part 19. Pembela

49 3 0
                                    

Selamat membaca

***

Pagi yang cerah untuk memulai kegiatan.
Tio turun dari tangga. Lalu menghampiri orang tuanya dan adiknya.
"Selamat pagi semuanya." Sapanya.
"Pagi." Ucap mereka menjawab
"Ayo duduk. Bunda sudah buatkan nasi goreng." Ucap Anna.
"Enggak Bun. Tio lagi puasa."
Tian yang sedang asik menyantap makanan langsung menatap putranya bingung.
Ini hari jum'at kan?.
"Puasa apa?" Tanya Tian
"Puasa biar bisa nahan nafsu." Ujar Tio.
"Puasa itu karena Allah bukan karena nahan nafsu."
Dan pagi-pagi Tio sudah dapat ceramah dari Ayahnya.
Tina yang melihat kakaknya dapat ceramah gratis terkikik geli.
"Tidak baik menertawakan orang lain sayang." Ucapan Ayahnya langsung menghentikan cekikikan Tina.
"Ya sudah Tio pergi dulu. Assalamu'alaikum." Ucapnya sambil mencium tangan Ayah dan Ibunya.
"Abang! Tina ikut ya?"
"Gak."
"Ish." Tina langsung cemberut.

"Bareng Ayah aja sayang." Ucap Anna kepada putrinya.

***

Sesampainya di sekolahan Tio langsung berjalan ke kelasnya.
Pada meja barisan ketiga, terlihat Amel dan Caca terlihat berbicara yang sesekali tertawa.
Sedangkan meja yang lain masih kosong.
Wah! Rajin ya Tio.
Disimpan tasnya di bangku miliknya. Lalu mengeluarkan handphone dan langsung melihat akun pribadinya.
Sekolah memang mengijinkan muridnya membawa handphone. Asalkan tidak dipakai saat guru sedang mengajar.
Iseng dengan sosmednya. Ia membuka instagram lalu mencari nama Airin di pencarian. Tapi sayang tidak ditemukan poto Airin, yang ada hanya poto-poto orang lain. Mungkin Airin tidak punya sosmed.
Tak selang lama Rama pun datang di barengi tiga temen sekelasnya.
Ramapun langsung duduk di kursinya.
"Lagi liatin apa Lo, sibuk banget kayanya." Ucap Rama.
"Gue lagi nyari informasi tentang Airin."
Rama menyernyit kan dahinya tanda bingung. "Ngapain nyari di hp. Mending Lo tanya aja langsung." Jelasnya.
"Iya pasti lah. Cuma sekarang gue pengen tau sosmed nya, dari tadi gue nyari gak nemu-nemu."
"Ya mungkin dia gak punya sosmed, udah lah, Yo ke kantin." Ajak Rama.
"Iya iya."
Mereka berdua pun pergi ke kantin bersama.
Sesampainya di kantin Tio langsung duduk di bangku kosong dan di ikuti pula oleh Rama di depannya.
"Lo mau pesen apa?" Tanya Rama.
"Lo aja yang makan."
"Tumben."
"Lagi puasa."
"Hah? Puasa apaan dihari Jum'at?" Tanya Rama bingung.
"Kemaren Lo denger kan ceramah pak Kiai?"
"Iya gue denger, memangnya kenapa?" Tanya Rama.
"Apa gue gak dosa ya macarin Airin?" Tanya Tio serius kepada Rama.
"Ya kalo di sebut dosa, ya pasti dosa. Tapi masa iya harus nikahin tuh cewe. Kitakan masih sekolah, nilai aja pas-pasan." Ujar Rama.
"Gue gak tau harus gimana, gue cinta sama Airin, tapi seakan-akan tuhan gak merestuin. Bahkan orang tua gue mau jodohin gue sama anak temennya."
"Hidup Lo rumit amat bro. Saran gue mending Lo perbanyak ke mesjid dengerin ceramah pak Kiai."
"Iya." Ucap Tio.
"Eh Lo serius puasa?" Tanya Rama penasaran.
"Masa gue bohong si Ram." Jawab Tio dengan sedikit ngegas.
"Hehe kirain bohongan. Ya udah lanjutin puasanya, gue mau pesen makanan."
"Hmmm."
"Tapi Lo bayarin gue ya, hehe." Ujar Rama dengan cengengesan.
"Gila Lo ya, lo yang makan masa gue yang bayar." Ucap Tio tak terima.
"Ye itung-itung Lo sedekah sama gue."
Tio menghela napas. " Ya udah sana pesen."
"Hehe Bae bener gue punya temen. Makasih ya, lain kali kalo gue gak boke, gue pasti traktir lo." Ucap Rama
"Yakin Lo boke?" Tanya Tio tidak percaya.
"Ya,, untuk hari ini bisa di bilang gitu." Ucapnya sambil senyum gak jelas.
"Ya udah, Gue tunggu traktiran Lo."
"Asyiap." Tak berselang lama Rama akhirnya memesan makanan yang dia inginkan.

***

Jam sudah menunjukkan angka 9. Itu artinya istirahat tinggal satu jam lagi.
Tio melirik ke sebelah kanan, tempat Rama duduk.
Yang terlihat oleh Tio adalah Rama sedang mencoret-coret buku dengan lidah di keluarkan dan kening di kerutkan.
Dari sini dia mulai berfikir dari segini mana yang membuat adiknya jatuh cinta. Tingkah nya yang konyol dan juga dengan penampilan yang kacau, rambut acak-acakan, seragam di keluarkan. Tapi untungnya Rama gak playboy. Kalo sampai dia playboy udah pasti Tio gorok lehernya.
Tio kembali fokus ke pelajaran.
"Rama, sedang apa kamu? Bukannya dengerin guru ngomong malah nulis, giliran di suruh nulis malah ngobrol." Ucap Pak Angga.
"Iya Bu maaf." Ucap Rama.
Pak Angga pun kembali menjelaskan materi.
"Lo si bukannya dengerin guru ngomong." Bisik Tio pelan.
"Pusing gue dengerin dia ngomong." Balas Rama pelan.

***
Jam istirahat telah tiba. Tio langsung menghampiri kelas Airin. Di dalam sana masih ada Sonia, Ririn dan di tambah ada Jasmine. Mereka bertiga sedang membicarakan sesuatu. Tio yakin yang mereka bicarakan adalah Airin. Terlihat dari gerak gerik mereka yang sesekali melirik Airin.
Temen macam apa dia. Di saat butuh saja dia datang. Mereka bertiga sama saja. Itulah yang membuat Tio gak suka kepada mereka. Awalnya Tio merasa biasa aja terhadap Jasmine, namun semenjak kejadian kemaren. Membuat Tio merasa kesal sekaligus jijik.
Pandanganku menoleh ke arah Airin, ia sedang menulis sesuatu dengan fokus.
Ia langsung berjalan menghampiri Airin dan duduk di samping nya tanpa memperdulikan mereka bertiga yang sudah melihat ke arahnya
"Airin?" Panggil Tio, Airin pun dan langsung tersenyum. Namun Tio merasa senyuman itu bukan senyuman bahagia ataupun senang. Namun senyuman pedih dan penuh kesakitan.
"Tio sedang apa disini. Kamu gak istirahat?" Tanya Airin.
"Ini aku lagi istirahat." Ucap Tio santai.
"Kamu bukannya makan malah nulis". Ucap Tio.
Airin kembali tersenyum. "Aku masih kenyang. Dan ini, aku sedang mengerjakan PR dari Bu Anggun." Jelasnya.
"Apa masih lama?" Tanya Tio.
"Hmmm kenapa gitu?"
Tio tersenyum memperlihatkan lesung pipinya.
"Apa mereka bertiga masih mengganggu mu?" Tanya Tio.
Airin pun mengerti maksud Tio.
"Ah tidak ko. Ternyata lebih baik seperti ini, sendiri lebih baik." Ucap Airin sambil tersenyum.
"Kamu masih punya aku disini. Jangan takut, lawan mereka jika mereka berbuat keterlaluan." Jelas Tio.
Airin hanya tersenyum.
"Dan kalian bertiga." Ucap Tio langsung menoleh ke arah mereka bertiga yang sudah dari tadi menguping pembicaraannya.
"Jika gue mendengar kalian melukai Airin, gue gak bakal tinggal diam. Paham kalian."
"Oh jadi kecurigaan gue selama ini terbukti. Bahwa kalian pacaran." Ucap Sonia.
"Hebat juga Lo ya Airin bisa dapetin Tio." Tambahnya.
"Harusnya Lo itu sama Jasmine bukan sama si cupu ini." Timbal Ririn.
"Kalian memang hebat, mencaci orang adalah kesenangan kalian. Benarkan?" Ucap Tio. " Airin lebih baik dibandingkan Jasmine yang bermuka dua." Tambahnya.
"Oh jadi kalian yang suka membully Airin." Ucap Rama yang membuat Tio langsung menoleh pada Rama dan langsung berdiri dari duduknya.
"Ka-ka Rama." Ucap gugup Sonia.
"Dengan ya Sonia, ini yang membuat gue gak suka sama Lo. Gue gak suka orang yang suka membully orang lain. Kenapa? Karena Lo gak lebih baik dari Airin." Ucap Rama serius.
Tio sampai melongo mendengar Rama bicara. Ini kali pertama Rama bicara seserius ini didepan Tio.
Dan apa dia bilang "ini yang membuat gue gak suka sama Lo" jadi Sonia suka sama Rama.
"Ka Rama tau dari mana?" Tanya Sonia.
"Lo pikir yang sekolah disini Lo doang. Semua orang juga tau. Gue juga gak bakal tinggal dia kalo kalian menyakiti Airin."
Airin tersenyum bahagia, ternyata masih ada orang yang membelanya.
Airin melihat Sonia yang sudah akan menangis karena perkataan Rama. Sedangkan Ririn dan Jasmine hanya jadi penonton.
Airin sangat bersyukur datangnya Tio dan Rama. Semoga ini menjadi akhir dari penderitaannya di sekolah ini.

***

Airin Dan Tio (SUDAH TERBIT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang