Pergi ke pantai sore hari memang sangat indah. Gadis menatap hamparan laut dengan senang. Ia duduk di atas pasir sambil meminum es kelapa muda.
"Eh cewek cupu," panggil Angga kemudian ikut duduk agak jauh dari tempat Gadis. Gadis menoleh ke arah Angga dan tersenyum.
"Pantainya bagus ya den," ucap Gadis sambil melihat laut. Angga menatap Gadis dan kembali menghadap depan.
"Bagus lah," ucap Angga lalu meminum es kelapa muda.
Anggi yang berada jauh di belakang mereka tersenyum melihat Angga dan Gadis. "Mereka tu cocok deh. Ah! Gue foto aja mereka hihi." Anggi kemudian memotret mereka menggunakan kamera yang sengaja ia bawa untuk foto-foto di pantai. Anggi melihat hasil potretnya yang sangat bagus. Gadis memakai terusan warna putih, sedangkan Angga memakai baju kaos warna putih dan celana selutut. Mereka berdua membelakangi kamera dan sama-sama melihat laut biru yang sangat indah.
"Tinggal gue edit dikit, ni foto udah jadi foto pasangan kekasih yang sedang melihat indahnya pantai. Hahaha," tawa Anggi.
Angga merogoh saku celananya. Ponselnya mana? Angga menepuk jidatnya. Ia lupa membawa ponsel, ponselnya ada di mobil.
"Cewek cupu," panggil Angga. Gadis menoleh ke arah Angga. "Ambilin gue hp di mobil. Sekalian bawa cemilan kesini" perintah Angga. Gadis mengangguk lalu pergi.
Gadis berjalan dengan susah payah. Ia tampak kesusahan membawa banyak cemilan dan ponsel Angga di tangannya. Diperjalanan, Gadis melihat nenek yang duduk di jalan dekat parkiran. Gadis melihat karung berisi botol yang nenek itu bawa. Nenek itu memegang perutnya.
Gadis berjalan ke arah nenek itu. "Nenek kenapa?" tanya Gadis.
Nenek itu menoleh dan tersenyum ke arah Gadis. "Nenek lapar nduk," jawab nenek itu. Gadis melihat cemilan yang ia bawa.
"Ini buat nenek aja." Gadis memberikan semua cemilan kepada nenek itu. Nenek itu tersenyum.
"Kamu sangat baik, makasih. Nama kamu siapa?" tanya nenek itu.
"Sama-sama nek. Nama aku Gadis, nek."
"Nama yang bagus. Nenek gak punya apa-apa untuk bales kebaikan Gadis."
Gadis menggeleng. "Nenek gak perlu kasih aku apa-apa." Gadis tersenyum. Semoga saja den Angga tidak marah.
Nenek itu kemudian mengambil kalung dari sakunya dan memberikannya kepada Gadis.
"Ini buat Gadis," ucap nenek itu. "Ayo terima."
Gadis mengambil kalung itu untuk menghargai pemberian nenek itu. "Makasih nek."
"Itu bukan kalung sembarangan, nduk. Kalung itu disebut kalung perjodohan. Ketika seseorang pakai kalung ini dan jodohnya berada di dekatnya, kalung itu akan bergetar, dengan syarat orang itu harus percaya dan yakin. Jika tidak percaya, maka kalung itu tidak akan bergetar. Ketika pertama kali menggunakan, kalung itu akan mengeluarkan cahaya." Nenek itu tersenyum penuh arti kepada Gadis.
Gadis melihat kalung itu tidak yakin. Ia mengangguk dan tersenyum canggung ke arah nenek itu. "Ya udah aku pergi dulu ya nek. Makasih kalungnya," ucap Gadis lalu pergi dari sana. Nenek itu memandang kepergian Gadis dengan senyum penuh arti.
Gadis kembali ke tempat dimana ia dan Angga duduk. Tapi Angga tidak ada, Gadis mengedarkan pandangannya dan melihat Angga sedang memotret Anggi.
"Bagus gak?" tanya Anggi.
"Bagus lah kalo gue yang moto." Angga memberikan kamera kepada Anggi yang ingin melihat hasil fotonya. Angga kemudian melihat Gadis mendekat.
"Mana hp gue?" tanya Angga. Gadis memberikan ponsel kepada Angga. "Terus cemilannya mana?"
KAMU SEDANG MEMBACA
KALUNG PERJODOHAN (END)
FantasyHidup Gadis Ayu Marshanda atau akrab dipanggil Gadis baik-baik saja sebelum mendengar bahwa Ayahnya ingin menjodohkannya dengan kepala desa. Gadis tentu saja menolak perjodohan itu dan pergi bekerja ke Jakarta melalui seseorang yang datang ke desany...