Tok tok tok!
Lagi-lagi ada yang mengetuk pintu. Mengapa banyak sekali yang datang ke rumahnya. Haerun juga bingung, siapa yang datang lagi. Ningsih yang pergi membukakan pintu. Ningsih terkejut melihat orangnya yang baru saja mengetuk. Ia yakin, mereka bukan orang kampung, dari pakainnya mereka orang kota.
"Maaf pagi-pagi menganggu, Bu. Apa benar ini rumah Gadis?" tanya wanita, orang yang mengetuk pintu.
"Benar, kalian siapa?" tanya Ningsih penasaran.
"Ibu itu siapa?" tanya Haerun sedikit berteriak.
Ningsih membukakan pintu lebih lebar. Gadis terkejut melihat wanita itu. Bu Dini? Gadis langsung berdiri. Mengapa Bu Dini ke sini?
"Apakah saya boleh masuk?" tanya Dini sambil tersenyum.
Ningsih mengangguk, dan mempersilakannya masuk. Ternyata bukan hanya Dini, tapi banyak sekali yang datang ke rumahnya. Bu Dini, Pak Fikri, Anggi, Raka, Kevin, Bella, Laura, Shinta, dan ... cowok yang sangat ia rindukan, Angga. Angga Pratama Reinal.
Karena kursi tidak cukup untuk semua orang, beberapa ada yang berdiri.
"Kalian ngapain ke sini?" tanya Gadis yang tak bisa menahan rasa penasarannya.
"Mereka siapa Gadis?" tanya Haerun.
"Saya Dini, di samping saya suami saya, Fikri, ini Angga dan Anggi. Dan yang lainnya adalah teman sekolah Gadis," ucap Dini memperkenalkan diri.
"Apa Ibu yang memperkerjakan Gadis?" tanya Ningsih.
Dini mengangguk. Ningsih tersenyum hangat. "Makasih, Bu. Sudah memperkerjakan dan menjaga anak saya selama di Jakarta."
"Kalo boleh tau, apa tujuan kalian datang kemari?" tanya Haerun, pertanyaan yang juga ingin ditanyakan Gadis. Gadis tidak bisa fokus pada pembicaraan ini. Bagaimana tidak, Angga terus saja melihatnya. Ia 'kan jadi salting.
"Kami ke sini mau minta maaf sama Gadis. Terutama saya," ucap Dini. Dini kemudian menceritakan semuanya. "Ini salah saya."
Ningsih menggeleng. "Jangan salahkan diri Ibu. Setiap wanita sedang cemburu, ia tidak memikirkan yang lain. Saya mengerti perasaan Ibu, karna saya juga pernah cemburu," ucap Ningsih sambil tersenyum.
Bella mendekati Gadis. "Gue juga minta maaf, Dis. Gue yang udah sebar foto lo, gue juga yang ngirim foto itu ke Mamamu Angga. Gue bener-bener minta maaf," ucap Bella menangis.
Gadis menghapus air matanya. Gadis melihat mereka satu persatu. "Aku gak nyangka kalian bakal ke sini. Aku udah maafin kalian, itu semua juga salah faham," ucap Gadis tersenyum. Dini mendekati Gadis, lalu memeluknya erat.
"Oh iya, bapak siapanya Gadis?" tanya Fikri pada Kakeknya Arya.
"Saya bukan keluarga Gadis. Tapi, mungkin tinggal sebentar saya jadi Kakeknya. Ini cucu saya, Arya. Kami ingin menikahkan Gadis dengan Arya," jawab Kakek Bima.
Jawaban Kakek Arya membuat Dini dan yang lainnya terkejut. Terutama Angga. Angga langsung melihat Arya. Kemudian ia menolehkan kepalanya ke arah Gadis yang sedang menunduk.
"Apa kamu mau menikah?" tanya Angga. Gadis diam, ia tidak menjawab pertanyaan Angga. Ia begitu bingung. Di lain sisi ia masih mencintai Angga, tapi ia juga tidak ingin mengecewakan Ayah dan Ibunya.
Sadar Gadis tidak ingin menjawab pertanyaannya. Angga menoleh ke arah Arya. "Maaf sebelumnya, tapi Gadis tidak akan menikah dengan kamu.""Maksud kamu apa?" tanya Arya.
"Karena Gadis akan menikah dengan saya. Dia jodoh saya," jawab Angga.
KAMU SEDANG MEMBACA
KALUNG PERJODOHAN (END)
FantasyHidup Gadis Ayu Marshanda atau akrab dipanggil Gadis baik-baik saja sebelum mendengar bahwa Ayahnya ingin menjodohkannya dengan kepala desa. Gadis tentu saja menolak perjodohan itu dan pergi bekerja ke Jakarta melalui seseorang yang datang ke desany...