Part 3. kebohongan Tina

608 57 0
                                    

🍞🍞🍞

Tio pov

Aku berjalan menuruni tangga menuju meja makan.
"Selamat pagi Yah, Bun, Tina." Kataku samar-samar.
Entah jam berapa mereka bangun. Yang pasti jika sarapan di pagi hari akulah yang selalu datang terlambat.
"Pagi." Jawab mereka serempak.
Akupun memakan roti yang tersedia di meja makan dengan santai. Karena jam baru menunjukan pukul 06.15.
"Bun, Yah hari ini Tina pulang telat, soalnya mau kerja kelompok." Ijinnya
"Ya sudah. Tapi jangan pulang terlalu sore ya." Ucap Bunda mempercayai kata Tina.
"Kerja kelompoknya dimana sayang?" Tanya ayah.
"Di rumah Dinda Yah."
"Oh." Ayah pun mempercayainya.
Sedangkan aku menatap wajah Tina dengan tidak percaya.
Mana ada kerja kelompok sedangkan tadi malam dia bilang kepadaku tidak mempunyai tugas apa-apa.
"Abang. Kenapa menatapku seperti itu?" Tanyanya keheranan.
"Tidak." Jawabku singkat, jelas, padat dan kembali memakan sarapanku.
"Ya udah deh Tio berangkat dulu."
Aku langsung mengambil tasku dan berpamitan kepada kedua orang tuaku.
"Tio berangkat dulu ya Bun, Yah. Doain semoga anakmu sukses." Kataku sambil berpamitan.
Sukses mendapatkan hati Airin. Lanjutku dalam hati.
"Ya Amin. Bunda dan Ayah selalu mendoakan kalian, supaya pinter dan kelak menjadi orang yang sukses." Jelas Bunda.
"Ayo Tina. Abang anter."
"Tumben?!"
"Lagi pengen aja."
"Assalamu'alaikum." Salam kami berdua.
"Walaikum salam." Ucap kedua orang tuaku.
"Hati-hati ya di jalannya." Tambah Bunda.
"Dek?" Panggilku saat sedang diperjalanan.
"Hmmm."
"Kamu bohong ya?"
"Bohong apa?" Tanyanya heran.
"Bohong tentang kerja kelompok itu."
"E-enggak ko. Ade gak bohong."
"Ayolah dek. Jujur aja sama Abang. Abang janji gak bakal ngadu sama Ayah dan Bunda." Ucapku meyakininya.
"Gak percaya. Apa jaminannya."
"Aish. Segala pake jaminan, kaya cerita novel aja"
"Harus. Biar gak bisa ingkar janji."
"Oke. Jaminannya adalah Abang bakal mempertemukan kamu sama Rama."
"Gak mempan."
"Lah kenapa?" Ucap Tio kebingungan.
"Orang pulang sekolah Ade emang mau ketemuan sama Ka Ram-Upss!!!" Ucapnya keceplosan.
"Tuh kan bohong. Ijin sama Bunda dan Ayah mau kerja kelompok, eh ternyata mau buat maksiat." Sindirku.
"Tina gak buat maksiat ko."
"Ya tetep aja maksiat berdua-dua sama lawan jenis."
"Tina gak bakal buat maksiat." Ucapnya yakin.
"Gak yakin." Tindahku.
"Bodo."
"Awas ya kalau sampai buat yang macam-macam bakal Abang aduin sama Bunda dan Ayah."
"Iya-iya."
Setelah mengantar Tina ku lajukan kembali motorku menuju sekolahanku.

*-*-*-*

Kelas masih sepi mungkin mereka masih berada di kantin.
Sudah tradisi siswa siswi disini setiap pagi pasti langsung ke kantin bukannya langsung ke kelas.
"Hallo bro." Sapa Rama yang baru masuk kelas.
"Hmmm."
"Kenapa lo pagi-pagi udah manyun aja?" Tanyanya santai yang sudah duduk di sampingku.
"Lo mau bawa Adik gue kemana?" Tanyaku to the point.
"Maksudnya?" Tanyanya bingung.
"Nanti sore lo mau ketemuan sama Adik gue kan? Kenapa gak ada yang memberitahu gue. Asal lo tahu, Tina ijin ke orang tua gue buat kerja kelompok bukan mau ketemuan sama lo?."
"Sorry Ti. Tapi Ko lo bisa tahu si?"
"Tentu aja gue tahu, dia Adik kesayangan gue. Gue akan bunuh siapapun yang berani macam-macam sama Adik gue termasuk lo."  Jelasku marah.
"Gue gak bakal ngelakuin hal yang macam-macam sama Tina karena gue juga sayang sama dia." Jelasnya.
"Oke. Kali ini gue percaya sama lo. Tapi inget kalo lo sampe nyakitin Adik gue, gue bakal hajar lo sampe mati." Ucapku tajam.
"Iya-iya. Serem amat dah punya temen." Ucap Raka pelan.

🧹🧹🧹

Airin pov

Aku turun dari angkot.
"Makasih ya Bang."
Setelah membayarnya aku langsung berlari masuk gerbang.
Saat sudah didepan kelas, aku langsung masuk.
Setelah menaruh tas di bangkuku yang terletak didekat pintu aku segera mengambil sapu lalu menyapu kelas.
Setiap pagi aku memang yang selalu mengerjakan piket.
Meski setiap anggota diwajibkan untuk piket sesuai jadwal tapi itu semua tidak berlaku.
Tetap aku yang harus melakukannya karena jika tidak maka sudah dipastikan bahwa aku yang akan jadi sasaran mereka.

Flashback on

"Udah sembuh lo?" Tanya Sonia  dengan tatapan sinis.
"I-iya sudah."
"Eh. Denger ya, mau lo sakit atau enggak. Lo mesti sekolah dan melaksanakan piket tiap hari" Ucap Sonia lagi.
"Tau nih, dasar anak manja. Sakit kaki aja ampe gak sekolah dan gara-gara lo kita di omelin sama Bu Widi karena  tidak piket kelas". Ucap Ririn tak kalah sinis dari Sonia.
"I-iya maaf."
"Awas lo kalo gak sekolah lagi."
Mereka pun pergi keluar kelas.
Hanya satu hari aku tidak piket. Tapi mereka sudah memarahiku seperti itu.batinku bicara.
Flashback of

Setelah selesai aku kembali duduk dan membuka bekal untuk sarapan.
Makanan yang ku bawa hanya nasi dan tahu, meski begitu aku tetep menikmatinya karena hanya ini yang bisa ku makan.
Uang jajan yang kubawa tidak cukup untuk membeli makan hanya cukup untuk membeli air putih dan membayar angkot.
Akupun berdiri dari dudukku, setelah memasukan kembali bekal kedalam tas, aku berniat ke kantin untuk membeli minum karena aku tidak membawa minum dari rumah.
Saat aku sedang berjalan kearah kantin, aku berpapasan dengan dengan Sonia dan Ririn. Mungkin mereka habis dari kantin.
"Punya uang lo ke kantin?" Sindir Ririn kepadaku.
Aku hanya diam, karena jika melawan mereka, mereka pasti akan lebih parah mengejekku.
"Paling juga cuma seribu." Ucap Sonia dengan tawa mengejek.
"Hahaha!!!" Tawa Ririn.
Tidak ku perdulikan ejekan mereka. Langsung saja ku teruskan langkahku menuju kantin.
"Mba air putih satu." Ucapku pada penjaga kantin.
"Oh iya bentar ya. Ini airnya." Ucapnya sambil menyerahkan air putih kepadaku dan langsung ku ambil.
"Berapa harganya?"
"Dua ribu lima ratus."
Ku serahkan uang seribuan dua dan lima ratusan satu kepada Mba penjaga kantin.
"Airin?"
"Oh hai Tio."
"Kamu sedang apa disini."
"Hanya beli minum."
"Duduk yuk." Ucapnya sambil menarik tanganku untuk duduk.
"Sudah sarapan belum?" Tanyanya saat sudah duduk.
"Sudah." Jawabku.

HENING

"Airin?"
"Apa?"
Sedikit canggung bila berdekatan dengannya padahal ini bukan yang pertama kalinya.
"Airin?" Panggilnya lagi.
"Apa Tio?" Jawabku.
Tio sedikit menggeser kursinya supaya lebih dekat denganku.
"A-aku su-..."

Kring kring kring

Ucapan Tio terpotong kala suara bel berbunyi tanda pelajar akan segera dimulai.
"Tio aku ke kelas duluan ya. Soalnya udah masuk." capku dan langsung pergi meninggalkan Tio.
Hulfff  untung gurunya belum masuk. batinku bicara
Akupun segera duduk dan mengeluarkan buku pelajaran di jam pertama.
Sambil menunggu guru datang aku baca-baca ulang catatan yang sudah dijelaskan oleh guru tersebut.
"Selamat pagi anak-anak." Sapa Pak Ahmad.
Ku alihkan padangan ku ke depan yang sudah ada Guru.
"Pagi Pak." Jawab kami serempak.
"Oke kita mulai pelajaran hari ini."

***

Airin Dan Tio (SUDAH TERBIT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang