3. Kalung Perjodohan

647 36 6
                                    

"Dari mata lo aja gue udah jatuh sejatuh-jatuhnya.
Bagaimana dengan yang lainnya?"

----------------------------------------------

"Siapa lo?"

Gadis diam tidak bisa menjawab. Gadis gugup, wajah cowok itu sangat dekat dengannya. Cowok itu sangat tampan, lebih tampan daripada kepala desanya. Bahkan sangat jauh. Gadis menatap mata cowok itu. Cowok itu juga seperti tersihir dengan tatapan Gadis. Mereka saling bertatapan.

"Angga kamu jahat ya sama aku. Siapa cewek ini?!!" Tiba-tiba seorang cewek bertanya. Cowok yang ternyata bernama Angga itu melihat cewek itu, yang ternyata adalah pacarnya, Bella.

"Bella aku bisa jelasin," ucap Angga sambil berjalan ke arah Bella meninggalkan Gadis.

Angga mengambil tangan Bella. Bella menghepaskan tangan Angga dengan kesal.
"Jelasin apalagi. Semua udah jelas. Kamu mau cium cewek ini 'kan? Bilangnya mau ketemu sama Kevin. Eh ternyata ketemu sama cewek sok kecantikan ini. Sejak kapan Kevin berubah jadi cewek?" tanya Bella marah.

Angga memegang kedua pundak Bella dan menatap Bella. "Yang kamu liat, tidak seperti yang kamu liat sayang. Tadi itu ..."

"Udahlah Angga. Kamu gak usah cari-cari alasan. Ya udah aku pergi. Maaf udah ganggu kegiatan kamu sama cewek ini." Bella menatap Gadis sinis. "Aku mau kita putus!!" Bella berlari dan masuk ke dalam mobilnya. Angga mengejar mobil Bella. Tapi sia-sia, kerena mobil itu melaju sangat kencang.

"Ini semua gara-gara cewek sialan itu." Angga kemudian pergi ke tempatnya tadi. "Lo siapa sih ha!! Berani-beraninya lo lakuin ini sama gue. Gara-gara lo, gue putus sama pacar gue. GARA-GARA LO!!" Gadis terkejut mendengar bentakan itu dan kemudian ia menundukkan kepalanya.

"Ngapain lo nunduk-nunduk, liat gue. Liat!!" Gadis memberanikan diri melihat Angga.

"Aaakuuu minta maaf. Aku...akuu..taaadiiii aaakuuu diiiikejar sama...."

"Aaa uuu aaa uu lo bisa ngomong gak sih," ucap Angga memotong ucapan Gadis.

Angga memutar tubuhnya menghadap lain berusaha mengatur emosinya. Kemudian Angga balik menghadap Gadis. "Pokoknya gue gak mau liat muka lo lagi. Jangan pernah lo tampakin muka lo di depan gue.NGERTI?!!" Gadis mengangguk dengan cepat.

Angga pergi dengan kesal. Gadis merasa sangat bersalah. Gara-gara ia, cowok itu jadi putus dengan pacarnya. Gadis juga belum berterima kasih kepada cowok itu.

"Angga dimana? Katanya udah nyampe. Lah dasar si curut," ucap cowok di belakang Gadis. Gadis melihat cowok itu yang sedang menelpon seseorang. Apakah dia Kevin? Gadis mendengar dari cewek tadi bahwa cowok yang menolongnya, Angga, ingin bertemu dengan orang yang bernama Kevin.

"Kok nggak aktif?" Cowok itu mengernyitkan dahinya heran. Gadis pergi dari tempat itu. Ia tidak ingin tahu  lebih dalam lagi. Itu bukan urusannya. Sekarang yang harus ia lakukan segera mencari tempat tidur untuk malam ini.

***

Gadis berjalan tak tentu arah sambil memegang perutnya. Ia sungguh lapar. Gadis berhenti berjalan, karena sejak tadi ia berjalan tanpa henti. Gadis melihat warung yang ramai. Pasti makanan disana sangat enak. Gadis meneguk salivanya ketika melihat seorang anak menyuap nasinya dengan lahap. Gadis memalingkan tatapannya. Ia semakin lapar jika terus-terusan melihat orang-orang yang berada di warung itu makan.

Mata Gadis melotot ketika melihat seorang wanita paruh baya menyebrang sambil menelpon dan dari arah kirinya sekitar 8 meter dari tempatnya berada motor melaju dengan ugal-ugalan. Gadis kemudian mendorong wanita paruh baya itu agar tidak tertabrak oleh motor. Gadis bernapas lega ketika orang yang ditolongnya selamat. Sedangkan wanita baruh baya itu tampak syok. Orang-orang berkumpul untuk melihat.

"Saya tidak papa," ucap wanita paruh baya itu, orang-orang yang berkumpul untuk melihat bubar. Wanita paruh baya itu berdiri, dan dengan sigap Gadis membantu.

"Makasih kamu udah tolongin Ibu. Terima kasih." Wanita paruh baya itu tersenyum tulus.

"Sama-sama, Bu. Lain kali Ibu hati-hati, ya."
Wanita paruh baya itu mengangguk. "Nama kamu siapa? Kenalin nama Ibu, Dini."

"Nama saya Gadis, Bu." Dini mengangguk.

"Rumah kamu di mana?" Tanya Dini.
Gadis menunduk. Apa yang harus ia jawab? "Rumah kamu dimana? Biar Ibu anter sebagai ucapan terima kasih Ibu," ucap Dini dan bertanya untuk kedua kalinya. "Eh astagaa baju kamu kotor! Apa gara-gara nolongin Ibu?" tanya Dini ketika melihat baju Gadis yang kotor. Gadis kemudian melihat bajunya, bajunya memang kotor tapi tambah kotor ketika menolong Dini.

Gadis menggeleng. "Baju saya kotor karena saya tidur di tempat yang tidak terlalu bersih." Dini mengernyitkan dahinya heran. Apa maksudnya?
Gadis merasa bahwa Ibu dihadapannya pasti tidak terlalu mengerti apa yang dia katakan. "Saya tidurnya sembarang, Bu. Kadang di depan toko orang, kadang di bangku taman dan tempat-tempat lainnya," ucap Gadis menunduk.

Dini tampak merasa kasihan dengan Gadis. "Jadi kamu tidak punya tempat tinggal? Orang tua kamu mana?" Mendengar pertanyaan itu Gadis semakin menunduk dan menahan tangisnya. Gadis rindu orang tuanya. Tiba-tiba perut Gadis berbunyi. Sungguh Gadis sangat malu. Dini kemudian mengajak Gadis ke warung yang dilihat oleh Gadis tadi.

Gadis tampak memakan makanannya dengan lahap. Dini tersenyum melihat bagaimana Gadis makan dengan lahap. Setelah Gadis selesai makan, Dini bertanya kepada Gadis.

"Kamu bisa ceritain masalah kamu ke Ibu? Siapa tau Ibu bisa bantu." Gadis menatap Dini ragu. Apa ia harus cerita masalahnya kepada orang lain? Tapi wanita paruh baya yang ada di depannya sepertinya orang baik. Seharusnya tidak masalah. Gadis kemudian menceritakan semuanya. Mulai dari dia mendaftar bekerja ke kota sampai ia dikejar-kejar oleh suruhan orang-orang berjas itu. Gadis tidak menceritakan ia pergi tanpa restu orang tuanya.

Dini menutup mulutnya, ia begitu terkejut dengan cerita Gadis. "Ibu bener-bener terkejut. Bagaimana bisa ada orang sejahat itu. Tapi syukurlah kamu baik-baik aja." Gadis mengangguk dan tersenyum kepada Dini.

"Bagaimana kalo kamu ikut Ibu ke rumah. Gak baik seorang cewek di luar malam-malam gini. Kalo orang-orang itu temuin kamu gimana. Kamu mau?" tanya Dini.

Mata Gadis berbinar mendengar itu. Tuhan telah membantunya. Terima kasih Tuhan. Gadis kemudian mengangguk. Dini tersenyum mengetahui jawaban Gadis.

Handphone Dini berdering, Dini melihat siapa orang yang menelponnya dan mengangkatnya.

"Iya halo juga. Mama hampir ketabrak motor tadi."

"......"

"Mama gapapa. Ada cewek yang nolongin mama."

"......"

"Beneran mama gapapa. Kamu gak usah khawatir."

"......."

"Iya ini mama mau pulang.... Iya....Iya sayang." Dini mematikan telponnya. Kemudian menatap Gadis yang sedang melihatnya. "Ayo kita pulang."

***

*

*

*

Wah Gadis bakal ketemu sama Angga lagi nih. Kira-kira reaksi Angga gimana ya?

Aku harap kalian suka sama cerita ini, kalo ada hal yang kurang kalian bisa komen. Thank You :)

KALUNG PERJODOHAN (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang