2. Kalung Perjodohan

756 39 3
                                    

"Kenapa, nak?" Gadis memang meminta Ibunya ke kamar karena ada yang ingin Gadis sampaikan.

"Gadis mau kerja, Bu, Yah." Ibu dan Ayah Gadis saling bertatapan.

Haerun menatap putrinya dengan senyuman. "Jangan pikirkan soal kerja, nak. Kamu harus pikirkan sekolah kamu."
Gadis menatap Ayahnya dan menggeleng.

"Benar yang dikatakan Ayah kamu, nak. Kamu tidak perlu bekerja, yang harus kamu lakukan sekolah yang rajin." Gadis memegang tangan Ibunya.

"Bu, Gadis akan lanjut sekolah setelah dapat uang yang banyak. Gadis tidak tega liat Ayah dan Ibu. Gadis sudah pikirkan ini. Gadis akan kerja di kota." Haerun dan Ningsih terkejut mendengarnya.

"Ayah tidak akan memberi izin, itu terlalu bahaya."

"Gadis mohon Ayah, Gadis mohon." Gadis menunduk dan air matanya jatuh.

"Ibu juga tidak akan memberikan izin. Sudah kamu segera tidur. Besok kamu harus sekolah."

Gadis mengangkat kepalanya dan menggeleng. "Gadis gak mau sekolah. Gadis mau kerja, Bu." Gadis melihat Ayahnya. "Gadis juga gak mau dijodohin, Yah. Tolong ngertiin Gadis. Tolong, Bu, Yah." Gadis semakin lama menangis semakin keras.

Ningsih tidak kuat melihat putrinya menangis, Ningsih kemudian memeluk putrinya. Ningsih melepas pelukannya dan menatap Haerun, suaminya. "Bagaimana ini, Yah?"

Haerun nampak bingung. Haerun melihat Gadis yang menangis. Ia juga tidak tega melihat putri yang sangat ia sayangi menangis. Tapi memberi izin pergi kerja ke kota itu sangat bahaya. "Ayah tetap tidak akan memberi izin," ucap Haerun tegas. Gadis berlari keluar dan masuk ke kamarnya.

Ningsih menatap suaminya. "Ini yang terbaik, Bu." Ningsih mengangguk dan tersenyum. Ningsih tetap menerima keputusan suaminya. Ia yakin keputusan suaminya adalah yang terbaik.

***

Pagi hari telah tiba, nampak Gadis berjalan kaki ke sekolahnya. Rumah ke sekolahnya cukup jauh. Makanya Gadis selalu bangun pagi agar tidak terlambat. Hari ini Gadis tidak membawa uang jajan. Beberapa hari ini juga ia tidak membawa uang jajan. Gadis mati-matian menahan lapar ketika di sekolah. Uang yang diberikan Ibunya digunakan untuk membayar biaya sekolahnya. Gadis tidak memberi tahu Ibunya jika Gadis tidak pernah jajan di sekolah. Lima hari sudah berlalu semenjak orang-orang berjas datang ke desanya. Dua hari lagi. Dua hari lagi orang-orang itu akan kembali ke kota. Sungguh Gadis ingin sekali bekerja.

Waktu sudah menunjukkan pukul 12 siang. Gadis pulang dari sekolah. Ini hari Jum'at jadi ia pulang awal dari biasanya. Gadis menyukai berangkat sekolah tapi tidak pulang sekolah. Gadis harus mati-matian menahan panas.

"Gadis pulang," ucap Gadis pelan ketika sampai di rumah. Gadis dapat mendengar suara Ibunya yang sedang menangis di kamar. Gadis berjalan pelan dan berhenti di depan pintu kamar.

"Bagaimana ini, Yah. Uang Ibu udah mau abis. Obat Ayah juga mau abis." Gadis mendengar suara Ibunya dan sedih ketika mendengar itu.

"Maafin Ayah, Bu. Andai Ayah tidak sakit, kita pasti tidak akan seperti ini." Gadis semakin sedih.

"Ini bukan salah Ayah. Jangan pernah salahin diri Ayah. " Tangis Ningsih pecah.

Gadis tidak tahan lagi. Gadis berlari ke kamarnya dan mengambil brosur yang dibagikan oleh orang-orang berjas. Gadis harus segera mendaftar. Tidak ada pilihan lain. Gadis pergi keluar rumah tanpa mengganti seragam sekolahnya.

***

Dua hari kemudian...

"Gadis bangun, nak." Ningsih tidak melihat Gadis di kamarnya. Kemana Gadis? Ningsih kemudian mencari Ningsih di penjuru rumahnya. Tapi nihil, Gadis tetap tidak ada. Apa mungkin Gadis pergi jalan-jalan? Biasanya setiap hari Minggu Gadis pasti pergi jalan-jalan untuk menghirup udara segar. Ningsih meliha jam, pukul lima pagi.

"Masih jam lima. Biasanya Gadis keluar rumah jam enam pagi setelah beres-beres rumah." Ningsih kemudian kembali ke kamar putrinya. Ningsih mempunyai pirasat yang buruk. Ningsih kemudian membuka lemari Gadis dan menangis saat itu juga. Sebagian isi lemari Gadis tidak ada. Ningsih kemudian menatap sekitar dan menemukan surat di atas meja.

Ibu maafin Gadis. Gadis benar-benar tidak tega melihat Ibu dan Ayah. Gadis janji, Gadis tidak akan kenapa-kenapa. Gadis sudah besar bu. Gadis bisa menjaga diri Gadis. Ponsel Gadis sengaja Gadis tinggal, agar bisa menghubungi Ibu dan Ayah. Gadis benar-benar minta maaf bu. Gadis pasti kembali membawa uang yang banyak buat Ibu dan Ayah. Gadis pergi. Jaga diri Ibu dan Ayah. Sekali lagi Gadis minta maaf.

Tangis Ningsih pecah membaca surat dari Gadis. Ningsih mengelap air matanya dan keluar rumah untuk mencari Gadis. Siapa tahu putrinya belum pergi ke kota. Tapi sia-sia. Tetangganya memberi tahu bahwa orang-orang berjas sudah pergi ke kota, yang artinya Gadis juga sudah pergi. Putrinya, putri yang sangat ia sayangi. Ningsih menangis dalam diam.

***

Satu minggu kemudian....

Tampak seorang cewek duduk dengan menundukkan kepalanya. Cewek dengan rambut panjang lurus yang diikat itu menangis. Ia tidak tahu lagi harus bagaimana. Ia sungguh merindukan Ayah dan Ibunya. Ini mungkin hukuman Tuhan karena pergi tanpa mendapat restu dari orang tuanya.

Gadis mengelap air matanya. Ia tidak boleh lemah. Ia harus kuat. Kejadian satu minggu yang lalu terbayang dalam pikirannya.

Ternyata orang-orang berjas itu menipu dia dan orang-orang desa lainnya. Pantas saja yang boleh mendaftar pekerjaan itu hanya seorang wanita, karena mereka akan dijual kepada laki-laki hidung belang. Jika tidak laku, orang-orang berjas itu akan membuat mereka menjadi wanita yang melayani nafsu para laki-laki hidung belang.

Mengetahui fakta itu, Gadis segera melakukan berbagai cara supaya bisa kabur dari sana. Setelah melakukan berbagai cara ia ternyata bisa kabur, tapi dua hari kemudian ia tertangkap lagi. Ia kemudian di jual kepada seorang lelaki berusia sekitar 30-an. Tapi sebelum itu terjadi, saat ia sedang didandani, Gadis berhasil kabur untuk kedua kalinya. Gadis terus berlari dan naik ke truk yang Gadis tidak tahu membawanya kemana.

Sekarang Gadis di sini, duduk di bangku taman dengan perut lapar. Walaupun perutnya lapar, tapi ia bersyukur bisa kabur dari orang-orang berjas itu. Uangnya sudah habis untuk membiayai kehidupannya beberapa hari ini. Makanan disini sangat mahal, tidak seperti di desanya. Gadis hanya bisa makan satu kali sehari.

Sekarang ia harus bagaimana? Gadis melihat bajunya yang sudah kotor. Ia mandi satu kali dalam sehari, ya walaupun hanya menyiram diri dengan air tanpa menggunakan sabun. Itu sudah cukup untuknya.

Gadis melihat sekitarnya, gedung-gedung yang tinggi. Jalan raya yang padat diisi motor dan mobil-mobil yang mewah. Anak-anak kecil berlari di sekitar taman, gadis dan laki-laki yang memakan es krim dan tertawa di seberang sana. Anak-anak remaja yang merekam dirinya di handphone dan joget mengikuti alunan musik dan tertawa. Semua orang tampak begitu bahagia, tidak seperti dirinya.

Gadis berjalan pelan tanpa tahu arah. Ia terus berjalan sampai ke sisi taman yang sepi. Ia kemudian melotot ketika melihat orang-orang yang menangkapnya saat kabur pertama kali. Ia harus segera lari sebelum orang-orang itu melihatnya. Tapi terlambat orang-orang yang berjumlah 5 orang melihat Gadis dan segera mengejarnya.

Ketika di belokan ia melihat seorang cowok sedang berdiri bersandar di tembok sambil memainkan ponsel, melihat cowok itu yang bersandar di tembok Gadis mengingat adegan film yang ia tonton. Tidak menunggu waktu lama, Gadis memegang kedua lengan cowok itu dan menariknya, kemudian Gadis membenturkan dirinya di tembok dan menarik baju cowok itu untuk mendekat padanya. Cowok itu kaget dan segera menahan tubuhnya dengan kedua tangannya menyentuh tembok, seperti cowok itu yang menahan Gadis.

Orang-orang yang mengejar Gadis semakin dekat, Gadis menahan napasnya dan memejamkan matanya takut, Gadis menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Walaupun Gadis tidak akan kelihatan karena cowok itu seperti menyembunyikan tubuh Gadis. Tapi, Gadis tetap jaga-jaga dengan menutup wajahnya.

Gadis bisa mendengar suara kaki-kaki menjauh. Apa mereka sudah pergi? Gadis menolehkan kepalanya kesamping kemudian melepaskan tangannya yang menutup wajahnya dan membuka matanya. Gadis bisa melihat orang-orang itu berlari semakin jauh. Gadis bernapas lega. Kemudian Gadis melihat ke depan dan kaget ketika wajah cowok itu sangat dekat dengannya.

"Siapa lo?"

***

Semoga suka yaa....

KALUNG PERJODOHAN (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang