Part 20. Cinta segitiga

33 4 1
                                    


Selamat membaca

***

Setelah perdebatan kecil itu berlalu. Tio dan Rama kembali ke kelas.
"Lo harus bersikap lebih tegas, biar Airin gak di Bully lagi." Ucap Rama saat sudah duduk di kursi masing-masing.
"Iya Ram. Gue bakal lakuin apapun buat orang yang gue cinta." Ucapnya.
"Oh iya sejak kapan Sonia suka sama Lo?" Tanya Tio menambahkan.
"Lo jangan salah paham dulu bro. Gue gak ada apa-apa sama Sonia." Jelasnya.
"Gue tanya sejak kapan?" Tio kembali bertanya.
"Sejak awal masuk sekolah." Jawab Rama.
"Udah hampir mau tiga tahun dong?"
"Iya."
"Ko gue baru tau. Dan Lo kenapa jadiannya sama Ade gue?" Tanya Tio.
"Karena yang gue suka hanya Ade lo." jelas Rama bangga.
"Bahkan gue lebih dulu suka sama Ade Lo. Lo inget gak waktu Tina masih kecil dia nangis pengen gue gendong?" Tambahnya.
"Iya gue inget. Waktu itu kan gara-gara gue larang dia maen sepeda."
"Nah dari situ gue mulai ada rasa sama Tina."
Tio melongo. Karena seinget dia, kejadian itu pas dia masih duduk di bangku SD dan Tina masih TK.
"Gila Lo. Lo pedofil sumpah." Ucap Tio tak percaya.
"Enak aja Lo ngomong."
"Buktinya Lo tadi bilang suka sama Ade gue dari dia kecil."
"Ya dulu mah masih cinta monyet." Jelas Rama.
"Alah bisa aja Lo."

Kring kring kring
Bunyi bel masuk sudah berbunyi tanda jam istirahat sudah selesai.
Tak berselang lama guru Agama datang.
"Assalamualaikum anak-anak." Salam Pak Nurdin.
"Walaikum salam Pak." Jawab mereka serentak.
Dan setelah mengucap salah Pak Nurdin duduk di kursi guru.
"Ada PR?" Tanya Pak Nurdin.
"Gak ada pak." Ucap mereka serentak.
"Kalo gitu Bapak absen dulu ya."
Pak Nurdin pun mengabsen satu persatu anak muridnya.

***

Sedang kan di kelas Airin guru yang seharusnya mengajar belum kunjung datang.
"Sumpah ya gue gak percaya kalo Tio mau jadi pacar Lo." Ucap Sonia masih belum percaya.
"Hati tidak ada yang tau." Ucap Airin pelan.
"Terus Lo kemaren kenapa gak ngaku?" Sekarang giliran Ririn yang bicara.
"So kecakepan banget Lo." Tambahnya.
Airin hanya diam, males meladeni mereka. Airin terus menulis rangkuman yang guru piket berikan.
Rasanya sudah muak Airin dikucilkan terus. Ia harus bangkit dan membuktikan kepada mereka bahwa ia pantas sekolah disini.
Sedangkan Jasmine yang duduk di bangkunya hanya diam sambil melihat ke arah Airin. Ada rasa penyesalan di hatinya. Namun tak dapat di pungkiri bahwa ia sangat menyukai Tio. Bahkan ia lah yang meminta kedua orangtuanya untuk di jodohkan bersama Tio. Yang kebetulan orang tua mereka berteman dekat.
Namun miris cintanya bertepuk sebelah tangan. Jujur ia tak ada maksud untuk menyakiti hari Airin. Namun nasi sudah menjadi bubur, mana mungkin Airin mau lagi berteman dengan dia.

***

Jam sudah pukul 11 siang, artinya pulang sekolah telah tiba. Hanya di hari Jum'at pulang lebih awal. Rama dan Tio sudah pergi ke mesjid untuk shalat Jum'at.
Sesampai di mesjid mereka langsung mengambil wudhu. Sambil menunggu shalat di mulai. Mereka berbincang-bincang.
"Ti?" Panggil Rama.
"Ti ti ti. Yang lengkap napa panggil nama gue nya ." Protes Tio yang tak terima namanya di panggil setengah-setengah.
"Hehe, Tio maksud nya." Balas Rama sambil cengengesan.
"Apaan?" Tanya Tio yang sudah mengerti ada pertanyaan dari panggilan Rama.
"Gue boleh gak ikut buka puasa di rumah Lo?" Tanya Rama.
"Lo kan gak puasa?"
"Gue pengen nemenin Lo buka puasa."
"Alesan Lo, bilang aja mau ketemu Ade gue".
"Hehe, ya ya ya."
"Enggak."
"Please." Rama memohon sambil menyatukan kedua tangannya.
"Gue bilang enggak ya enggak."
"Ah gak seru Lo." Ucap Rama merajuk.
"Bodo." Ucap Tio.
Tak lama adzan pertama berkumandang. Lalu mereka serentak melaksanakan shalat sunnah.
Lalu setelah shalat Sunnah, adzan kedua berkumandang. Dan baru khutbah di mulai.

***

Tak terasa waktu sudah menjelang sore. Tinggal menghitung menit adzan berkumandang.
Tio sudah duduk di depan meja makan yang sudah penuh dengan makanan. Tidak lupa Tina, Anna, dan Tian pun sudah duduk. Meski mereka tidak ikut puasa, namun mereka ikut menunggu adzan magrib.

Ting Tong
Bel rumah berbunyi, bi Inah langsung membuka pintu.
"Siapa yang datang?" Tanya Tina yang duduk di sebelah Tio.
"Temen nya Den Tio Non." Ucap bi Inah, setelah itu langsung pergi ke dapur.
"Assalamualaikum." Ucap Rama memberi salam.
"Walaikum salam." Ucap mereka serempak.
Mendengar suara itu Tio langsung menoleh dan bener dugaannya, Rama yang datang.
"Mau ngapain Lo kesini?" Tanya Tio.
"Mau nemenin Lo buka puasa." Ucapnya nya dengan cengiran khasnya
"Gak boleh gitu sama tamu, apalagi kan nak Rama temen kamu?" Ucap Anna. "Oh iya silahkah duduk Na Rama." Ucap Tian.
Sedangkan Tina sudah mesem-mesem gak jelas.
Rama pun duduk di samping Tina.
Tak lama adzan pun berkumandang.
"Silahkan Nak Rama di makan." Ucap Anna.
"Iya Tante." Ucap Rama.
Tio langsung minum air putih, rasanya tenggorokan nya sudah kering dari tadi siang. Dan langsung mengambil nasi dengan porsi banyak.
"Ih Abang nasinya banyak banget, habis gak nanti?" Tanya Tina yang melihatnya.
Tian yang mendengar Tina ngomong langsung menoleh ke piring Tio.
"Jangan berlebihan nak, secukupnya saja." Ucap Tian.
"Tio lapar Yah." Ucap Tio.
"Ya sudah." Ucap Tian sambil menghela napas, heran dengan sikap anaknya.
"Ayo Nak Rama ambil nasi nya".
"Eh iya om."
Mereka pun makan dengan tenang hanya ada suara sendok beradu dengan piring.
Setelah makan mereka shalat berjamaah lalu berkumpul di ruang tamu sambil menonton tv.
"Lo benar-benar ya Ram. Gue kan udah bilang Lo jangan kerumah gue." Ucap Tio pelan.
"Emang kenapa si. Lo gak bakal nemuin temen secare gue tau gak?." Ucap Rama bela diri.
"Kalo niat Lo itu gue pasti bahagia. Masalahnya Lo kesini karena Ade gue kan?"
"Kalian kenapa ko bisik-bisik?" Tanya Tina.
"Enggak ko De?." Rama yang menjawab pertanyaan dari Tina.
"Ayo Rama ke kamar gue." Ajak Tio.
"Ayah Bunda, Tio ke kamar dulu ya." Pamit Tio.
"Iya sok." Ucap Tian dan Anna.
"Abang, Ade ikut." Ucap Tina langsung berdiri dan mengikuti mereka ke kamar.
Sesampainya di kamar Tio langsung menutup pintunya.
"Cih memalukan." Ujar Tio yang kesal dengan sikap Rama yang dengan terang-terangan menunjukkan bahwa mereka pacaran.
"Oke sekali ini gue biarin ya. Tapi lain kali jangan harap Lo." Ucap Tio dengan kesal.
"Udah deh bro gak usah ribet. Gue cuma pengen ketemu Ade Lo doang." Ucap Rama
"Hmmm."
"Dari pada Lo uring-uringan mending kita maen game." Ajak Rama.
"Boleh." Ujar Tio.
Rama dan Tio pun bermain game, sedangkan Tina sibuk memainkan handphone sambil tiduran di kasur Tio.

***

Airin Dan Tio (SUDAH TERBIT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang