Gadis melihat pantulan dirinya di depan cermin. Gadis tersenyum dan merasa puas dengan penampilannya. Anggi mengajarkannya untuk merawat diri. Mulai dari perawatan wajah, perawatan tubuh, sampai fashion kekinian. Gadis sebenarnya tidak mau repot-repot melakukan perawatan, tapi karena Anggi bilang bahwa cewek itu harus bisa merawat diri agar cowok tertarik. Gadis pikir jika dia cantik kemungkinan Angga menyukainya tidak kecil. Ia bisa berharap.
Hari ini mereka akan pergi ke kafe milik kakak Raka, Ricky. Gadis menyukai lelaki itu karena Ricky adalah sosok yang ramah, tidak seperti adiknya, Raka. Gadis keluar dari kamar menuju ruang tamu yang disana sudah ada Angga dan ketiga sahabatnya. Angga terus melihat Gadis, dari cewek itu masuk ke ruang tamu hingga berdiri di hadapannya.
"Gadis geulis pisan eee," ucap Gilang menggoda. Gadis hanya tersenyum kecil menanggapi godaan Gilang. Angga langsung melihat Gilang tajam. Gilang yang ditatap seperti itu hanya bisa cengengesan tak jelas. Kevin yang melihatnya merasa senang dan menertawakan Gilang. Gilang hanya mengelus dadanya sabar. Punya sahabat bukannya menolong, malah menertawakan.
"Anggi mana?" tanya Angga. Gadis menggeleng tanda tidak tahu.
"Namanya juga cewek, dandannya lama. Apalagi kalo ada cowok yang dia suka, makin lama dah tu dandanannya," ucap Kevin sambil melihat Raka yang sibuk bermain ponsel. Kevin melihat Raka kesal karena tidak merespon perkataannya. Gilang tertawa melihat ekspresi Kevin.
"Kalian udah mau berangkat?" tanya Dini ketika melihat semuanya sudah siap.
"Belum. Noh tuan putri lama banget," ucap Angga.
Dahi Dini berkerut lalu tersenyum ketika tahu maksud perkataan Angga. Dini melihat Gadis yang berdiri kaku , lalu menghampirinya.
"Kamu udah gak papa?" tanya Dini. Gadis menggeleng sambil tersenyum.
"Ibu kaget banget pas tau kamu hilang. Jangan buat kita khawatir lagi ya, Nak."
"Maap udah buat ibu khawatir. Makasih juga ibu udah khawatirin Gadis," ucap Gadis terharu.
Dini tersenyum lalu mengusap rambut Gadis. Dini melihat Angga yang juga tengah melihat mereka.
"Angga jagain Gadis," ucap Dini.
"Iya, Ma," ucap Angga. Jika dulu Angga ogah-ogahan mengiyakan perintah mamanya, sekarang tanpa mamanya meminta ia akan menjaga Gadis. Gadis-nya. Angga tersenyum sambil menatap Gadis.
"Ayo berangkat," ucap Anggi yang tiba-tiba datang.
"Lama banget lo. Lo mau pergi ke kafe apa ke kondangan?" tanya Angga mengejek. Anggi menatap kembarannya kesal. Sebelum Anggi membalas perkataan Angga, Dini sudah lebih dulu menyuruh mereka pergi. Jika menunggu perdebatan kakak adik itu, akan memakan waktu lama. Tidak akan selesai-selesai.
"Ya udah kami pamit dulu tante," ucap Kevin sopan. Lalu mereka pamit dan pergi. Mereka semua menggunakan motor, tidak ada yang menggunakan mobil. Angga dengan Gadis, Raka dengan Anggi, sedangkan Gilang dan Kevin mengendarai motornya masing-masing.
Motor Angga memimpin perjalanan. Sejak tadi tangan Gadis melingkar di pinggang Angga. Padahal Gadis tidak mau, tapi Angga terus menyuruhnya. Gadis pelan-pelan melepas tangannya dari pinggang Angga. Angga yang merasakannya tersenyum miring, lalu mengerem motornya mendadak. Gadis kaget lalu tangannya reflek memeluk pinggang Angga dengan sangat erat. Angga dibalik helm tersenyum senang, lalu menjalan motornya kembali.
"Ih kenapa ngerem mendadak," teriak Gadis agar suaranya sampai di telinga Angga.
"Makanya peluk. Kalo lo gak peluk, ya siap-siap aja," jawab Angga teriak.
Gadis memanyunkan sedikit bibirnya, tapi kemudian ia tak bisa lagi menahan senyumnya. Bukannya tidak mau memeluk, hanya saja jantungnya selalu bereaksi berlebihan. Gadis tersenyum manis, Angga yang melihat senyum Gadis dari kaca spion ikut tersenyum, lalu mengelus tangan Gadis yang berada di perutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
KALUNG PERJODOHAN (END)
FantasyHidup Gadis Ayu Marshanda atau akrab dipanggil Gadis baik-baik saja sebelum mendengar bahwa Ayahnya ingin menjodohkannya dengan kepala desa. Gadis tentu saja menolak perjodohan itu dan pergi bekerja ke Jakarta melalui seseorang yang datang ke desany...