38. Kalung Perjodohan

442 24 7
                                    

Gilang memasuki gudang yang tak terawat. Gudang ini terletak di samping pabrik yang sudah tidak beroperasi. Gilang meminta Gina untuk mengiriminya alamat dimana ia berada sekarang. Setelah tahu alamatnya, Gilang langsung pergi, dan sebelumnya ia sudah mengirimi Angga pesan.

"Akhirnya lo datang juga," ucap Gina menyambut kedatangan Gilang.

"Gadis mana?" tanya Gilang.

"Dia ada di dalam ruangan itu," ucap Gina sambil menunjuk ruangan tempat Gadis berada. Gilang langsung memasuki ruangan itu diikuti oleh Gina.

"Gadis! Gadis!" panggil Gilang sambil menepuk-nepuk pipi Gadis agar tersadar, karena cewek itu tak sadarkan diri.

"Lo apain Gadis?!" tanya Gilang sambil menatap Gina.

"Gue cuman bius dia," jawab Gina santai.

"Lo punya ide gak cara kita bunuh dia, supaya gak ketauan?" tanya Gina.

"Lo bener-bener udah gila, ya! Lepasin Gadis sekarang!" ucap Gilang meminta.

"Gak! Kenapa gue harus lepasin dia? Dia udah ngambil kebahagiaan gue," ucap Gina menolak.

"Lo akan nyesel Gina! Gue mohon lo jangan lakuin ini," ucap Gilang memohon.

"Gue akan nyesel kalo gue gak bunuh dia!" Gina menunjuk Gadis.

"Dengan lo bunuh dia juga gak akan buat Angga jadi milik lo! Lo harus sadar Gina, apa yang lo lakuin ini salah!"

"Sia-sia gue suruh lo ke sini, kalo lo cuman jadi penghalang gue!" seru Gina.

"Apa cuman Angga, cowok yang lo mau? Apa cuman dia, cowok yang lo izinin masuk kehidupan lo? Apa gak ada kesempatan cowok lain, Gina?" tanya Gilang dengan tatapan yant sulit diartikan oleh Gina. Tapi walau demikian, tatapan Gilang mampu membuat Gina diam beberapa saat.

"Ya, cuman Angga," jawab Gina pelan.

Gilang mengangguk paham sambil menahan rasa sakit di dadanya. "Oke. Tapi, tetap aja gue gakan biarin lo ngelakuin hal yang buat lo menyesal."

Gina menatap Gilang tajam. "Lo gak akan bisa halangin gue!" seru Gina. Ia kemudian mengeluarkan pisau yang masih terbungkus dari sakunya. "Gue akan tetap bunuh dia." Gina membuka bungkusannya, pisau yang sangat tajam langsung menyambut Gilang. Gilang melototkan matanya melihat pisau itu. Gina tidak main-main.

"Gina gue mohon, kasih pisau itu ke gue," pinta Gilang dengan hati-hati.

"Gak akan!"

"Gina! Kenapa lo bisa jadi kayak gini! Lo bukan Gina yang gue kenal. Lo cuman mau membunuh hanya gara-gara seorang cowok? Lo bukan orang seperti itu," ucap Gilang.

"Gue emang kayak gini orangnya. Lo emang gak pernah kenal gue dengan baik," balas Gina.

Gilang menggeleng. "Lo bukan Gina yang dulu, lo beda."

"Kayak lo tau aja gue dulu orangnya gimana," ucap Gina datar.

"Gue emang tau!"

"Maksud lo?" tanya Gina penasaran.

Gilang diam. Sial! Ia kecoplosan. Tapi, ia bisa memanfaatkan kecoplosannya. "Gue emang kenal lo ...." Gilang pelan-pelan mendekat ke arah Gina. "Gue kenal lo dari ...." Bagus! Gina tidak menyadarinya, ia akan membuat cewek itu mendengar ceritanya, dan pelan-pelan Gilang akan mengambil pisau dari tangan Gina. "Kecil."

"Lo kenal gue dari kecil? Kok bisa?" tanya Gina penasaran.

"Lo mau tau?" Gilang sudah dekat sekali dengan Gina. "Gue udah kenal lo dari kecil, karena gue adalah ...." Gilang mulai mendekatkan wajahnya ke arah Gina sambil tangannya mencoba mengambil pisau dengan hati-hati. Gina sadar saat Gilang akan mengambil pisau darinya. Gina langsung menjauhkan pisau itu dari jangkauan Gilang dengan cepat. Alhasil, Gilang yang berusaha mengambil pisau itu, tangannya sedikit tergores dengan pisau. Darah segar langsung mengalir dari tangan Gilang. Gilang meringis kesakitan.

KALUNG PERJODOHAN (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang