Part 7. Hari jadi Rama dan Tina

453 36 1
                                    

🍹🍌🍹🍌

Tio pov

Waktu pulang sekolah telah tiba. Ku bereskan buku-buku yang berserakan di atas meja lalu memasukannya kedalam tas.
"Ram gue duluan".
"Eh Tio gue mau cerita dulu." Teriak Rama.
Ku acuhkan perkataan Rama.
Ku percepat langkahku ke parkiran sekolah takut Airin keburu naik angkot.
Setelah sampai parkiran aku menyalakan motor lalu membawa keluar dari sekolah.
Benar saja Airin sedang duduk sendiri di halte dekat sekolah menunggu angkot datang.
Ku hentikan motorku tepat didepan halte.
"Airin?" Panggilku. Dia pun menoleh lalu tersenyum kepadaku.
"Ayo naik." Perintahku lembut sambil menepuk-nepuk jok belakang mengisyaratkan untuk duduk.
Dia pun mengangguk lalu berjalan mendekat dan langsung duduk di jok belakang.
Ku lajukan kembali motorku membelah jalanan ibu kota.
"Airin?" Panggilku.
"Iya apa?" Jawabnya.
"Mmm tadi pagi mau apa ke kelasku?" Tanyaku penasaran.
"Ah tidak ada apa-apa ko." Ucapnya singkat.
Ku hela napas lega. Ke gelisahanku langsung pergi entah kemana mendengar jawabannya.
"Oh gitu." Airin pun hanya mengangguk.
"Mau makan dulu gak?" Tawarku itung-itung kencan pertama.
"Iya boleh."
Ku hentikan motorku di sebuah cafe yang sedang difavoritkan oleh kalangan remaja.
"Yuk masuk." Ajak ku sambil menarik lembut tangan Airin supaya masuk.
Kamipun duduk di kursi pojok.
"Tio. A-aku sebelumnya belum pernah kesini. Tapi aku sering lewat sini." Ucapnya jujur.
"Benarkah?" Tanyaku.
"Iya." Jawabnya sambil mengangguk.
"Berarti aku dong orang pertama yang ngajak kamu kesini?" Tanyaku tak lepas dari senyuman.
"Iya."
Pelayan pun datang lalu memberikan buku menu.
"Airin mau pesan apa?" Tanyaku.
"Samain aja kaya Tio." Ucapnya lembut.
"Ya sudah. Jus coklat 2, sama pisang keju 2." Ucapku pada pelayan lalu mengembalikan buku menu kepadanya.
"Baik. Tunggu sebentar ya." Ucap pelayan dengan hormat.
Selagi menunggu makanan aku terus memandang wajah Airin yang menurutku sangatlah cantik.
Sedangkan Airin memandang takjub pada arsitektur bangunan yang mengambil tema garden.
"Apakah kau menyukai tempat ini?" Tanyaku.
"Sangat. Aku sangat menyukainya". Ucapnya dengan nada gembira.
"Nanti kita akan sering datang kesini." Ucapku memberi harapan.
"Benarkan?" Tanyanya berbinar.
"Hmmm."
Diapun sangat terlihat bahagia hari ini.
Makanan pun datang. Kamipun  langsung memakan dengan lahap karena efek lapar.
Selesai makan kamipun pulang.
Sesampainya didepan gang, Airin langsung turun.
"Makasih ya Tio."Ucapnya dengan senyuman lebar.
"Sama-sama cantik." Jawabku dengan senyuman yang  tak kalah lebar.
Setelah Airin tidak terlihat lagi akupun langsung pulang.

***

Makan malam pun tiba.
"Tio ayah mau kenalin anak teman ayah ke kamu." Ucap Tian ayahku.
"Untuk apa?" Tanyaku sedikit tidak suka.
"Ayah hanya ingin kalian dekat saja." Ucapnya lagi.
"Hmm."
Aku tidak percaya ayah hanya ingin aku dan anak temannya dekat aja.
Aku sangat yakin ada maksud dari kata dekat itu.
Selesai makan aku kembali ke kamar ku.

Tuk tuk tuk
"Masuk."Tanpa perlu tanya siapa aku sudah tau siapa orangnya.
"Abang?" Panggilnya yang sudah duduk di kasur.
"Apa." Jawabku.
"Ade ingin ketemu sama ka Rama. Dari tadi dia tidak balas chat dari Tina." Ucapnya dengan bibir yang terangkat. Tanda lagi kesal.
"Mungkin dia sudah tidur."
"Tidak mungkin. Dia kan tidurnya jam 11 malam."
"Mungkin lagi cari cewe lain." Ucapku ngasal.
"Apa?" Teriaknya kencang.
"Ya mana abang tahu." Ucapku sambil menutup telingaku yang terasa berdengung.
"Hiks.. hiks.. ka Rama tidak seperti Abang." Ucapnya sambil menangis.
"Abang lagi."
"Iya. Ka Rama tidak mungkin seperti itu."
"Ck emang kalian berdua beneran pacaran?" Tanyaku.
Alisku langsung terangkat saat tiba-tiba Tina tersenyum karena pertanyaan ku.
"Mmmm i-iya." Ucapnya malu-malu.
"Apa?" Kali ini aku yang teriak dan langsung duduk.
"Kenapa?" Tanyanya heran melihat reaksi ku yang berlebihan.
"Kapan? dimana? ko Abang gak tahu si. Kenapa gak kasih tahu Abang?" Tanyaku berbondong-bondong.
Bagaimana bisa mereka jadian tanpa izinku.
Cih dasar adik durhaka dan teman durjana.
Awas kau Rama besok!
"Ish satu-satu napa tanyanya. Ade kan jadi bingung mau jawab yang mana dulu." Ucapnya protes.
"Terserah."
"Kemarin. Depan komplek. Ya Abang terlalu sibuk mikirin pacar Abang dibanding adiknya sendiri." Ucapnya lagi
"Ya sudah cepat ceritakan."
Flashback on
Drrt drrt drrt
Handphone Tina berdering tanda ada pesan masuk.
Di rogoh saku celananya lalu diambilnya handphone dan langsung membaca isi pesannya.
Keluarlah. Temui aku didepan komplek.
Senyumannya langsung mengembang tatkala membaca pesan dari Rama dan tanpa buang waktu lagi Tina langsung keluar dari kamarnya.
"Tina mau kemana sayang?" Tanya Anna-Bunda Tina dari arah dapur.
"Eh Bunda, Tina mau ke depannya ya Bun. Sebentar aja." Pamit Tina kepada sang Bunda.
"Ya udah hati-hati."
"Oke Bun."
Tina terus melangkahkan kakinya dengan senyuman yang tidak hilang menuju depan komplek. Tempat pertemuan mereka.
Sesampainya di komplek Tina terlebih dahulu membenarkan tata rambutnya dan bajunya.
Setelah dirasa sudah cantik Tina mendekati Rama yang sedang duduk di kursi dekat pohon.
"Ka-ka Rama?" Panggil Tina gugup.
"Oh hai Tina." Ucap Rama sambil berdiri.
"Ayo duduk."
Merekapun duduk.
Ke heninganpun tercipta. Rama yang sedang memikirkan kata-kata yang cocok untuk mengungkapkan isi hatinya pada gadis yang sudah ia sukai dari dulu. Sedangkan Tina terus-terusan tersenyum dengan pipi yang sudah merah karena salting.
"Mmm ka-
"Tina-
Ucap mereka berbarengan.
"Eh ka Rama aja yang duluan?"
"Tidak. Tina aja."
"Ka Rama aja." Ucap Tina dengan muka tambah merah seperti kepiting rebus dan dengan kepala menunduk.
"Nih untukmu."
Disodorkannya sebuah kotak kepada Tina.
"Apa ini?" Tanya Tina. Diambilnya kotak tersebut dari tangan Rama.
"buka saja."
Tina pun  membukanya.
"Kalung?" Tanya Tina.
"Ya, sini aku pasangkan ke lehermu." Ucap Rama sambil mengambil kalung yang sudah berada ditangan Tina lalu memasangkannya ke leher Tina.
"Cantik." Ucap Rama setelah terpasang kalung dileher Tina.
"Benarkan?" Tanya Tina berbinar sambil memainkan kalung itu dengan jari lentiknya.
"Ya sangat cantik." Puji Rama jujur.
Dia pun sangat memuji akan kecantikan Tina yang benar-benar mirip dengan Bundanya.
Walaupun tidak ada lesung pipi seperti Tio di pipinya namun tidak mengurangi kadar kecantikannya.
"Oh iya, Tadi Tina mau mengatakan apa?" Tanya Rama penasaran.
"Ah ti-tidak jadi gak." Jawab Tina.
"Oh begitu."
"Ti-tina?" Panggil Rama gugup.
"Iya apa?" Jawab Tina.
Setelah itu tidak ada yang membuka suara. Sibuk dengan pikiran masing-masing. Rama sibuk memikirkan kata-kata yang tepat untuk mengungkapkan perasaannya, dan Tina sedang menunggu kelanjutan dari perkataan Rama.
"Aku suka sama kamu."
Deg
Seperti ada kupu-kupu yang berterbangan diperut Tina.
"Tina juga suka sama ka Rama." Ucap Tina sepontan.
"Mau kah Tina jadi pacar kakak, kakak tahu ini sama sekali tidak romantis, tapi kakak janji membuat Tina bahagia." Ucap Rama sambil menggenggam tangan Tina.
"Aaaa." Jerit Tina senang menarik tangannya dari genggaman Rama lalu langsung memeluk Rama yang memasang wajah ambigu.
"Tina mau jadi pacar kakak." Ucap Tina dengan sangat bahagia.
"Terima kasih."Ucap Rama gembira lalu mempererat pelukannya.
Flashback of
"Cih lebay sekali." Ucap Tio mencemooh cerita Tina.
"Ih masa lebay sih. Itu tuh romantis tahu." Bela Tina.
"Lebay." Ucap Tio.
"Enggak."
"Lebay."
"Enggak."
"Lebay."

***

Airin Dan Tio (SUDAH TERBIT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang