Chapter 3

699 117 13
                                    

03 | Kitsune's Tail

Jelang malam, hujan benar-benar turun dengan brutal. Aku dapat mendengar bunyi hujan yang menimpa atap pondok itu dan berharap agar tidak banjir. Aku juga berharap tidak ada badai atau bencana longsor sekarang karena ya Tuhan, aku baru selamat dari maut, apakah aku harus berhadapan dengan maut lainnya?

Di tengah rasa gelisah, aku baru sadar bahwa tempat ini hanya punya satu kamar tidur, satu ruang tamu, satu dapur, dan satu kamar mandi. "Aku bisa di ruang tamu, kau tahu, kau yang harusnya di ranjang saja," aku bergumam rendah dan melihat Jungkook mulai menyalakan lampu-lampu berwadah pendek dengan korek api kecil.

"Tidak apa. Akan sangat dingin di ruang tamu, kau harus di kamar saja dan .." Pria itu bergerak ke lemarinya seraya membentangkan selimut. "Pakai selimut ini."

"Tapi bagaimana denganmu?"

"Aku sudah biasa dengan cuaca dingin, dan aku punya tubuh yang sangat kebal akan dingin. Jadi, jangan khawatir."

Setengah ragu, aku menerima selimut itu dan tidak henti menggumamkan terima kasih.

Jika aku berhasil ke rumah Paman setelah banyak halang rintang ini, aku akan cerita bagaimana aku diselamatkan pria tampan dan ditampung di tengah hutan. Memang agak mistis dan mengejutkan, tapi buktinya, sampai detik ini, Jungkook tidak melakukan hal buruk. Dia membiarkan aku menempati kamar dan ranjangnya, memberikanku makanan lezat, memberikanku selimut dan dia menjagaku pula sejak tadi.

"Aku akan di ruang tamu kalau kau butuh sesuatu."

"Baik, terima kasih dan selamat malam." Setelah ia pergi, aku pun mulai menutupi seluruh tubuh dengan selimut seraya meringkuk. Di Seoul, aku menghuni apartemen mewah dan nyaman. Bahkan ada penghangat ruangan khusus, sekarang aku berada di sini dengan pria asing yang bermurah hati memijamkan selimut dan hujan yang tidak berhenti.

.

.

Aku terbangun karena haus. Sejak kecil, itu jadi kebiasaan yang hampir memaksaku untuk menyediakan segelas air di dekat ranjang. Atau jika ibuku menginap, beliau yang menyelinap ke kamar dan menaruh segelas air jadi kapanpun aku bangun, aku bisa dapatkan air dan tidur lagi. Tapi di sini berbeda, aku nampak sulit mengenali sekitar karena lampu yang makin redup.

Semoga aku tidak terjatuh dan menginjak sesuatu. Sambil mengingat-ingat dalamnya pondok ini, aku pun berjalan pelan. Ada suara dengkuran dalam yang membuatku kaget tapi aku tetap bergerak hinggai mencapai dapur. Dengan hati-hati aku meraih gelas dan menuangkan teko berisikan air. Hujan masih terdengar, masih sederas sebelum aku tidur hingga aku pikir tidak seharusnya aku tidur jika ada kemungkinan pondok ini ambruk dan hanyut.

Aku menaruh gelas, meraih lampu tadi kemudian berjalan lagi. Alangkah terkejutnya sewaktu aku melihat satu benda panjang berupa bulu-bulu mekar di lantai ruang tamu. Aku sudah siap dengan pemukul kayu di dekat lemari dapur. Apa itu? Ekor apa itu?

Aku memicingkan mata dan berjongkok. Aku hampir menjatuhkan rahangku sewaktu melihat ekor itu justru milik .. Jungkook? Pria itu tengah meringkuk dan ekor itu mencuat dari belakang celana hitamnya. Dia masih terpejam sewaktu aku menghitung ekor-ekor gemuk berbulu panjang warna cokelat itu. Masih setengah tidak percaya, aku mengarahkan lampu agar dapat melihat lebih jelas. Ekor .. Kitsune? Satu, dua, tiga, empat, lima, enam, tu—

"Apa yang kau lakukan, Nona?"

Lampu itu sontak tergelincir namun Jungkook cepat menangkapnya. Bunyi petir menggelegar sedangkan aku masih membeku di tempat. Jungkook mengerang kemudian dengan kibaskan singkat di ekornya, lampu itu berpijar lagi dengan nyala api lebih terang.

KITSUNE'S KISS | jeon jk (Full-Length Version) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang