Part 24. Berakhir?

26 1 0
                                    


Author POV
Sejak adzan subuh tadi Airin nampak antusias menyiapkan perlengkapan nya untuk di bawa ke sekolah. Pasalnya ini adalah hari yang di tunggu-tunggu. Setelah sekian lama bersekolah disini.
Dua Minggu Airin pergunakan untuk belajar. Ia ingin mendapatkan nilai yang bagus dan bisa melanjutkan pendidikannya. Airin bercita-cita ingin jadi seorang guru. Semoga saja kelak ia bisa mewujudkan impiannya.
Dan hukuman yang di terima Sonia dan Ririn ialah di skor selama dua Minggu dan hukuman nya akan berakhir saat ujian nasional tiba. Terlalu sedikit memang. Namun itu sudah ketentuan dari pihak sekolah. Mungkin ada unsur campur tangan dari orang tua mereka. Tapi itu seperti nya sudah cukup untuk mereka. Terbukti dengan sikap mereka yang sudah tidak membully lagi. Airin bersyukur akan hal itu.
Airin mematung di depan cermin yang ada di kamarnya. Tangannya dengan lembut membelai kepalanya yang tertutup hijab. Sudah satu bulan ini ia memantapkan hatinya untuk berhijab seluruhnya.
Bukan tanpa alasan. Perkataan Tiara terngiang-ngiang di kepalanya.
Sehelai rambut yang di lihat oleh lelaki yang bukan mahram dengan sengaja, balasannya 70 ribu tahun dalam neraka. Seorang wanita masuk neraka akan menarik ayahnya, adiknya, suaminya, dan anak lelakinya.
Begitu dahsyat nya siksaan bagi wanita tak memakai kerudung.
Ada yang mengatakan hadist itu palsu. Tapi karena hadist itulah Airin memantapkan hatinya untuk menutup aurat.
Rambut adalah aurat wanita. Jadi harus di tutup supaya tidak menimbulkan dosa bagi kita dan juga yang melihat nya.
Saat shalat pun tidak di perbolehkan ada rambut yang keluar dari mukena. Maka rambut bisa di ikat karena takut membatalkan shalat. Namun jika rambut tidak keluar dari mukena maka shalat lah dengan tidak mengikat rambut.
Airin tidak ingin terus memupuk dosa. Namun bagaimana dengan status nya dengan Tio. Hatinya bimbang. Cinta lebih mendominasi hatinya. Namun hati kecilnya juga berkata ingin mengakhiri.

***

Lima menit lagi ujian akan segera di mulai. Airin membuka buku nya untuk menghafal ulang pelajaran.
Hingga bel pertama berbunyi. Semua para siswa dan siswi berhamburan masuk, dan Airin kembali memasukan buku kedalam tas.
"Baik anak-anak mata pelajaran hari ini adalah Matematika dan fisika. Kalian sudah siap ulangan pertama ini?" Tanya guru pengawas. Ia menatap bergilir murid-murid nya. Tidak ada yang menjawab semuanya terdiam lesu. Hari pertama di isi dengan pelajaran yang menguras otak.
Setelah itu Pengawasan membagikan selebaran kertas yang berisi kan soal-soal untuk di isi.
Hening. Tidak ada satu suara pun yang terdengar, semuanya fokus mengerjakan. Ini adalah ujian akhir penentuan nilai. Artinya sebentar lagi mereka lulus SMA.

***

Tio terduduk di kursinya. Sensasi pusing masih terasa. Mungkin efek dari dua mata pelajaran tadi. Tio menyisir pelan rambutnya menggunakan jarinya lalu meremas pelan.
"Hari pertama sudah di suguhkan dengan pelajaran yang mematikan. Kaya nya nilai nya gak bakal sempurna deh." Ucap Tio lesu.
"Udah pesimis aja bro." Sela Rama yang duduk di sampingnya.
"Bukan pesimis tapi gue gak yakin sama jawabannya."
"Ya itu artinya Lo pesimis."
"Emang Lo yakin sama jawaban nya?" Tanya Tio.
"Gue si gak masalah nilai E sekalipun. Asalkan gue lulus."
"Perasaan semua siswa-siswi disini pengen lulus dah."
"Udah ah gue mau pulang. Belajar yang bener, biar bisa lamar Airin."
Tanpa mendengar jawaban Tio, Rama langsung pergi keluar kelas dengan tas di bahu kirinya.
"Cih, nasehatin orang. Dirinya aja jarang belajar."
Tio pun segera menyambar tas lalu pergi pulang.
Dilihat nya kelas Airin yang sudah kosong. Mungkin Airin sudah pulang. Akhirnya Tio memutuskan untuk langsung pergi ke parkiran.
Baru saja Tio akan memakai helm. Matanya tak sengaja melihat Airin yang berjalan menuju gerbang. Buru-buru Tio menghidupkan motor  lalu menggas motornya.

Tiiit
Klakson motor sengaja Tio hidupkan, agar sang empu menoleh kearahnya. Dan benar saja Airin langsung melihat arah klakson motor itu.
"Ayo pulang bareng." Ucap Tio sambil menepuk-nepuk jok motornya.
Sekarang Tio sudah terang-terangan menunjukan sikapnya di depan temen sekolahnya.
Bukannya menjawab Airin malah bengong seperti melamun.
"Hey." Tio melambai-lambai kan tangannya di depan wajah Airin.
Seketika Airin langsung tersadar.
"Kenapa ngelamun. Ayo naik, entar keburu hujan loh. Udah mendung banget tuh langit."
"Emmmm... Tio ada yang mau aku bicarakan." Ucap Airin sedikit ragu-ragu.
"Ya udah ayo, nanti kita ngomongnya di cafe depan aja." Tawaran Tio di setujui oleh Airin.
Airin pun naik di belakang Tio.
Motor Tio melaju membelah jalanan yang rame oleh pengendara.
Senyuman nampak menghiasi wajah tampan nya, di tambah lesung Pipit nya. Sesampainya di cafe Tio langsung mengajak Airin masuk dan duduk di pojok deket kaca.
"Mau pesen apa?"
"Tio aku...
"Aku apa Airin?" Tio penasaran dengan apa yang akan di bicarakan Airin.
Tiba-tiba hatinya tidak tenang. Karena tidak biasanya Airin bersikap seperti ini.
"Aku mau kita putus."
Jleger
Seperti ada petir menyambar tubuhnya.
"Kamu ngomong apa sih. Jangan bercanda ah, gak lucu tau." Ucap Tio berusaha tenang.
"Aku gak becanda. Sebaik nya kita putus aja."
"Kenapa? Apa salahku?"
"Kamu tidak salah apa-apa, hubungan kita yang salah."
"Hubungan seperti apa yang salah di matamu?" Ucap Tio dengan raut wajah yang sudah kacau.
"Pacaran."
"Maksudnya?"
"Pacaran tuh di larang sama agama." Jelas Airin dengan air mata yang terus keluar.
Tio langsung terdiam sejenak. Ia langsung teringat perkataan kiai saat khutbah Jum'at yang membahas zina. Sungguh ia merasa manusia yang hina di mata sang pencipta.
Apakah ada pengampunan baginya? Yang begitu terlena akan dunia dan melupakan akhirat.
'Dan jangan lah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu  adalah suatu perbuatan keji dan suatu jalan yang buruk.'
"Lalu mengapa baru sekarang, Mengapa gak dari awal aja kamu nolak aku."
"Maaf." Ucap Airin sambil menundukkan wajahnya. Air mata nya terus mengalir.
"Kamu tidak salah Airin. Aku yang salah sudah menjerumuskan kamu dalam dosa ini."
"Aku baru sadar ternyata aku menghalalkan apa yang haram bagi Allah. Aku gak sanggup terus menumpuk dosa Tio." Ucap Airin yang memandang Tio dengan sedu.
"Aku mencintaimu tapi aku gak mau terus ada dalam hubungan haram ini. Tolong lepaskan aku." Mohon nya dengan tangan yang di tautan di dadanya.
"Tolong Tio." Lanjutnya.
Tio memalingkan wajah nya. Air matanya sudah mau menetes namun ia tahan. Ia tidak mau terlihat lemah di depan Airin.
"Kalo kamu mencintaiku. Bisa kah kamu berjanji." Tio langsung menatap wajah Airin yang sudah basah oleh air mata.
"Berjanji apa."
"Setia lah, meski kita sudah tak memiliki hubungan apapun, tapi berjanji lah tidak ada lelaki lain yang masuk ke hati mu kecuali aku."
"Aku tidak bisa berjanji."
"Kumohon berjanji lah. Aku pun akan setia padamu."
"Baik lah. Terimakasih dan maaf. Aku pergi dulu. Assalamualaikum."
"Walaikum salam." jawab Tio dengan suara lirih
Lalu Airin langsung berdiri dan pergi dari hadapan Tio.
"Biarkan kuantar pulang?"
"Tidak papa, aku bisa pulang sendiri."
Setetes air mata keluar dari mata indahnya. Kenapa sesakit ini di putus kan.
Bahkan meja ini masih kosong. Tidak ada lagi nafsu untuk memesan makanan.
Mungkin ini hukuman dari Allah saat manusia lebih mencintai umatnya di banding kan pencipta nya.
Perkataan Airin bener tidak seharusnya ia terus terjerumus di dalam hubungan haram ini.
Tapi kenapa sesakit ini. Kenapa ya Allah. Hamba sungguh mencintainya.

***

Airin Dan Tio (SUDAH TERBIT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang