Chapter 16

420 97 10
                                    

16 | Home Visit

Selama perjalanan ke pondok Jungkook, aku tidak merasakan jiwaku di tempat. Jiwaku melayang-layang, berhamburan, tertiup angin kemudian bergerak-gerak samar di sekitarku sedangkan aku mengemudi bagaikan cangkang kosong—raga tanpa jiwa.

Jungkook akan terus membutuhkan energiku termasuk tuntutan seksual lain untuk memenuhi banyak kebutuhan energinya.

Jelas, aku belum mau membayangkan banyak hal yang tidak terbayangkan. Tapi, yah, Paman Seo sudah memperingatiku bahwa Kitsune adalah makhluk berbahaya. Bukan karena kekuatannya saja yang kuat tapi juga karena akal tipu daya mereka sampai dapat menjebak manusia jadi mate mereka agar dimanfaatkan.

Berapa banyak yang Jungkook butuhkan karena tidak perlu menghisap energiku?

Berapa banyak yang Jungkook harus taklukan agar dia merasa setidaknya agak puas dan menjauhkan dirinya dariku?

Aku ingat bagaimana putus asanya Jungkook kemarin agar dapat menciumku demi membuatnya lebih kuat bergerak. Yah, itu agak membuatku merinding sampai bisa pingsan di tempat.

"Fokus, Dahyun!"

Setelah mencengkeram roda kemudi dan melewati perbatasan desa Yeon, aku pun melajukan mobilku dengan lebih rileks. Tadi Paman Seo mendesakku untuk pulang dan bertemu Bibi, tapi aku tahu malam ini aku harus segera sampai di rumah kalau ingin bekerja besok. Namun sebelum itu, aku ingin menemui Jungkook agar memastikan aku dapat meninggalkannya baik-baik di sini apalagi entah kapan kami bertemu lagi.

Setelah melaju lebih mulus, mataku menyipit. Ada kabut aneh yang mendadak muncul sedangkan sosok itu terlihat samar-samar. Jangan turun, berbahaya. Aku meneguk ludahku dan tetap membuat mobil melaju tapi rasanya sosok itu tidak tergapai, tetap menganggu penglihatanku sampai mobilku berhenti dan aku memperhatikan lebih jelas. Aku tidak takut kabut yang menebal tapi aku takut dapat menabrak apapun yang tidak terlihat oleh jarak pandangku. Siapa sih dia...

Setelah menunggu dengan sabar akhirnya aku melihat wanita paruh baya, hampir seperti nenekku. Punggungnya bongkok, dengan cara jalannya yang kepayahan kemudian dia seperti membawa buntalan di punggungnya. Wajahnya terlihat buram tapi ketika ia kian mendekat sampai akhirnya berada dekat dengan mobilku, aku dapat melihat garis-garis keriput penuh keletihan.

Bukan Kitsune. Bukan bahaya.

Aku tergelitik untuk turun dari mobil apalagi melihat si nenek nampak kepayahan dan dapat ambruk kapan saja. Jadinya, aku cepat melepas sabuk pengaman dan memastikan ponsel ada di kantungku sehingga aku dapat langsung menelepon polisi atau siapapun.

"Nek, kau baik-baik saja?" Aku bertanya lembut di sisinya.

Nenek itu tetap menunduk, terbatuk-batuk dengan rambutnya tertutupi kain dan lehernya ditutupi syal warna merah mencolok. Dibanding sekitar kami yang berkabut, nenek dan syalnya jadi seperti pusat perhatian apalagi dia pun terlihat amat renta, membuat hatiku tercubit kalau tidak lekas membantu.

"Nona .." Ia terbatuk menatap turun. "Siapa kau?"

"Nek, aku .. aku hanya tidak sengaja lewat tapi apakah kau butuh bantuan? Kau mau ke mana? Aku bawa mobil jadi biar aku antarkan," kataku cepat. Aku memandangnya lekat. "Jangan berjalan sendirian, terlalu berbahaya."

Nenek itu justru beralih mengenggam tanganku, agak termenung melihat sesuatu yang melingkar di pergelangan tanganku. Gelang Jungkook. Aku buru-buru bergerak menarik tanganku meskipn agak mengejutkannya.

"Ma—maaf, aku tidak bermaksud kasar, Nek."

"Tidak apa," jawabnya pelan. Ia pun mengangkat wajahnya hingga aku dapat melihat matanya yang berpendar lemah. Ia tersenyum kecil. "Aku ingin bertemu cucuku.."

KITSUNE'S KISS | jeon jk (Full-Length Version) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang