Part 6. Gelisah

498 43 0
                                    

Tio pov

"Pulang jam berapa De?". Tanyaku dingin saat sedang berdua dengan Tina di meja makan.
Bunda sedang membangunkan Ayah. Tapi entah sedang apa mereka didalam sana dan tidak kunjung keluar dari 15 menit yang lalu.
"Mmm. jam 9 Bang". Jawab Tina dengan pelan.
"Abang duluan". Pamit ku langsung berdiri tanpa menoleh ke arah Tina.
"Iya". Jawab Tina samar.
Entah kenapa aku sedikit kesal dengannya, padahal tidak ada suatu yang membuatku benar-benar kesal dan juga resah.
Kejadian Tina dan Rama aku sudah tidak memikirkannya lagi.
Hatiku benar-benar resah. Seperti akan terjadi sesuatu. Sesuatu yang tidak aku ketahui.
Ku keluar kan motor dari garasi dan langsung melajukan tanpa memanaskan terlebih dahulu.
Diperjalanan sampai sekolahpun raut wajahku sama. Cuek dan dingin.
Ya! Saat aku sedang dalam keadaan tak menentu wajahku yang mewakilinya.
Sesampainya di kelas aku langsung duduk dan menatap ke depan dengan tatapan kosong.
"Woi bro". Teriak Rama sambil menaruh tasnya di meja dan duduk di sampingku.
Aku sama sekali tidak berniat menanggapinya.
"Woi". Teriaknya lagi sambil menepuk pundakku.
"Lo ada masalah?". Tanya Rama.
Ku tolehkan kepalaku menatap wajah Rama yang sedang memasang wajah penasaran.
Cihh..!
"Gak ada". Ucapku dan langsung menghadap kembali ke depan.
"Oke. Kalau lo masih marah soal kemarin. Gue minta maaf".
"Gue bawa Tina pulang tanpa lecet sedikit pun jadi lo gak perlu semarah itu". Jelasnya lagi.
"Gue gak mempermasalahkannya lagi". Ucapku.
"Terus. Lo kenapa? Pagi-pagi udah masang wajah kaya gitu?". Tanyanya.
"Gua juga bingung. Kenapa perasaan gue tiba-tiba resah gini".
"Resah?".
"Ya!".
"Menurut gue lo resah tanpa alasan deh bro".
"Hmmm".
"Mending gue ke kantin cari makan". Ucapnya langsung berdiri.
"Mau ikut gak lo bro". Ajak Rama.
"Nanti gue nyusul".
Rama pun langsung pergi dari sampingku.
Setelah Rama keluar dari kelas ku taruh kepalaku di atas meja lalu memejamkan mata supaya rasa resah di hatiku akan hilang.

Tuk tuk tuk

"Assalamu'alaikum". Salam seseorang dari luar.
Ku tanggahkah wajahku menatap siapa yang datang dengan mengucapkan salam.
"Walaikum salam". Jawabku sedikit kaget.
Aku sungguh kaget ada hal apa Airin ke kelasku. Tidak biasanya dia ke kelasku.
Harusnya aku bahagia karena pacarku datang menghampiriku. Tapi entah kenapa yang ada di hatiku hanya ada rasa resah dan takut.
Bahkan rasa resah dan takut semakin menjadi kala Airin berjalan mendekat.
"A-ada apa. Tidak biasanya Airin datang kesini?". Tanyaku gugup.
"A-aku. Mmm aku kita-
"Airin sedang apa kamu disini?". Tanya Rina teman sekelasku yang baru datang. Sepertinya dia juga tak kalah kaget denganku.
Arin memang sangat jarang bahkan tidak pernah datang ke kelas orang.
Dia hanya selalu diam di kelas.
Namun meski begitu Airin cukup diketahui orang lain karena kepintarannya dan gelar beasiswa yang dia dapat.
"Oh my god. Ada angin apa si Airin datang ke kelas gue". Ucap Linda lebay.
"Ah tidak ada apa-apa ko. Kalau begitu aku kembali ke kelas ya". Dan dia langsung pergi dari kelasku tanpa melihat wajah-wajah cengo dari kita semua.

***

Airin pov

Apa segitu anehnya kah aku masuk ke kelas orang. Orang-orang Sampai kaget. Batinku bicara.

Niat awalku datang ke kelas Tio yaitu ingin mengatakan putus. Namun gagal karena aku malu akan reaksi teman-teman sekelas Tio yang menurutku sangat berlebihan seperti melihat hal yang langka.
Akupun masuk kedalam kelas. Tapi saat aku mau membuka pintu tanpa sengaja aku berpapasan dengan Sonia dan Ririn yang sepertinya ingin ke kantin.
"Heh anak beasiswa dari mana aja lo?" Tanya Sonia tajam.
"Tau tuh. liat noh lantai kolong meja gue masih kotor. Lo belum nyapu ya?" Ucap Ririn tak kalah tajam dari Sonia.
"Emmm. Ak-aku tadi-
"Lah bodo amat. Emang kita pikirin." Ucap Sonia langsung pergi dari hadapanku. Tak lupa Ririn yang sengaja menabrak bahuku.
Aku hanya bisa menghela nafas pasrah.
Ku lanjutkan langkahku untuk masuk kelas dan berjalan ke pojok untuk mengambil sapu lalu mulai menyapu dari belakang sampai depan.
Setelah selesai menyapu aku kembalikan sapu ketempat semula lalu berjalan kearah bangkuku dan langsung duduk.
Kuambil tas, lalu menaruhnya di atas meja kemudian mengambil bekal untuk sarapan di dalam tasku dan air putih. Karena tadi aku belum sempat sarapan.
"Airin?" Panggil Jasmine yang sepertinya baru datang karena dia masih mengenakan tas di punggungnya.
"Iya apa". Jawabku yang baru menelan makanan kedalam perut.
"Lo udah ngerjain PR Matematika belum?" Tanya Jasmine kepadaku.
"Alhamdulilah sudah "
"Sini." Ucapnya sambil mengadahkan telapak tangannya.
"Memangnya kamu belum?" Tanyaku.
"Belum". Jawabnya.
"Sini, cepetan." Suruhnya dengan telapak tangan yang masih sama seperti tadi.
"Iya." Ucapku sambil mengambil buku di tasku yang akan di contek oleh Jasmine.
"Nih." Ucapku sambil memberikan buku bahasa Inggris ketangannya.
"Sip" Ujarnya dan langsung pergi ke mejanya.
Akupun kembali memakan sarapan yang tadi tertunda.
Setelah selesai kutaruh kembali tempat bekalku kedalam tas lalu meminum air.
Siswa-siswi mulai masuk kedalam kelas.
Tak lama kemudian gurupun datang ke kelas dan mulai memberikan materi.
2 jam kemudian..
"Oke anak-anak. Sampai sini ada yang mau ditanyakan?" Tanya Bu Rahmi".
"Tidak bu" jawab kami serempak.
"Ya sudah." Ucap bu Rahmi sambil membereskan buku-buku lalu pergi dari kelasku.
"Nih." Ucap Jasmine sambil memberikan buku yang tadi dia contek.
"Oh. Iya." Ku ambil buku itu lalu menaruhnya dimeja.
"Thanks." Ucapnya berterima kasih lalu langsung pergi dari hadapanku.
Jasmine sebenarnya orangnya baik dan dia juga ingin berteman denganku hanya saja dia sama seperti yang lain tidak berani melawan Sonia dan Ririn.
Sonia dan Ririn tidak mengijinkan teman-teman dikelas ini untuk berteman akrab denganku.
Entah kenapa mereka melakukan itu.
Akupun tidak tahu.
Jam pelajaran pun berganti dengan pelajaran matematika.
Pelajaran yang sangat di takuti oleh semua siswa dan siswi.
Tak berapa lama datang lah guru yang memakai kacamata tebal, tahi lalat di atas bibir dan berbadan gendut, tak lupa dengan wajah judes.
"Selamat siang anak-anak?"salam bu Siska kepada kami semua.
"Siang Bu." Jawab kamu serempak.
"Kumpulkan PR kalian." Ucapnya jelas, singkat, dan padat.
Dengan wajah tegang dan ragu kami semua mengumpulkan PR.
"Oke. Udah semua ini?" Tanya Bu Siska yang mulai memeriksa satu persatu.
"Selagi saya mengoreksi tugas kalian. Kalian kerjakan soal yang ada di buku paket halaman 120... semuanya."
"Iya Bu." Ucap kami dengan nada lesu tak bertenaga.
Kamipun serius mengerjakan soal dibuku catatan. karena soal yang ada di buku paket halaman 120 sudah di jelaskan kemarin oleh Bu Siska.
30 menit kemudian.
"Sudah belum?" Tanya bu Siska.
"Belum Bu."
"Ya sudah Ibu PR kan saja. Minggu depan harus sudah selesai semua." Ucapnya.
"Airin! Bagikan buku ini ke teman-temanmu". Suruh nya kepadaku.
"Iya Bu."
Akupun berjalan ke depan untuk mengambil buku tugas matematika dan segera memberikan kepada pemilik aslinya.
"Sekarang kita akan membahas materi lain, dan Ibu harap kalian benar-benar paham materi ini karena nanti akan ada di ujian. Mengerti,? "
"Mengerti Bu. "
***

Airin Dan Tio (SUDAH TERBIT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang