25 | Going Out
Di waktu break, aku buru-buru mengetikkan nama itu di kolom pencarian: Wisata Kaki Gunung Palgong-san. Aku agak gugup dengan hasilnya karena siapa yang tahu ada apa di sana? Sesaat ada banyak rekomendasi vila ataupun hotel, aku langsung membacanya satu persatu. Mungkin aku bisa datang di hari Minggu, atau mungkin Sabtu, aku tidak yakin sampai jam berapa aku harus bertahan di kantor pada hari Sabtu, tapi aku bisa langsung berangkat setelah mengangkut tasku dari apartemen. Aku dapat firasat bagus soal kunjungan kali ini.
"Tolong kasih ke Tuan Ryu, pastikan dia baca terlebih dahulu menandatanginya, kemudian buat salinannya dan berikan satu kepadaku dan yang lain ke Tuan Ryu," ujar Mirae, satu staf perempuan dari divisi lain.
Aku mengangguk, lalu bangkit. Sejak bertemu dengan Yoongi, aku jadi tertular energi positif. Itu bagus! Hari-hariku sudah cukup muram, jadi aku perlu sedikit suntikan energi dan sekarang aku nyaris merasa baik-baik saja.
"Terima kasih, Tuan," ujarku setelah Tuan Ryu menyerahkan berkas itu kemudian memandangiku sejenak. "Aku akan buatkan salinannya."
"Tunggu.."
Aku mendadak kaku di tempat, lantas menatapnya bingung. "Ya?"
"Pulang dari kantor... temani aku," katanya tegas. Tuan Ryu memicingkan matanya kemudian menghela napas pelan. "Apakah ini permainan yang kau mainkan? Memohon padaku lantas pergi, begitu? Kau tahu, tidak? Aku juga punya hati." Tuan Ryu memasang wajah frustrasinya lantas bangkit.
Tunggu dulu.
Tubuhku langsung membeku apalagi saat jarak kami makin tipis. Aku bahkan melihat titik-titik keemasan di iris matanya yang menyihirku. Sadar, sadar, Bodoh!
"Jadi, setelah kekasihmu kembali, kau jadi membuangku begitu?" Ia meringis pelan. "Apakah kau pikir aku tidak punya perasaan? Kitsune punya perasaan." Ia menekankan kalimatnya, hingga aku melebarkan mata.
"Maaf, aku tidak mengira akan seperti ini. Seharusnya aku berhati-hati."
"Tidak ada alasan."
Aku melotot. "Apa maksud—dengar, hanya karena kau sakit hati karena aku mendesakmu lalu bertindak seperti ini, bukan berarti aku mau melanjutkan—"
Tuan Ryu sudah menarik pinggangku, nyaris membentur tubuh depannya. Aku memekik singkat. "Tidak ada alasan," ulangnya. "Aku sudah tertarik kepadamu dan aku tidak akan berhenti." Tuan Ryu punya aura mencekam yang membuatku jadi pucat. Aku tidak tahu apakah dia memang berniat menggoda atau betulan kesal kepadaku. Apapun itu, aku tidak tertarik kepadanya! Satu Kitsune saja sudah membuatku gila! Apalagi dua?!
"Terima aku," katanya lagi. Aku dapat melihat binar di matanya, sedangkan bibirnya masih membentuk garis lurus yang serius. Aku belum mau menyimpulkan banyak hal, aku juga tidak berhak menyimpulkan banyak hal tentang bosku sendiri. Aku hanya kaget, tidak, aku syok berat.
Dua tahun aku bersamanya, menjadi babu yang bahkan seperti enggan dia lihat. Kalau tidak dimarahi, aku pasti diprotes, kalau tidak, dia akan menyusahkanku. Lalu sekarang.. hatinya.. terbuka begitu saja untukku. Ini jelas kabar menghebohkan!
"Kalau kau tidak mau, akhir minggu ini, kau tetap harus datang ke apartemenku. Aku akan tuliskan alamatnya," katanya dengan suara beratnya. Aku menggeleng kuat, menahan tangannya yang hendak bergerak meraih sticknote dan juga bolpoin. "Kau mau pulang saja bersamaku? Hari Sabtu ini tidak begitu sibuk, aku rasa."
"Yak! Aku tidak mau! Mengapa kau keras kepala?!"
Ia mendesah samar. "Setidaknya satu kali. Berikan aku kesempatan satu kali, kalau kita tidak klop, aku akan mundur secara baik-baik, oke? Kau akan menyesal menolak pria setampan aku, kau tahu? Hah? Im Dahyun?" Tuan Ryu menggerutu singkat, sedangkan aku balas menekuk bibirku.
KAMU SEDANG MEMBACA
KITSUNE'S KISS | jeon jk (Full-Length Version) ✔
Fanfic(Fantasy - Romance) Im Dahyun pikir dia sudah tewas di tempat. Kunjungan ke rumah Pamannya di pedalaman Daegu memang bukan hal yang main-main. Melewati medan yang terjal, perbukitan curam serta berada di sekeliling hutan bercurah hujan tinggi. Dahyu...