"Gadis!" panggil seseorang. Gadis kaget, dan menghentikan langkahnya. Ia ragu untuk berbalik, ia tidak mau cowok itu melihatnya menangis.
"Hei! Lo dipanggil malah diem," ucap cowok itu sambil membalikkan tubuh Gadis. Gadis menghela nafas lega ketika tahu bahwa yang memanggilnya adalah Ryan bukan Angga.
"Kamu ngapain di sini?" tanya Gadis.
"Oh itu! Gue anterin buku Bella yang ketinggalan. Sebenernya gue males banget, tapi nyokap maksa. Ya udah gue anterin," jawab Ryan sambil menjelaskan bahu. Gadis mengangguk mengerti.
"Terus lo ngapain di sini?" tanya Ryan.
Gadis mengeryitkan dahinya tidak mengerti dengan pertanyaan Ryan. Ia 'kan sekolah di sini, wajar kalo ia ada di sini. "Aku 'kan sekolah di sini," jawab Gadis.
"Maksud gue kenapa lo di taman, gak di kantin. 'Kan jam istirahat," jelas Ryan.
Gadis mengangguk mengerti. "Aku ...," ucap Gadis sambil menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Ia bingung harus menjawab apa. Ryan menaikkan satu alisnya menunggu jawaban Gadis.
"Lo ngapain di sini?" tanya seseorang tiba-tiba.
Ryan menolehkan kepalanya ke arah orang yang bertanya, yang ternyata adalah Angga. "Gak ada larangan buat gue ada di sini," jawab Ryan tenang.
Angga menatap Ryan tajam, kemudian menatap Gadis yang sedang menunduk. "Lo kok bisa sama Ryan?" tanya Angga sambil menatap Gadis tajam. Gadis membalas tatapan Angga dengan tatapan tak mengerti. Ia tak mengerti dengan Angga. Mengapa cowok itu masih peduli padanya?
"Aku dengan siapapun itu hak aku dan terserah aku, sama seperti kamu," jawab Gadis sambil menatap Angga, lalu menatap Gina. Kemudian Gadis pergi diikuti oleh Ryan yang menampakkan wajah kebingungan. Apa yang terjadi dengan Angga dan Gadis?
Angga menatap punggung Gadis yang semakin lama semakin menjauh. Bukannya ini yang ia mau? Tapi mengapa sakit sekali ketika tahu punggung itu menjauh, dan mungkin tidak akan kembali lagi? Angga menghela nafas. Mendengar helaan nafas Angga, Gina menolehkan kepalanya dan melihat Angga yang tampak sedih. Sebenarnya siapa cewek itu? Ia harus mencari tahu.
☠☠☠
"Sebenernya lo ada apa sama Angga?" tanya Ryan ketika mereka sampai di atap sekolah."Wah bagus banget pemandanganya!" ucap Gadis senang. Bukannya menjawab pertanyaan Ryan, Gadis malah berbicara hal lain. Ryan menghela nafas, dan ikut menikmati pemandangan yang tersaji di depan. Mungkin Gadis membutuhkan waktu untuk bercerita padanya.
"Iya bagus," ucap Ryan menyetujui. Mendengar ucapan Ryan, Gadis menoleh sambil tersenyum manis. Ryan tertegun melihat senyum Gadis. Ia tahu itu hanya senyuman palsu. Hanya perempuan yang bisa tersenyum di saat hatinya sakit.
"Kalo gak mau senyum gak usah dipaksain," ujar Ryan.
"Maksud kamu?" tanya Gadis heran.
"Gue tau lo lagi sakit hati, tapi lo senyum manis kayak gak punya masalah apapun. Padahal hati lo yang lagi bermasalah," jawab Ryan. Gadis terdiam mendengar jawaban Ryan. Apa yang dikatakan Ryan memang benar. Tapi walaupun ia menangis juga tidak akan bisa menyelesaikan masalah hatinya.
"Walaupun aku nangis, hati aku masih tetep sakit. Jadi gak ada gunanya aku nangis," ujar Gadis tanpa melihat Ryan.
Ryan mengangguk sambil menoleh kepalanya ke arah depan. "Gue tau. Tapi, setidaknya lo lega dengan menangis. Jangan dipendam, rasanya jauh lebih sakit," ucap Ryan. Gadis menoleh ke arah Ryan, lalu melihat ke depan kembali. Ia berusaha menahan tangisnya yang sudah ingin keluar, tapi ternyata sulit sekali. Satu tetes air mata lolos dari mata cantiknya. Gadis langsung mengusapnya dengan punggung tangan, tapi terjatuh lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
KALUNG PERJODOHAN (END)
FantasyHidup Gadis Ayu Marshanda atau akrab dipanggil Gadis baik-baik saja sebelum mendengar bahwa Ayahnya ingin menjodohkannya dengan kepala desa. Gadis tentu saja menolak perjodohan itu dan pergi bekerja ke Jakarta melalui seseorang yang datang ke desany...