Part 23. Terimakasih dan maaf

27 3 0
                                    

Tio POV
Pembicaraan dengan orang yang di cintai adalah hal yang tak berujung. Semuanya jadi hal yang sangat menarik untuk di bahas, hal sepele pun akan terasa menyenangkan. Terlebih ini pertama kalinya aku bercerita panjang lebar kepadanya.
Dan inilah yang sedang aku lakukan dengan Airin melalu chat.
Airin tau nomer handphone ku dari Jasmine. Aku akui Jasmine orangnya baik, dan aku tidak membencinya. Hanya saja aku terlalu takut untuk di jodohkan. Mungkin orang di luar sana akan mengolokku. Karena bodohnya menolak perjodohan dengan anak CEO terkenal, dengan perusahaan cabang dimana-mana. Mungkin itu juga yang membuat Ayah tertarik dengan perjodohan ini.
Tapi bagaimana dengan cinta. Harta tidak menjamin kebahagian. Hidup sederhana dengan orang yang kita cintai akan terasa indah, Meski tak memiliki harta yang banyak. Berbeda dengan hidup bersama orang tidak kita cintai, hidup pun terasa bagai di neraka.
Setidaknya itu pemikiranku sekarang.
Aku tidak peduli dengan pembicaraan orang lain. Karena sebuah pernikahan kita sendiri yang menjalani bukan orang lain.
Aku selalu berdoa di dalam shalat ku. Semoga kelak jodohku sama baiknya seperti Bunda, dan sabarnya seperti Ayah. Mungkin disini ada yang membenci Ayahku. Tapi ketahuilah Ayahku adalah orang yang paling sabar menghadapi sikap Bunda. Jika kalian ingin tau Ayahku lebih dalam, silahkan baca novel Jaminan Ayahku.
Tak terasa jam sudah menunjukkan angka sepuluh malam. Benar kata pepatah saat kamu mengenal cinta. Tai pun terlihat seperti cokelat. Mungkin itu yang ku rasakan. Serasa indah apapun jawaban dari jari manis Airin. Meski hanya kata oh dan ya.
Bahkan aku tak berniat untuk mengakhiri obrolan ini. Aku tidak peduli meski tidak tidur sampai pagi.
Selagi Airin membalas nya aku tidak akan berhenti. Kecuali jika Airin tidak membalas.  Itu artinya dia sudah tidur. Dengan begitu akupun akan ikut tertidur.

***
Pagi harinya, ada hal berbeda dari biasanya. Biasanya bangun tidur langsung pergi kemar mandi. Tapi khusus pagi ini aku langsung memeriksa Handphone ku.
Dan benar saja ada notifikasi dari Airin. Dia mengucapkan kan selamat pagi.
Hanya ucapan seperti itu saja udah membuat aku tersenyum.
Tak lama akupun membalasnya.
"Pagi juga cantik".
Aku langsung pergi ke kamar mandi setelah selesai mandi aku shalat subuh terlebih dahulu baru pergi sarapan. Di meja makan sudah kumpul semua. Tak lupa memasang senyuman khasku yang langsung tercetak lesung Pipit di pipi kiriku.
"Seperti nya Abang nampak bahagia pagi ini?" Tanya Tina yang heran melihat.
"Iya dong." Jawabku semangat.
"Nak, Ayah minta maaf karena kemaren sudah marah padamu." Ucapnya Ayah ku lembut tidak ada lagi nada tinggi seperti kemaren.
"Iya Ayah. Tio pun minta maaf karena sudah mengecewakan Ayah." Jawabku.
Kenapa tiba-tiba jadi melow gini.
"Tidak Nak. Ayah yang salah sudah tergesa-gesa menjodohkan mu. Kamu anak kebanggaan Ayah. Sekolah yang rajin ya Tio, Tina."
"Iya Ayah".

***

Di sekolahpun aku begitu bersemangat. Semua temen yang berpapasan denganku tak lupa aku sapa. Sampai-sampai mereka terheran-heran melihatku. Yang nampak begitu ceria.
Pas kakiku sudah sampai di ambang pintu kelas. Tiba-tiba seseorang dari arah belakang memanggilku.
'Tio?."
Akupun menoleh kebelakang.
"Bisa kita bicara sebentar?" Tanya nya. Sebenernya aku tau apa yang akan dia bicarakan.
"Tentu."

***

Di kantin
Sudah lima menit berlalu tapi belum ada yang memulai pembicaraan.
Bahkan minuman yang aku pesen sudah hampir mau habis.
"Mau sampai kapan diem terus?" Tanyaku memulai percakapan.
Jasmine terlihat menghela napas. Lalu tersenyum.
"Maaf." Ujarnya.
Aku langsung menoleh kearahnya. Sambil mengerutkan kening.
"Untuk?" Tanyaku lebih spesifik.
"Maaf karena ke egois ku menyukaimu. Sampai-sampai kamu membenciku."
Dari sudut pandang ku. Terlihat ada ketulusan Dimata Jasmine saat mengatakan itu. Jujur aku sebenernya tidak ingin menyakiti nya. Tapi aku tak punya pilihan lain selain mendiamkannya.
"Aku begitu seneng saat tau bahwa perusahaan Papahku bekerja sama dengan perusahaan Ayahmu. Sampai-sampai aku mempunyai ide untuk di jodohkan kan denganmu. Terlebih orang tua ku juga menyetujui nya." Jelasnya kepadaku.
"Dan awalnya aku pikir mungkin kamu juga akan menerima perjodohan ini. Tapi ternyata aku salah. Justru kamu yang menentang semuanya." Jelasnya lagi.
Aku hanya mendengar kan. Biarlah dia bercerita.
"Sekarang aku tidak akan lagi jadi  penghalang antara kamu dan Airin. Semalam aku sudah bicara kepada orang tuaku.  Ya awalnya mereka marah karena merasa di permainkan. Tapi aku terus ngasih pengertian bahwa jodoh sudah ada di tangan Tuhan. Dan Alhamdulillah mereka menyetujui untuk membatalkan perjodohan ini. Dan satu lagi, kamu gak perlu risau. Kerja sama antar perusahaan akan tetap berlanjut. Karena bagaimanapun perusahaan lebih penting." Ucap dengan tenang sambil menatap ku.
Akupun tersenyum mendengar nya. Kelegaan menghampiri dadaku.
"Aku juga minta maaf kalau selama ini aku sudah nyakitin kamu. Tapi asal kamu tau, bahwa aku tidak membenci mu." Ucapku dengan tenang.
"Terimakasih. Kamu beruntung bisa memiliki Airin. Dia gadis yang baik dan pintar."
"Hmmm memang. Dan aku berdoa semoga kamu kelak mendapatkan kan laki-laki yang baik, yang bisa Nerima kamu apa adanya." Doaku untuknya.
"Ya sudah kalau gitu, aku duluan ke kelas ya, Sebentar lagi bel masuk berbunyi." Akupun pamit pergi.
"Iya." Jawab Jasmine.
Akupun langsung pergi ke kelas.

Airin Dan Tio (SUDAH TERBIT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang