dahyun. Kau sendirian, berkeliaran dekat sini, tidak kenal siapapun. Apakah kau tidak tahu betapa mengkhawatirkan semua itu?"
Dahyun mendorong tanganku. Kali ini dia berhasil. Wajah gadis itu agak pias, namun dia tetap kukuh menatapku dengan alis bertaut ketus. "Terserah! Bukan urusanmu!" balasnya lagi. Sewaktu dia hendak menemui pria asing tadi, aku langsung menahan tubuhnya dari belakang, menempelkan dadaku di punggungnya yang kebasahan.
"Tidak boleh. Kau tidak boleh kemanapun."
"Aku tidak bisa—"
"Aku merindukanmu," bisikku, kemudian mendekatkan wajahku ke lehernya. Dahyun basah kuyub, kedinginan dan kalau kami bertahan lebih lama di sini, aku juga khawatir aku bisa pingsang. Akhirnya, aku membalikkan tubuhnya dan berkata pelan, "Ikut denganku. Kita ke pondok."
KAMU SEDANG MEMBACA
KITSUNE'S KISS | jeon jk (Full-Length Version) ✔
Fanfic(Fantasy - Romance) Im Dahyun pikir dia sudah tewas di tempat. Kunjungan ke rumah Pamannya di pedalaman Daegu memang bukan hal yang main-main. Melewati medan yang terjal, perbukitan curam serta berada di sekeliling hutan bercurah hujan tinggi. Dahyu...