4. Kalung Perjodohan

603 33 0
                                    

Gadis menganga melihat bangunan di depannya. Besar dan mewah. Gadis tak henti-hentinya berdecak kagum ketika masuk ke dalamnya. Seumur hidup ia belum pernah melihat bangunan semewah ini secara langsung. Gadis hanya melihat rumah-rumah mewah dari tv. Dini tersenyum melihat Gadis yang sedari tadi terus melihat-lihat sekelilingnya.

"Gadis," panggil Dini. Gadis dengan cepat melihat Dini ketika mendengar panggilan itu. "Malem ini kamu nginep disini. Besok Ibu akan mengantar kamu kembali ke rumah kamu, di desa kamu," ucap Dini tersenyum.

Gadis menunduk. Dia tidak mungkin pulang ke rumahnya. Gadis mengangkat kepalanya dan menatap Dini dengan tatapan berkaca-kaca. "Gadis gak bisa pulang, bu."

"Kenapa tidak bisa?" tanya Dini.

"Gadis kesini buat cari uang, bu. Gadis gak bisa kembali kalo gak bawa uang pulang. Gadis harus bawa uang yang banyak buat orang tua Gadis." Gadis kemudian melihat sekitar dan memikirkan sesuatu.

"Bu, apa boleh Gadis kerja di rumah Ibu? Gadis bisa nyapu, ngepel, cuci baju, cuci piring, masak. Gadis bisa lakuin itu, bu," ucap Gadis sambil menatap Dini penuh harap.

Dini tersenyum dan mengangguk. "Iya boleh. Kebetulan Ibu sedang mancari tambahan untuk membantu bi Inah kerja, kasian dia kerja sendiri."

Mata Gadis berbinar mendengarnya. Dia sangat senang.

"Bi Inah," panggil Dini lumayan keras. Wanita paruh baya yang bernama Inah datang menghadap majikannya.

"Ada apa, Nyonya?" tanya bi Inah.

"Ini Gadis. Dia akan bantu-bantu bibi mulai sekarang." Bi Inah melihat Gadis dan mengangguk.

"Gadis ini bi Inah," ucap Dini. Gadis kemudian bersalaman kepada bi Inah.

"Ya udah Gadis kamu mandi dulu, bi tolong tunjukkan kamarnya." Bi Inah mengangguk paham dan membawa Gadis ke kamarnya.

Gadis berjalan mengikuti bi Inah. Mereka berhenti di sebuah pintu. Kemudian bi Inah membuka pintu itu dan masuk ke dalamnya. Gadis ikut masuk dan kembali menganga melihat kamar itu. Kamar pembantu mengapa bisa sebagus ini?

"Gadis bisa pake kamar ini sekarang. Kamar bibi di sebelah. Gadis bisa mandi dulu disana," ucap bi Inah sambil menunjuk kamar mandi. Gadis mengikuti arah tunjuk bi Inah kemudian mengangguk.

"Ya udah bibi tinggal dulu."

"Makasih bi," ucap Gadis tersenyum. Bi Inah mengangguk dan pergi. Setelah memastikan bi Inah pergi Gadis segera melemparkan dirinya ke kasur. Kasur ini sangat empuk. Ia bisa tidur nyenyak setelah beberapa hari tidak tidur nyenyak. Setelah beberapa lama menikmati kasur empuknya, Gadis bangkit dan pergi ke kamar mandi.

***

Tok tok tok!

Gadis membuka pintu dan ternyata Dini yang mengetuk pintu.

"Kamu udah mandi?" Gadis mengangguk. Dini kemudian melihat baju yang dipakai Gadis. "Terus kenapa masih pake baju itu?"

"Gadis gak punya baju lagi, bu." Dini kemudian mengajak Gadis pergi dari sana. Mereka kemudian masuk ke kamar yang berada di lantai dua. Gadis ketika masuk ke dalamnya, ia terkejut melihat sekelilingnya. Seperti kamar seorang putri kerajaan. Kamar itu sangat luas, dengan warna pink, putih dan ungu. Ada kasur berbentuk bulat di tengah ruangan, kasur itu ukurannya sangat besar, bisa menampung sampai tiga orang untuk tidur disana.

"Ayo sini," ucap Dini kemudian berjalan lebih dalam.

Mereka berhenti di sebuah pintu. Ketika pintu itu terbuka, Gadis lebih terkejut lagi. Gadis seperti berada di toko pakaian, tas dan sepatu. Tas berjajar rapi di sebelah kiri, sepatu berjajar rapi di sebelah kanan, sedangkan pakaian berada di depan mereka. Banyak sekali pakaian yang di gantung. Belum lagi lemari di samping tempat pakaian yang digantung, Gadis yakin pasti lemari itu berisi pakaian yang banyak sekali, kerena lemari itu ukurannya sangat besar. Tidak ada apa-apanya dibandingkan lemari di rumahnya. Tentu saja jauh Gadis.

Dini kemudian membuka lemari itu, dan benar saja dugaan Gadis bahwa lemari itu berisi banyak pakain. Tapi, walaupun Gadis sudah menduga, ia tetap saja terkejut dan kagum.

"Kamu bisa pilih baju-baju yang ada disini. Ini kamarnya anak Ibu. Tapi anak Ibu sekarang ada di Bali, dia sekolah disana. Masih banyak baju-baju yang belum dipakai sama sekali." Ya Gadis bisa melihat itu, baju masih dengan capnya, yang menandakan baju itu masih baru dan belum dipakai sama sekali.

"Untuk baju dan celana dalam, kamu bisa liat disana," ucap Dini sambil menunjuk tempat baju dan celana dalam tersusun dengan rapi. Gadis melihat yang ditunjuk Dini. "Kamu cari saja yang masih ada capnya, itu belum dipakai sama sekali." Gadis mengangguk.

"Apa anak ibu tidak marah saya pakai bajunya?" tanya Gadis.

"Tentu saja tidak," jawab Dini. "Ya udah Ibu pergi dulu. Kamu bisa memilih baju sesuka hati mu." Dini kemudian pergi dari kamar putrinya.

Gadis sibuk memilih baju, baju yang masih ada capnya kebanyakan dress. Gadis kemudian melihat rok dan mengambilnya. Rok di atas lutut. Ia sering memakai rok ketika di rumahnya, tapi bukan rok pendek seperti ini, rok yang digunakannya adalah rok panjang sampai mata kaki. Gadis mengembalikannya kembali. Pakaian-pakaian ini sungguh tidak cocok dengan Gadis. Terlalu mewah dan berkelas. Gadis ingin yang sederhana. Tapi Gadis tidak bisa memakai baju kotornya. Gadis tidak peduli dan mengambil baju yang sekiranya cocok dengannya. Pilihannya jatuh pada baju kaos berwarna putih dan rok warna merah muda yang tidak terlalu pendek. Rok itu pas berada di bawah lututnya.

***

"Kamu cantik sekali, Gadis." Dini memuji Gadis. Gadis melihat baju yang dipakainya dan tersenyum. "Sekarang kamu makan malam ya. Ibu dan yang lain sudah makan."

"Iya, Nyonya." Gadis tersenyum sopan.

"Jangan panggil Nyonya, panggil Ibu saja." Gadis mengangguk. "Ya udah Ibu ke kamar dulu, kalo butuh apa-apa panggil bi Inah aja." Dini tersenyum dan kemudian pergi.

Gadis melihat ke atas dan tersenyum bahagia. Sungguh ia sangat bersyukur. Kemudian ia pergi ke dapur untuk makan. Setelah makan, Gadis mencuci piringnya sendiri. Gadis kemudian  mendengar suara pintu utama terbuka, Gadis menatap bi Inah.

"Itu pasti den Angga. Anak yang punya rumah ini," ucap bi Inah. Gadis mengangguk mengerti.

Angga ya? Sepertinya Gadis tidak asing dengan nama itu. Maksud Gadis, Gadis seperti baru-baru mendengar nama itu hari ini. Gadis menepuk jidatnya. Ia baru ingat, nama mereka sama. Semoga saja nama mereka kebetulan sama. Nama Angga kan tidak hanya satu. Semoga saja. Tapi, mata Gadis melotot ketika melihat cowok itu menuju dapur. Bukan hanya nama yang sama. Tapi cowok itu memang Angga yang tadi sore baru putus dari pacarnya. Gadis bisa mati jika Angga melihatnya di rumahnya. Ia harus bagaimana? Bagaimana ini?

Bi Inah menatap Gadis aneh, karena Gadis terus mondar mandir tidak jelas. Gadis panik dan semakin panik ketika Angga semakin dekat dengan dapur. Gadis kemudian berlari ke kamarnya dan menutup pintunya lumayan keras.

Angga melihat sekilas cewek yang masuk kamar dan kaget ketika pintu itu ditutup lumayan keras. Angga mengangkat bahunya tidak peduli. Ia kemudian menuangkan air di dalam gelas dan meneguknya sekali habis. Angga kemudian pergi dan tersenyum ke arah bi Inah. Tapi setelah tiga langkah, Angga berhenti dan membalikkan tubuhnya.

"Bi Inah cewek tadi siapa?" tanya Angga.

"Pembantu baru, den," jawab bi Inah.
Angga mengangguk. Pembantu baru ya?

"Oh iya bi, bibi bisa buatin saya kebab? Saya mau makan kebab."

"Bisa den," jawab bi Inah.

"Makasih bi." Angga tersenyum dan pergi ke kamarnya.

***

*

*

*

Moga suka yaa




KALUNG PERJODOHAN (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang