Part 18. Bersabarlah

205 18 2
                                    

Hari ini akan menjadi masa lalu di hari esok. Dan hari esok akan menjadi masa depan untuk hari ini.

***

Setelah pulang dari mesjid Tio tak henti-hentinya memikirkan perkataan dari pak kiai Hasan.

Apakah artinya ia harus memutuskan hubungannya dengan Airin.

Jika sudah tidak kuat maka menikahlah, jika belum mampu menikah maka berpuasalah.

Menikah?

Bagaimana bisa menikah jika sekolahpun belum lulus.

Hanya jalan satu-satunya adalah berpuasa. Ya. Ia akan berpuasa besok. Tekadnya sudah bulat.

Hanya setahun. Ya setahun lagi ia akan lulus dari masa SMA nya. Dan ia kan melamar Airin.

"Tio lo mau lanjut gak maennya?." Tanya Rama yang sudah kembali bermain game bersama Raka.

"Gak. Gue mau pulang." Ucapnya bergegas pergi.

"Buru-buru amat bro." Ujar Raka kepada Tio yang sudah diambang pintu.

"Gua kangen sama ade gue."

"Cih. Biasa juga lo ribut mulu sama Tina." Ucap Rama.

"Siapa bilang?."

"Gue barusan."

Tanpa mengidahkan perkataan Rama.  Tio langsung pergi dari kamar Raka.

"Loh nak Tio sudah mau pulang toh?." Tanya bi Caci yang sedang menjingjing pelastik berisi sayur-sayuran.

"Iya bi. Ya udah Tio pulang dulu ya bi. Assalamu'alaikum."

"Walaikum salam. Hati-hati nak Tio."

"Iya."

Sesampainya diluar rumah. Tanpa sengaja matanya melihat bekas botol minuman keras dekat tong sampah.

"Siapa yang suka minum. Bukannya Om Dari sama tante Lina orang baik-baik. Apakah Raka?." Memang ia dan Raka berbeda kelas. Kami berteman dari kelas satu SD.

Karena rasa penasan Tio menghampiri satpam rumah Raka.

"Pak Dodi?." Panggil Tio saat melihat pak Dodi sedang asik membaca koran.

"Eh Nak Tio. Ada apa?." Tanyanya yang langsung menaruh koran diatas meja.

"Saya mau nanya. Itu ada bekas botol minuman siapa pak?."

"Oh itu. Tadi Bapak yang ngambil dari pinggir jalan saat mau berangkat kesini. Kan lumayan buat di kilo." Jelasnya.

Hurrff

Ternyata dugaannya salah. Syukurlah kalo begitu.

"Oh gitu. Ya udah pak saya pamit pulang dulu. Assalamu'alaikum."

"Walaikum salam."

***

Disepanjang jalan Tio fokus mengendara. Sesampainya di rumah Tio langsung membuka pintu.

"Assalamu'alaikum."

"Walaikum salam."
Tio langsung menyalami tangan kanan bundanya.

"Kamu telat tau pulangnya."ucap Anna kepada anaknya.

"Emang kenapa bun?"

"Tadi Jasmine kesini. Bawain kue lagi."

"Terus bunda menerima gitu."

"Ya iya. Kamu ini gimana sih. Kalo ada yang memberi ya harus diterima." Ucap Anna dengan senyuman yang tak pernah pudah dari bibirnya.

"Ish ngapain si diterima." Ucap Tio langsung melangkah pergi.

Airin Dan Tio (SUDAH TERBIT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang