Side Story | I'm begging you
/
"Kumohon, lepaskan dia. Aku sangat menyesal."
Inari menoleh dengan lamban. "Sekarang? Kau baru menyesalinya sekarang? Aku sudah ingin melenyapkannya." Aku tidak dapat berpikir lagi. Tidak boleh. Tidak boleh ada yang membunuh Dahyun. Aku terus meronta, mendorong kasar dua orang di sebelahku lantas bersimpuh di dekat kaki Sang Dewi, persis di sisi Dahyun yang hampir sekarat. Air mataku mengucur, tanpa bisa ditahan lagi. Inari melihat semua, dengan sepasang manusianya dia terus menancapkan perhatian kepadaku tanpa jemu.
"Aku mohon. Bagaimana lagi aku bisa mengungkapnya? Kau boleh ambil semuanya tapi jangan bunuh Dahyun." Aku merasa napasku tercekat. "Aku selalu jadi pengikutmu yang taat, aku bahkan tidak pernah menyebabkan masalah besar—"
"Sekarang kau menyebabnya, Jungkook."
"Maafkan aku." Dengan kepala tertunduk dalam, aku terus menangis meskipun rasa sesak itu terus menggumpal, aku tidak sanggup melihat Dahyun karena yah, dia terlihat memprihatinkan. Tiap detik seperti napasnya di ujung tanduk, aku merasa hancur karena terus bertindak payah.
"Kau mau mengikuti semua perintahku?"
"Tentu."
Inari itu menendang sekali lagi paha Dahyun kemudian membungkuk. Tangannya terasa dingin menusuk seiring dia meraih daguku dengan cepat. Sepasang matanya berkilat, penuh binar mengerikan. Inari tersenyum, miring, membuatku mulai curiga. "Aku akan biarkan dia hidup kalau kau putuskan sekarang juga. Semuanya, bahkan kau harus membuatnya tidak pernah melihatmu lagi, atau ingat apapun lagi. Aku tidak ingin ada masalah serupa di kemudian hari apalagi menyangkut Kitsune lainnya dan juga tahtaku."
Ini kah? Akhirnya?
Helaan napasku memberat. Aku bergeser untuk melihat Dahyun dengan wajah sendu. Mungkin, memang ada baiknya, kami tidak pernah bertemu sejak awal. Mungkin, memang seharusnya, aku tidak melanggar batas-batas yang Inari sudah kukuhkan sejak aku bergabung dengannya. Kau tahu, ada banyak kemungkinan di dunia tapi ada banyak hal pula yang sudah jadi ketetapan, termasuk menjadi Kitsune dan menjadi pengikutinya.
Dengan gemetaran, aku pun mulai meraih pergelangan tangan Dahyun. Dia terkulai lemah tapi masih sadar. Ada luka di sekitar tubuhnya, bahkan meski wajahnya masih mulus, aku tahu dia tidak bisa bertahan lebih dari lima belas menit. Napasnya sudah tersengal, bola matanya melebar, dan suaranya tersaruk-saruk. "Maaf."
Dahyun berteriak dengan suara melengking saat aku mulai mendekatkan gelangnya ke dekat bibirku dan menariknya sekaligus. Tidak hanya itu, aku pun menyentuh kulit lehernya kemudian mulai menekan bekas gigitan itu, menekannya dua kali, tiga kali, sampai air mataku mengalir lagi.
Sampai jumpa. Kalau kau cukup beruntung, kita mungkin tidak akan pernah bertemu lagi.
Setelahnya, aku membuka mulutku kemudian menunjukkan bola bintangku yang berkedip-kedip. Aku membawa Dahyun mendekat sembari memejamkan mata seiring bola bintang itu mulai menghisap seluruh sisa diriku yang terserap di tubuh Dahyun selama ini. Kenangan kami.
.
.
Karena tidak memungkinkan untuk membawanya masuk ke dalam kuil, aku pun membopong tubuh Dahyun dan menurunkannya di pelatarannya saja. Dengan bantuan Inari, luka-luka yang semula muncul di tubuh Dahyun mendadak tersamarkan. Aku membiarkan Dahyun di sana dengan Inari yang juga menatapku. "Sekarang kau bisa kembali ke tempatmu. Aku akan pastikan dia pulang ke rumahnya."
"Kau berjanji?"
Inari berdecak sengit. "Kau tidak percaya kepadaku? Apakah kau meragukanku? Sebuah janji adalah janji. Lagipula, kau bilang dia punya keluarga di dekat sini jadi aku akan antarkan dia ke sana. Jangan khawatir, sekarang fokus saja kepada urusanmu yang biasanya."
Aku mengangguk, membungkuk pelan sebelum undur diri. Wilayah kuil ini sangat suci bahkan untuk Kitsune sekalipun kami merasa enggan untuk muncul apalagi dengan kemungkinan besar kami kembali ke wujud Kitsune kami. Aku menoleh terakhir kali, melihat Dahyun belum sadarkan diri, masih bersama Inari yang sudah melambai pelan kepadaku.
Setelahnya, aku memaksakan diri untuk meninggalkan tempat itu lantas berlari ke dalam hutan. Dadaku bergemuruh liar sedangkan air mataku kembali meleleh. Tidak berapa lama, gerimis mulai mengguyur seisi hutan, namun aku terus berlari, lebih kencang seraya menghalau berbagai emosi yang berkelibatan dalam dadaku.
Meskipun separuh Kitsune, aku mewarisi separuh hati manusia. Dalam hati manusiaku, aku bersikeras untuk melupakan Dahyun. Selamanya.
Mungkin sampai 300 tahun lagi, mungkin 1.000 tahun lagi, aku akan terus di sini dan berharap ada keajaiban yang datang kepada kami.
[]
Makasih buat yang udah voting di chap sebelumnya, itu bakal jadi pertimbangan buat aku. See you on the next chap, Cherish! Love you.
KAMU SEDANG MEMBACA
KITSUNE'S KISS | jeon jk (Full-Length Version) ✔
Fanfiction(Fantasy - Romance) Im Dahyun pikir dia sudah tewas di tempat. Kunjungan ke rumah Pamannya di pedalaman Daegu memang bukan hal yang main-main. Melewati medan yang terjal, perbukitan curam serta berada di sekeliling hutan bercurah hujan tinggi. Dahyu...