Chapter 34

289 63 0
                                    

34 | Dream is Dream

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

34 | Dream is Dream

Hari keberangkatan pun tiba.

Sebenarnya, aku tidak perlu membawa banyak pakaian. Apalagi tujuan kami adalah untuk pekerjaan. Aku paham, Tuan Haneul pun tidak mungkin menuntutku untuk membawa muatan, lebih daripada seharusnya. Jadi, satu koper dan satu tas kecil untuk menaruh dompet, ponsel, permen dan sebagainya. Ada dua staf lain bersama kami, mereka lebih senior daripada aku.

"Hati-hati, oke?" Di depan pintu, Jungkook membantu membawakan koper hingga masuk ke bagasi taksi. Jungkook mengusap rambutku. "Hubungi aku kalau sudah sampai."

"Tentu. Oh ya, jangan lupa belanja dan makan secara teratur."

Jungkook mengangguk dan mengulas senyum. Huh, sebenarnya aku tidak ingin meninggalkan Jungkook di apartemen tapi mau tak mau, aku harus melakukannya. Aku percaya Jungkook bisa mengandalkan dirinya sendiri apalagi dia juga terbiasa hidup sendirian selama ini, kan? Aku seharusnya tidak khawatir akan apa pun.

"Ah satu lagi.." Dengan pelan, aku mendekatinya. "Kalau kau berburu, usahakan untuk mengunci pintu dahulu, oke? Aku tidak mau rumah kita dirampok."

"Ah, itu.. tenanglah."

"Bulumu juga rontok, jadi jangan lupa beli shampo khusus," aku mengingatkan dengan suara lembut. Jungkook mengangguk gesit. Sebenarnya, aku tidak tahu dia alergi atau apa. Sepertinya cukup serius sampai lantai kamar mandi jadi penuh dengan bulu. Aku tidak mau menyinggungnya, tapi Jungkook mungkin tidak sadar betapa seriusnya situasinya sekarang.

"Oke, hati-hati."

Setelah itu, aku masuk ke taksi dan melambai pelan. Kami janjian di depan kantor, Tuan Haneul akan mengajak satu asistennya juga untuk menemani jadi yah, semuanya beres. Aku pun duduk nyaman selama di taksi seraya memandang keluar jendela.

Pagi ini cukup ramai. Sepertinya cuaca yang cerah mempengaruhi orang-orang agar lebih giat beraktivitas. Ada banyak kendaraan di jalanan, orang di trotoar dan di dekat gedung kantor, aku lihat sepertinya tim kami sudah berkumpul padahal masih tersisa setengah jam lagi sebelum kami berangkat ke Gwangju.

Hari ini akan berjalan lancar. Aku yakin.

.

.

Letak penginapan kami berada strategis di pusat kota. Tepatnya, kami menempati kamar di lantai dua puluh satu. Aku berbagi kamar dengan Mirae, sedangkan satu rekan lain sendirian. Aku menarik koper dan menghela napas panjang. Setelah makan siang, kami akan langsung survey ke lokasi.

"Dahyun."

"Ya?" Setengah menoleh, aku menatap Mirae. "Ada apa?"

"Apakah kau tahu? Tuan Haneul sebenarnya jarang mengajak staf junior, tapi aku terkejut sepertinya dia lebih tertarik kepadamu," katanya dengan blak-blakan. Mirae tidak terlihat terganggu, namun aku sadar, ada gap jelas antara posisiku dan dirinya. Mengingat jabatannya juga lebih di atasku.

"Oh, sungguh, Sunbae? Saya merasa terkesan."

Mirae mendengus. "Maksudku, kau harus hati-hati. Kadang dia bisa jadi playboy," katanya hingga aku tergelak. Mirae mulai mengipasi sisi wajahnya dan memperhatikanku.

"Ten—tentu."

Tapi aku kan punya Jungkook!

Setelah lolos dari cengkeraman Kitsune sinting seperti Tuan Ryu aku harus berhadapan dengan 'playboy' lain? Aku meringis. Bukan apa-apa, satu hal terakhir yang bisa aku pikirkan adalah terjebak cinta lokasi dengan bos baruku. Jelas, aku kurang nyaman jika dikait-kaitkan dengan bosku ini.

"Kau sudah punya kekasih, kan?" tebak Mirae lagi.

"Yah, begitulah," kataku canggung. "Jadi, jangan khawatir, Sunbae. Aku akan berusaha menjaga jarak." Entah ketegangan apa yang terjadi antara Mirae dan Tuan Haneul, aku tidak mau terlibat jadi orang ketiga apalagi di statusku yang masih 'baru bergabung' di cabang Incheon ini. Yah, anak baru dan masih junior itu hakikatnya harus menghindari gosip atau skandal apa pun di kantor. Jadi, yah, aku akan bertekad.

Mirae mulai bangkit, membuka kopernya untuk mengeluarkan sejumlah berkas. Sementara itu, aku juga turut sibuk mengisi daya ponselku dan mulai menekuni materi yang harus aku pelajari selama di Gwangju ini.

.

.

"Halo? Paman?"

Makan siang kami berlangsung di kafe cukup besar dengan konsep taman terbuka. Kami sudah beres, sekarang tinggal Mirae dan yang lain mengobrol sedangkan aku agak menyingkir karena mendapatkan panggilan di ponselku. Ternyata, Paman Seo. Mendadak sekali!

"Aku.. aku sedang dinas untuk dua hari ini. Apa yang terjadi, Paman?" tanyaku gugup. Tidak biasanya beliau menghubungiku. Mengingat aku harus menjauhinya, ini jadi ekstra membuatku gugup.

"Oh, kupikir kau di Seoul. Aku hanya.. penasaran dengan kabarmu saja. Yoongi akan ulang tahun bulan depan, jadi aku pikir kau akan mampir ke Daegu. Kau sehat, kan?" tanyanya cepat.

"Um, begitu. Yah, aku sehat, bagaimana denganmu? Soal ulang tahun.. aku tidak yakin, aku baru dipindahkan sekarang," jelasku.

"Oh ya? Mendadak sekali."

"Begitulah, ada sesuatu yang terjadi di kantor lama. Tapi, jangan khawatir, aku baik sekarang. Bagaimana denganmu? Bibi? Yoongi?"

"Semuanya sehat," jawabnya. "Kami rindu denganmu. Sebenarnya, aku ingin kau menginap saja. Maksudku, sudah lama kau tidak datang lagi padahal kau bisa saja datang."

Sekarang berbeda, Paman.

"Aku.. akan usahakan. Oh ya, aku masih ada urusan pekerjaan, nanti aku hubungi lagi, oke?"

"Dahyun, hati-hati. Aku ingin memberi tahu kalau akhir-akhir ini aku dapat mimpi aneh. Aku takut ini ada kaitannya denganmu."

Tubuhku membeku. Paman jarang membahas mimpinya, apalagi di waktu sekarang. Dia yang paham betul bagaimana ucapannya mempengaruhi mental dan pikiranku. Dan? Ada kaitannya denganku?

"Maaf, Paman, aku rasa kau hanya kelelahan. Toh, itu hanya mimpi."

"Um, yah, mungkin. Tapi ini tidak biasanya, mimpiku sangat jelas. Aku agak khawatir denganmu. Nanti hubungi aku lagi, ya?"

Panggilan pun disudahi. Aku terhenyak beberapa saat sampai Mirae mulai memanggilku agar kembali bergabung. Karena dilihatnya, aku sudah menjauhkan ponsel dari telinga. "Ya, Sunbae! Aku akan ke sana!"

Ah, pasti hanya mimpi biasa. Aku mengangguk, meyakinkan diriku sendiri. Sejauh ini, tidak ada hal buruk menyangkut mimpi dan Paman hanya banyak pikiran. Yah, sejak perayaan 500 tahun Kitsune itu pasti dia jadi sering datang ke kuil lantas bertemu banyak orang, bercakap-cakap.

[]

KITSUNE'S KISS | jeon jk (Full-Length Version) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang