Mereka berenam duduk di meja kantin seperti biasanya. Setelah memesan makanan, tidak ada yang berbicara lagi. Hening. Mereka sibuk dengan urusan masing-masing. Angga, Anggi dan Raka bermain ponsel, Gadis duduk diam sambil melihat sekitar, sedangkan Gilang dan Kevin bermain gunting batu kertas, yang kalah akan mendapat pukulan.
"Ehem," dehem Angga. Gadis, Anggi, Gilang, dan Kevin melihat Angga, kecuali Raka yang matanya masih melihat ponsel.
Angga menatap Gadis. "Lo kelompok sama gue diseni budaya," ucap Angga. Gadis mengkerutkan dahinya lalu melihat Anggi.
"Apa-apaan lo, Kak! Gadis kelompok sama gue," ucap Anggi tak terima.
"Lo kelompok sama Raka," ucap Gilang, Kevin mengangguk menyetujui. Raka yang disebut namanya menoleh.
"Kok gue?" tanya Raka heran.
"Lo kelompok sama Anggi, Angga sama Gadis, gue sama Gilang." Kevin menjelaskan.
"Ih kenapa kalian gak bagi 2 kelompok aja sih. Ribet banget harus gini, biar gue sama Gadis." Anggi menatap mereka bergantian. Sebenarnya dia senang bisa satu kelompok dengan Raka. Tapi, ia juga kasihan dengan jantungnya yang tidak akan berhenti berdetak kencang, ia pasti gugup bernyanyi di depan lelaki itu. Tadi, saat ia dan Raka mengerjakan tugas, ia tak bisa menyembunyikan rasa gugupnya, ia seperti orang tolol tadi di depan Raka. Apalagi ini disuruh bernyanyi dengan Raka, pasti akan sangat memalukan. Anggi menggeleng-gelengkan kepalanya.
Gilang menghela nafas, lalu membisikkan sesuatu kepada Kevin. Kevin mendengarkan dengan baik, lalu mengangguk menyetujui. Angga dan lainnya menatap keduanya penasaran. Kevin dan Gilang berdiri, Kevin menuju Raka lalu membisikkan sesuatu, Gilang pun membisikkan sesuatu kepada Anggi. Setelah melaksanakan misi mereka, Gilang dan Kevin kembali ke tempat duduknya. Anggi dan Raka saling menatap, lalu beralih menatap Gadis dan Angga. Gadis dan Angga mengerutkan dahinya heran.
"Apa yang lo pada bisikin?" tanya Angga penasaran sekaligus kesal.
"Oke deh, gue kelompok sama Raka." Anggi mengabaikan pertanyaan Angga. Raka hanya menganggukkan kepalanya tanda setuju dengan ucapan Anggi. Angga yang tidak dapat jawaban, beralih ke Gilang dan Kevin. Gilang dan Kevin pura-pura tak tahu, lalu mereka melanjutkan bermain gunting batu kertas. Melihat itu, Angga bangkit lalu memiting leher mereka. Kevin dan Gilang menjauhkan dirinya dari Angga dan berlari ketika Angga akan memiting mereka lagi. Alhasil, mereka bermain kejar-kejaran di kantin. Gadis dan yang lainnya tertawa melihat tingkah laku mereka.
Ketika semua orang yang ada di kantin tertawa melihat Angga, Gilang dan Kevin, lain halnya dengan cewek dengan rambut panjang gelombang itu bersama kedua temannya. Mereka bertiga duduk agak jauh dari tempat duduknya Angga dkk. Mereka adalah Bella, Laura dan Shinta. Bella menatap Gadis tak suka, apalagi melihat Gadis tertawa seperti itu. Ingin sekali Bella membuat senyum itu menjadi tangis. Padahal Bella sudah membully Gadis, tapi cewek itu tidak ada kapoknya juga untuk mendekati Angga. Awas saja! Bella tersenyum miring ketika kepalanya sudah ada ide untuk membuat cewek sok kecakepan itu kapok.
∆∆¶∆∆
Gadis sedang menunggu Angga yang mengambil gitar di kamarnya. Gadis duduk di sofa ruang tamu dengan tidak nyaman. Walaupun ia sudah lumayan lama tinggal di rumah ini, tapi Gadis masih canggung duduk di sofa ruang tamu, karena daerah Gadis di rumah ini adalah dapur dan kamarnya.
Tadi, sebelum ia ke ruang tamu, Gadis ke kamar Anggi dulu, karena Anggi meminta bantuan untuk memilihkan baju. Padahal hanya kerja kelompok, tapi Anggi sangat heboh. Sebelum Anggi berangkat, Anggi terlebih dahulu meminta doa Gadis agar semuanya lancar. Gadis tersenyum sambil geleng-geleng kepala mendengar permintaan Anggi. Tapi, Gadis menurut dan mendoakan agar kerja kelompok Anggi dan Raka berjalan lancar.
KAMU SEDANG MEMBACA
KALUNG PERJODOHAN (END)
FantasiHidup Gadis Ayu Marshanda atau akrab dipanggil Gadis baik-baik saja sebelum mendengar bahwa Ayahnya ingin menjodohkannya dengan kepala desa. Gadis tentu saja menolak perjodohan itu dan pergi bekerja ke Jakarta melalui seseorang yang datang ke desany...