27. Lulus

18 1 0
                                    

Satu Minggu kemudian

Akhirnya hasil ujian sudah diumumkan. Dan sudah tertera di dinding Mading.

Tio sedang mencari-cari namanya. Akan kah ia lulus?
Matanya langsung berbinar tak kala melihat namanya tertera di Mading.

TIO ADITYA PRATAMA DI NYATAKAN LULUS.

"Alhamdulillah gue lulus. Mak anak mu lulus SMA." Ucap Tio girang.

"Misi-misi gue pengen liat nama gue." Rama berusaha melihat namanya.

"Jangan sampe gua gak lulus. Apa kata kaka ipar gua si Tio." Ucap Rama terus mencari namanya.

"Buset dah mana sih nama gue. Alamak bahaya nih, bisa-bisa Ema Bapak gue marahin gue." Ujarnya lagi.

Deg

Tangan Rama berhenti mendadak. Matanya sudah mulai barair. Tidak menyangka ini akhir dari perjuangan.

RANGGA RAMA SAHREZA DINYATAKAN LULUS.

Senyum bahagia terbit dari bibir Rama. Ia menghampiri Tio dan langsung memeluknya nya.

"Selamat bro kita lulus." Ucap Rama lalu melepaskan pelukannya.

"Iya Alhamdulillah kita lulus Ram." Ucap Tio sambil tersenyum.

Ia tak menyangka selama bertahun-tahun Rama lah yang menjadi sahabat nya di SMA ini. Suka dan duka ia rasakan bersama. Tio sangat bersyukur memiliki Rama di hidupnya.

Rama pun demikian, ia sangat bersyukur memiliki Tio sebagai sahabat nya. Semoga persahabatan ini terus berlanjut sampai tua nanti.

"Oh iya Lo mau lanjut kuliah dimana?" Tanya Tio sambil berjalan menuju kantin. Mungkin ini terakhir mereka di kantin sekolah ini. Karena setelah ini mereka akan di sibukan dengan kandidat mahasiswanya. Ia masih tidak menyangka akan ada di tahap ini. Perasaan baru kemaren Tio masuk SMA ini.

"Yang deket-deket sini lah. Orang tua gue juga gak mau ribet ngurus yang jauh-jauh." Jelas Rama yang sudah duduk di bangku kantin.

"Oh." Ucap Tio manggut-manggut.

"Lo dimana. Gak ada niatan keluar negeri?" Tanya Rama.

"Kaya nya si enggak tapi gak tau deh. Gue belum mikirin kesana." Jelasnya lalu berdiri..

"Jagain bangku gue. Awas aja kalo bangku gue ilang." Cicit Tio.

"Buset dah mana ada yang doyan bangku begitu. Udah sana pesenin gue sekalian. Gue jagain bangku Lo."

"Pesen apa emang Lo?" Tanya Tio.

"Hmmm bakso enak tuh."

"Oke." Tio langsung pergi memesan makanan.

"Lah gue gak di tanya mau minum apa? Hhhh sama aja bo'ong, gue gue juga yang pergi." Ucap Rama kesal sambil menghela napas.

Akhirnya Rama menyusul Tio.

"Lah ko Lo ikut kesini sih. Tar meja kita ada yang rebut." Ujar Tio saat melihat Rama datang.

"Ya elah kagak bakal di rebut pelakor ini. Lagian Lo gak nanya gue mau minum apa. Haus gue." Jelasnya.

"Lo kan bisa chat gue."

"Oh iya. Hehe sorry gue lupa." Ucapnya dengan cengiran.

"Selalu." Ucap Rama jengah dengan tingkah Rama.

Saat makanan sudah datang, Tio dan Rama kembali kemeja tadi. Namun benar dugaan Tio. Meja sudah di rebut orang lain.
Tio mengedarkan pandangannya mencari tempat kosong. Namun nihil meja semuanya penuh.

"Yah penuh." Ucap Rama sambil melirik Tio.

"Ya udah di luar aja, di taman ke." Tio langsung pergi mendahului Rama.

"Tio tunggu." Ucap Rama mengejar langkah Tio

Di taman mereka begitu menikmati makanan nya. Tanpa sadar mata Tio melihat ke arah kelas Airin. Rasa sedih kembali merayap di hatinya. Sungguh ia masih mencintai Airin. Ada rasa takut jika kelak Bukan Airin yang jadi jodohnya.

Namun sekarang ia pasrah, ia tidak akan memaksakan kehendaknya. Biarlah ia mengikuti skenario Allah.
Sebaik-baiknya pilihan makhluk pasti lebih baik pilihan Allah. Karena Allah tau yang terbaik bagi umatnya.
Yang menurut kita baik belum tentu di mata Allah baik. Begitupun sebaliknya, buruk di mata kita belum tentu buruk di mata Allah.

Airin pun keluar kelas. Mata mereka bertemu satu sama lain. Ada pancaran cinta dan sedih di mata mereka. Buru-buru Airin pergi dari kelasnya.

Hufff
Tio menghela napas gusar.
"Kenapa dah. Lagi seneng gini muka udah muram lagi Bae. Kaya Ema kekurangan uang bulanan." Ucap Rama seenaknya.

"Apa salah gue mencintai nya?" Tanya Tio ambigu.

"Hah? Kagak salah. Lo benar." Jawab Rama sedikit bingung dengan pertanyaan Tio yang tiba-tiba. Bukannya tadi Tio sedang bahagia dengan kelulusan nya.

Namun saat Rama melihat arah pandang Tio yang kembali menatap kelas Airin membuat Rama sadar akan pertanyaan Tio.

"Kalo Lo masih cinta sama dia, Lo harusnya berjuang bukannya nyerah kaya gini." Jelas Rama tidak tega melihat sahabatnya sedih.

Apa gue harus ngomong ke Airin tentang perasaan Tio?

"Gue bukannya nyerah tapi gue pasrah aja sama Allah. Gue yakin suatu saat nanti Allah kirimin seseorang yang baik buat gue."

"Amiin. Gue selalu berdoa yang terbaik buat Lo. Btw gue juga pernah di posisi Lo waktu Tina mutusin gue."

"Lo udah putus sama Ade gue?"

"Pernah. Tapi balikan lagi."

"Ko bisa. Harusnya tuh Tina jangan mau balikan sama Lo. Udah bener mutusin Lo. Eh kerayu lagi sama buaya" jelas Tio tak memancing Rama.

"Enak aja buaya. Gue setia kali sama Tina." Jelasnya tidak terima akan panggilan buaya dari Tio.

"Udah deh gak usah muram lagi tuh muka. Abisin mie ayam Lo ntar keburu dingin kaga enak." Ucap Rama seperti ibu-ibu yang memarahi anaknya.

Merekapun kembali memakan makanannya.

***

Di toilet, Airin memegang dadanya yang sesak. Ternyata ia belum sepenuhnya mengikhlaskan Tio.

"Astaghfirullah hal adzim." Airin beristighfar meminta ampun kepada Allah. Ia takut karena mencintai seseorang yang tidak halal baginya.

Setelah di rasa cukup tenang Airin keluar toilet. Ia kembali kekelas mengambil tasnya dan juga surat kelulusan nya. Ia sengaja tidak melihat nya di Mading karena harus berdesak-desakan.  Akhirnya ia menunggu wali kelasnya membagikan Surat kelulusan kepada murid-muridnya.

Dari tadi Airin tidak melihat Jasmine. Terakhir ia bersamanya waktu ujian terakhir.

Apakah Jasmine sudah pergi?

Airin terus malangkah keluar kelas. Ia berbalik melihat kelasnya. Tiga tahun ia menempati kelas itu, suka duka sudah ia rasakan. Meski dukanya yang lebih banyak. Dari semenjak kejadian itu ia tidak pernah lagi melihat Sonia dan Ririn. Kata maafpun tidak terlontar dari mulut mereka. Ia akan menjadi kan kenangan kejadian yang sudah berlalu. Banyak peristiwa yang istimewa di kelas ini.

Airin tersenyum saat bayangan Tio muncul di pikirannya. Waktu Tio membelanya lalu menembaknya. Semuanya sudah terekam jelas di kepalanya.

Terimakasih karena mu hidupku berwarna.

***

Kamis-02-september-2021

Airin Dan Tio (SUDAH TERBIT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang