Part. 21 Hal sederhana

26 2 0
                                    

🌌🌌🌌

Airin pov

Di malam yang sunyi ini aku termenung di jendela kamar sambil melihat bulan.
Bulan nampak terlihat redup seperti merasakan kesedihanku.
Sekelibat ingatan-ingatan di sekolah berkeliaran di kepalaku.
Sifat Sonia dan Ririn yang semena-mena terhadap ku dan penyelamat Tio dan Rama.
Hidupku seperti drama.
Apakah orang seperti ku harus di perlakukan seperti ini. Atau hanya aku seorang yang di bully setiap hari.
Ingin rasanya aku memiliki temen yang tulus menyayangi ku, aku ingin bercerita banyak hal dengannya.
Menghabiskan banyak waktu dengan nya. Tapi sayangnya tidak ada.
Bahkan Jasmine yang mau berteman denganku justru pada akhirnya menghianatiku. Bahkan pertemanan itu baru saja di mulai.
Aku terkadang merasa ini tidak adil. Aku ingin seperti yang lainnya, memiliki teman yang saling menyayangi satu sama lainnya.
Pada akhirnya aku harus membuktikan bahwa aku bisa lebih dari mereka.
Ya! Hanya tinggal beberapa bulan lagi aku lulus, semoga penyiksaan ini hanya ada di SMA, tidak di masa depanku.
Akan ku pasti kan masa depan yang cerah dan akan ku tunjukan kepada mereka yang sekarang menghinaku, bahwa aku lebih baik dari mereka.
Udara di luar terasa lebih menyekat seperti akan turun hujan. Buru-buru aku tutup jendela lalu duduk di kasur.
Ku usap kasur yang sudah menemani dari aku kecil. Hanya Kasur sederhana dan sudah ada jaitan di segala sisi.
Tes
Satu tetes air mata ku keluar dari pelupuk mata. Terlahir dari keluarga sederhana bukan pilihan ku. Tapi aku bersyukur terlahir dari keluarga ini, setidaknya aku bisa belajar banyak hal akan kasih sayang yang tulus.
Ku usap pipi ku yang basah oleh air mata.
Tidak. Aku tidak boleh lemah, aku harus kuat karena masih ada orang yang menyayangiku, yaitu orang tau ku dan adikku dan juga Tio.
Aku harus semangat untuk meraih masa depan yang lebih baik lagi.
Malam semakin sunyi dan hujan turun dengan lebatnya.
Ku putuskan untuk rebahan. Dan tak berapa lama kantukpun datang dan akhirnya aku tertidur dengan harapan esok pagi akan lebih baik dari hari kemarin.

🌃🌃🌃

Pagi harinya seperti biasa setelah sarapan aku menyiapkan bekal buat di bawa ke sekolahan dan tak lupa sebotol air putih.
Setelah selesai aku hampiri Ibu dan Bpk yang ada di kebun belakang rumah untuk berpamitan.
Setelah salaman aku berjalan untuk menyetop angkot yang lewat. Tak berapa lama angkot pun datang dan langsung naik.
Di dalam angkot masih sepi karena ini masih jam 5.30, sudah kebiasaan dari dulu aku berangkat sepagi mungkin biar ada banyak waktu di sekolah. Dan sekarang kebiasaan itu masih aku lakukan. Cuman bedanya sekarang berangkat pagi biar bisa piket lebih awal.
Sesampainya di gerbang sekolah aku langsung bayar dan langsung pergi ke kelas untuk menyapu.
Saat aku mau simpan tas, mata ku tak sengaja melihat kotak bekal di kolong meja. Akupun langsung mengambilnya dan di atas kotak bekal ada kertas yang isinya

'ini masakan mamahku, semoga kamu suka'
Dari Tio ^"^

Melihat nya saja aku sudah tersenyum.
Akupun membuka penutup nya dan isinya ada ada nasi merah,  ayam, telur dan sayuran.
"Terimakasih Tio." Ucapku pelan sambil tersenyum.
Ku tutup kembali dan di taruh di tasku.  Sedangkan aku langsung mengambil sapu untuk menyapu kelas.
Setelah selesai aku kembali mengeluarkan kotak bekal itu. Senyumanku tak pudar, tangan ku mengelus-elus kotak bekal itu.
Ini kali pertama ada orang yang memberiku makanan. Apalagi dari orang tersayang.
Tak berselang lama temen sekelas datang. Langsung ku taruh kembali kedalam tas.

🍚🍗🍚🍗

Tio pov

Aku tersenyum melihat Airin di balik jendela, dia tampak sangat senang saat melihat bekal yang aku kasih.

Flasback on

Malam ini tiba-tiba aku tidak bisa tidur. Rama sudah pulang satu jam yang lalu, Tina pun sudah kembali ke kamarnya.

Jam sudah menunjukkan angka 11.20.

Rasanya hatiku gelisah, aku terus bergerak-gerak di kasur. Tapi posisi apapun tidak ada yang membuatku nyaman.

Akhirnya aku putuskan untuk keluar kamar. Dan di ruang tamu pun sudah gelap, artinya penghuni rumah ini sudah tidur. Aku terus berjalan sampai akhirnya aku berhenti di depan kulkas. Akupun membuka kulkas dan mengambil minuman dingin. 

Setelah minum aku duduk di meja makan, saat mataku mengarah ke kompor. Tiba-tiba aku teringat sesuatu.

Aku putuskan untuk mengetuk kamar Bunda dan Ayah.

Tuk tuk tuk

"Bunda..

Tuk tuk tuk

Bunda.."

Tak lama pintu terbuka dan terlihat Bunda yang masih setengah sadar.

"Kenapa sayang?" Tanya Bunda setelah sepenuhnya sadar.

"Mmmm Bunda, besok mau masak apa?" Tanya ku sedikit gugup.

"Hah?" Tanya Bunda aneh.

"Iya, besok pagi Bunda mau masak apa buat sarapan?" Tanya ku lagi sedikit jelas.

"Tumben nanya soal makanan?" Bunda mulai curiga.

"Ada apa Bund?" Tanya Ayah yang kebangun lalu menghampiri kami.

"Ini, Tio nanya besok mau sarapan apa?" Jelas Bunda.

"Tumben, biasa kan kamu paling malas di tanya soal makanan?" Tanya Ayah.

"Hehe lagi pengen makan ayam Yah." Jelasku sambil garuk kepala, padahal tidak gatal.

"Ya udh besok pagi Bunda masak ayam ." Ucap Bunda kepadaku.

"Iya bunda. Makasih ya. Oh iya Tio juga mau di bekelin ya. Ya udah Tio ke kamar lagi ya, dadah Bunda Ayah" Ucapku langsung pergi ke kamar.

"aku tau mereka pasti merasa bingung dengan sikap ku. Gapapa lah yang penting besok bawa bekel ke sekolahan hehe."

Flashback of

"Semoga dia suka makanan nya."
Akupun kembali ke kelas menghampiri Rama yang sedang sibuk nyontek ke temen sebelah.
"Dari mana Lo?" Tanya Rama pas aku duduk di sebelah nya.
"Udah nulis aja yang bener." Ucapku dengan santai sambil berjalan menuju bangku.
"Ish orang nanya juga."
Rama pun fokus kembali menulis.
"Padahal cuma ngerangkum. Masih aja nyontek." ejek ku.
"Berisik Lo." Ucap tak terima.
Tak berapa lama gurupun datang.

💑💑💑

Jam istirahat aku berniat pergi ke kelas Airin untuk melihatnya memakan bekal pemberianku.
Ada rasa bangga di hatiku saat melihat Airin tersenyum tadi pagi. Meski harus bangunin orang tua malam-malam. Ada rasa gak enak juga pada Bunda dan Ayah. Pasti Sekarang Meraka masih bingung dengan sikap ku semalam. Semoga saja mereka sudah melupakan kejadian semalam, biar mereka tidak bertanya lagi.
Ya sudah lah aku gak mau ambil pusing. Lebih baik sekarang aku menghampiri Airin yang sedang duduk di bangkunya.
"Hallo Airin." Panggilku saat sudah di deketnya. Ku lihat sekeliling, kelas sudah kosong. Artinya mereka sudah pergi ke kantin.
Airin pun menoleh "Hallo Tio. Makasih ya makanan nya." Ucapnya berterima kasih sambil tersenyum.
"Sama-sama." Balasku.
"Boleh aku duduk?." Tanyaku.
"Tentu boleh, sini duduk di samping ku." Ucapnya, aku pun langsung duduk di samping Airin.
"Gimana makanannya, sudah di makan?" Tanyaku saat sudah duduk.
"Belum. Aku sengaja nunggu kamu, biar makan bareng."
"Hah?" Ucapku kaget. Ngapain Airin nungguin. Toh bekalnya juga cuma satu.
"Kenapa nunggu aku. Gimana kalo aku gak dateng?" Tanyaku padanya dengan ekspresi serius.
"Aku yakin kamu pasti datang." Ucapnya lagi sambil tersenyum.
Airin langsung membuka tasnya lalu mengeluarkan dua kotak bekal.
"Ini makan lah, Ibuku yang memasaknya. Semoga kamu suka." Airin menyerahkan kotak bekal kepadaku. Aku pun langsung menerimanya.
"Tapi maaf cuma nasi dan telur dadar." Ucapnya lagi.
"Gapapa, telur kan enak banyak vitaminnya hehe. Ya udah ayo makan."
Kamipun makan dengan tenang. Airinpun terlihat menikmati makanannya. Aku lagi-lagi tersenyum melihat Airin yang nampak bahagia.
Hal sederhana yang membuat bahagia.
Aku sangat berterimakasih pada Bunda yang sudah membuatkan bekal untukku. Meski bukan aku yang memakannya toh sama aja. Sama-sama ada yang makan.

***

Airin Dan Tio (SUDAH TERBIT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang